Film pendek ini merupakan proyek kolaborasi pertama antara Qi Xia Xia 圻夏夏 dan Yang Fu Yu 杨馥羽 yang disutradarai oleh Zhi Zhu 知竹.
Film ini merupakan bagian dari sebuah game yang berjudul Zhu Xian Shou You 诛仙手游 atau Zhu Xian Mobile Game.
JUDUL:
THE KIDNAPPER FOX - 狐劫 (Hu Jie).
Jenis: Fim Pendek.
Genre: Film Klasik Aksi Fantasi.
Tayang Di: Bilibili.
Bisa Ditonton Di: Bilibili.
Durasi: 22 Menit.
Sutradara: Zhi Zhu 知竹.
Pemain:
Qi Xia Xia 圻夏夏 sebagai Jin Ping Er.
Suatu malam di kota Xiao Chi...
Mendadak bulu kuduk gadis itu merinding. Gadis itu lalu menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang.
Tapi gadis itu tidak melihat apa-apa di situ. Tiba-tiba terdengar suara lolongan binatang di belakangnya. Seketika gadis itu merasa ada sesuatu yang tidak beres. Gadis itu pun mempercepat langkahnya. Kemudian sayup-sayup terdengar sesuatu di belakangnya. Gadis itu menjadi takut, lalu berlarilah ia dengan sekuat tenaga.
----------------------------
Seorang pria pendongeng sedang bercerita di sudut jalan kota Xiao Chi. Pria itu sedang membawakan kisah tentang Zhang Xiao Fan dan nona Bi Yao. Dongeng yang dibawakan oleh pria ini begitu menarik, sehingga banyak penduduk kota yang berkerumun di dekat pria itu untuk mendengarkan ceritanya.
Dua orang wanita kakak beradik seperguruan bernama Jin Ping Er dan Zhou Xiao Huan memasuki kota Xiao Chi.
Kerumunan orang yang sedang mendengarkan dongeng itu seketika menarik perhatian Xiao Huan yang langsung mendatangi tempat itu. Seketika gadis itu tertarik begitu memandang pria yang sedang mendongeng itu.
Wah, kakak ini ganteng banget! Andaikata ia bisa mendongeng setiap hari untukku tentu asyik sekali ! Gumam Xiao Huan sambil tersenyum gembira.
Wah, gak nyangka ya penduduk di kota ini sangat menggemari kisah tentang kak Xiao Fan ini! Kata Xiao Huan.
Eh, mendadak seorang gadis gendut menyerobot tempat Xiao Huan berdiri untuk menyaksikan dongeng itu lebih dekat.
Lihat kak, dandanan mereka begitu tebal! Kata Xiao Huan sambil menjebikan bibirnya.
Oh ya kak, sudah mau tahun baru, kan? Bagaimana kalau untuk sementara waktu kita menginap saja di rumah penginapan? Setelah bersembahyang di wihara, baru kita meneruskan perjalanan! Usul Xiao Huan.
Wihara adalah tempat yang paling ramai setiap tahun di kota Xiao Chi, kata Xiao Huan.
Selagi mereka berdua asyik melihat-lihat di jalan, mendadak muncul seorang wanita di situ. Wanita itu mencegat dan menanyai orang-orang yang lewat di jalan itu tentang anak perempuannya.
Tapi tidak ada seorang pun yang mengenali gadis itu. Ping Er dan Xiao Huan mendengar orang-orang di jalan membicarakan tentang peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi di kota Xiao Chi, yaitu hilangnya beberapa orang gadis tanpa ketahuan siapa pelakunya.
Akhirnya Ping Er menghampiri wanita itu dan bertanya padanya,
Nyonya, bolehkah aku melihat sepatu anak perempuanmu ini?
Dan hasilnya
sungguh mengejutkan.
Nyonya, kapan putrimu itu hilang? Tanya Ping Er kepada wanita itu.
Semenjak putriku meninggalkan rumah, ia tidak pernah kembali lagi. Aku cuma berhasil menemukan sepatunya ini! Kata wanita itu.
Kedua orang gadis ini lalu makan di dalam rumah penginapan itu yang di dalamnya terdapat restoran.
Kak Ping Er, jadi ada aroma siluman rubah pada sepatu itu? Ping Er menganggukkan kepalanya.
Aku sengaja tidak menceritakan hal ini kepada wanita itu agar dia tidak terkejut mendengar ini, kata Ping Er.
Kak, kita harus memberantas siluman rubah ini untuk mengamankan kota Xiao Chi. Agar penduduk bisa merayakan tahun baru dengan tenang! Kata Xiao Huan.
Itu pasti. Tapi sebelum menangkap siluman, kita makan dulu sampai kenyang! Kata Ping Er sambil mencabut sumpit di atas meja.
------------------------
Selesai makan, Ping Er dan Xiao Huan lalu keluar meronda di dalam kota Xiao Chi. Ping Er mengerahkan ilmu sihirnya sambil berjalan untuk melacak hawa siluman.
Kita sudah berjalan mengelilingi kota ini, tapi aku tidak mencium jejak siluman sama sekali. Kelihatannya siluman rubah ini telah menyembunyikan aromanya! Kata Ping Er.
Tidak terasa mereka berdua sudah berjalan sampai di tempat di mana si pria pendongeng itu mangkal setiap hari. Kedua orang gadis itu lalu mengawasi pria pendongeng itu dengan pandangan menyelidik.
Pria pendongeng itu masih melanjutkan kisahnya tentang Zhang Xiao Fan dan nona Bi Yao. Pria itu terus mendongeng dengan asyiknya dan kelihatannya para penduduk seakan terseret mendengar kisahnya yang menarik.
Ya ampun, ibu. Gadis-gadis itu kan hilang di malam hari. Aku kan mendengarkan dongeng di siang hari. Gak apa-apalah ini. Sebelum malam, aku pasti sudah pulang! Kata si gadis.
Dasar bandel ! Cuma bisa menyusahkan orang tua saja! Seru si ibu sambil menyeret putrinya pergi dari situ.
Kalau begitu, ayo kita lekas pulang ke rumah saja! Kata orang-orang di situ.
Hari ini dongengnya sampai di sini dulu, ya! Nanti dilanjutkan lagi! Kata pria pendongeng kepada para penontonnya.
Para penonton lalu bertepuk tangan. Pria pendongeng itu lalu meninggalkan tempat itu dan para penonton pun bubar.
Orang yang rupawan akan selalu disambut di mana-mana! Kata Ping Er.
Kak Ping Er, menurutmu aku ini cantik tidak? Tanya Xiao Huan tiba-tiba.
Tapi Ping Er tidak menjawab, ia cuma mengawasi wajah Xiao Huan saja.
Malam itu Ping Er dan Xiao Huan merancang sebuah siasat untuk memancing keluarnya si siluman rubah.
Ping Er sengaja berjalan sendirian di jalan, sedangkan Xiao Huan bersembunyi di balik tembok mengawasi keadaan. Tapi ditunggu-tunggu sampai selama itu, siluman rubah itu sama sekali tidak menampakkan dirinya.
Xiao Huan mulai tidak sabar. Gadis itu lalu keluar dari persembunyiannya dan berjalan mengikuti Ping Er. Saat berjalan, Xiao Huan tidak sengaja telah menjatuhkan dompetnya.
Ping Er berjalan perlahan-lahan sambil mengerahkan indera penciumannya untuk melacak aroma dari si siluman rubah.
Xiao Huan yang mengikuti Ping Er tiba-tiba teringat dengan dompetnya. Gadis itu mulai meraba-raba pinggangnya, dan akhirnya baru ia sadar bahwa dompetnya sudah terjatuh.
Xiao Huan pun membalikkan badannya dan berusaha menemukan dompetnya kembali. Gadis itu lalu menyusuri kembali jalan yang telah dilaluinya untuk mencari dompetnya yang hilang itu.
Akhirnya gadis itu menemukan kembali dompetnya yang terjatuh di atas tanah. Xiao Huan memungut dompetnya kembali dan memeriksa isinya. Setelah yakin isi dompetnya tidak berkurang, gadis itu lalu menyelipkan dompet itu di balik bajunya.
Tiba-tiba Xiao Huan mendengar ada suara aneh di belakangnya. Segerombol asap hitam melesat secepat kilat menghambur ke arah Xiao Huan dari belakang.
Xiao Huan langsung membalikkan badannya dan setelah dekat gadis itu melihat bahwa asap hitam itu ternyata adalah bayangan dari seorang manusia yang berjubah hitam. Jubah hitam itu menutupi kepala orang itu hingga ke kaki. Jadi tidak kelihatan sama sekali wajah dari orang itu.
Xiao Huan pun terlibat pertarungan ilmu sihir dengan orang berjubah hitam itu. Ternyata ilmu sihir orang itu kuat sekali. Beberapa jurus kemudian, Xiao Huan mulai terdesak. Dan satu pukulan dari orang itu membuat tubuh Xiao Huan terdorong ke belakang dan kalau bukan Ping Er keburu menyambar tubuhnya, tentu Xiao Huan sudah terjatuh.
Ping Er lalu mengerahkan ilmu sihirnya balik mendesak orang berjubah hitam itu.
Kau tidak apa-apa, kan? Tanya Ping Er. Xiao Huan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ping Er lalu membalikkan tubuhnya dan menghadapi orang berjubah hitam itu kembali. Kali ini Ping Er mengeluarkan pedangnya sambil berseru,
Berani kau menyentuh orangku, nampaknya kau sudah bosan hidup ya!
Sebuah pertarungan yang seru pun berlangsung di tempat itu. Gerakan kedua orang itu sangatlah cepat, sampai Xiao Huan pun pusing mengikuti pertarungan mereka.
Akhirnya Ping Er berhasil mendesak lawannya dengan ilmu sihirnya yang hebat. Orang itu tahu dirinya akan kalah kalau bertarung lebih lama lagi. Ia lalu menghamburkan asap ke wajah Ping Er sebelum kabur dari tempat itu. Asap itu menghalangi pandangan, sehingga Ping Er terpaksa membiarkan penjahat itu lolos.
Saat melarikan diri, penjahat itu meninggalkan sebuah benda di atas jalan.
Siluman rubah ini licik sekali! Kata Xiao Huan setelah asap itu buyar.
Kitalah yang sudah lalai! Kita memang berhasil memancingnya keluar, tapi ia lolos. Jadi pasti akan sulit memancingnya kembali ! Kata Ping Er.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Tanya Xiao Huan.
Tiba-tiba Xiao Huan mencium sesuatu dan berkata,
Kayaknya aku pernah deh mencium bebauan ini di sebuah tempat? Tapi di mana ya?
Xiao Huan lalu melihat ada sebuah benda tergeletak di atas tanah. Gadis ini lalu berlari ke tempat itu dan berjongkok di atas tanah. Benda itu ternyata adalah sebuah kipas. Gadis itu lalu memungut kipas itu yang tadi terjatuh dari tubuh si penjahat berjubah hitam itu.
Xiao Huan membuka kipas itu dan gadis itu pun seketika merasa pernah melihat kipas itu di sebuah tempat. Xiao Huan pun mulai mengingat-ingat.
Benda ini....? Oh, jadi orang itu, yah? Seru Xiao Huan sambil menatap Ping Er.
---------------------------
Esok paginya, Ping Er dan Xiao Huan mendatangi kembali tempat mangkal dari si pria pendongeng itu.
Pria itu masih
berdongeng di tempat itu. Dan hari ini sepertinya ia akan mendongengkan sebuah
cerita baru kepada para penduduk yang sudah berkerumun di situ untuk mendengarkan
dongengnya.
Ping Er dan Xiao Huan bersembunyi di balik tembok dan mengawasi gerak-gerik pria itu dengan penuh perhatian dan waspada. Mereka mengenali kipas itu adalah milik pria pendongeng itu. Pria itu memang sering mendongeng sambil menggerak-gerakkan kipasnya itu.
Kakak itu berbibir merah dan bergigi putih. Dia itu sama sekali tidak mirip penjahat, kata Xiao Huan.
Kita tidak boleh menilai orang dari rupa dan penampilannya, kata Ping Er.
Benar juga. Ayo, kita ke sana! Kata Xiao Huan.
Kedua orang gadis ini lalu berpura-pura menjadi penonton.
Selesai berdongeng, pria itu lalu meninggalkan tempat itu. Ping Er dan Xiao Huan memutuskan untuk menguntit pria itu. Mereka mengikuti pria itu dari belakang.
Selama perjalanan, mereka melihat bahwa pria itu disapa dengan ramah oleh seorang penjual makanan. Mereka menyaksikan juga bagaimana pria itu menolong seorang bapak yang terjatuh di atas jalan. Kemudian ada seorang gadis yang tidak sengaja menubruk pria itu sampai menjatuhkan keranjang bunganya, tapi pria itu dengan sigap memungut kembali keranjang itu dan mengembalikannya kepada si gadis, membuat si gadis tersipu malu sambil mengucapkan terima kasih.
Ayo, kita ikuti terus dia! Kata Ping Er.
Pria itu akhirnya berhenti di sebuah rumah bambu di tengah hutan. Rumah bambu itu ternyata adalah tempat tinggal dari pria itu.
Setelah tahu di mana pria itu tinggal, kedua orang gadis itu lalu pulang kembali ke rumah penginapan.
---------------------
Kelihatannya si siluman rubah itu tidak keluar mencari mangsa dalam beberapa hari ini. Apakah karena ia tahu kita sedang menguntitnya? Tanya Xiao Huan.
Belum tentu. Siluman rubah itu sudah terluka oleh ilmu sihirku. Mungkin ia sedang mengobati lukanya dalam beberapa hari ini, kata Ping Er.
Seorang pelayan masuk mengantarkan makanan ke dalam kamar sambil bercerita,
Seorang gadis penjual bunga bernama Xiao Juan juga hilang kemarin di barat kota. Apes banget gadis itu!
Mendengar cerita pelayan itu, kedua orang gadis ini menjadi terkejut. Ping Er lalu bertanya kepada pelayan itu,
Apakah putri nyonya Zhang juga sering pergi mendengarkan cerita dongeng?
Kelihatannya sih begitu. Soalnya gadis itu pernah mengatakan bahwa pria pendongeng itu orangnya putih dan ganteng. Kayaknya gadis-gadis muda senang menyaksikan si pria ini mendongeng, jawab pelayan itu.
Ping Er lalu memikirkan ucapan pelayan ini selama beberapa saat, lalu berkata,
Aku sudah mengerti sekarang!
---------------------
Keesokan harinya, saat pria pendongeng itu sedang berjalan pulang ke rumahnya, mendadak Ping Er muncul di hadapannya sambil mengacungkan pedang di depan pria itu.
Ayo, lepaskan gadis-gadis itu! Perintah Ping Er.
Apa katamu? Kata pria itu kebingungan.
Siluman rubah, kau masih mau membantah? Teriak Ping Er sambil menyerang pria itu dengan pedangnya.
Ping Er terus menusukkan pedangnya ke leher pria itu, tapi pria itu terus bergerak mundur. Ternyata pria itu tidak bisa ilmu silat sama sekali. Ia terus mengelak mundur.
Di saat yang amat genting bagi pria itu, mendadak sesosok bayangan hitam muncul di antara mereka dan bergerak menahan pedang Ping Er. Bayangan itu ternyata adalah si penjahat berjubah hitam alias si siluman rubah.
Orang berjubah hitam itu lalu mengibaskan tangannya dan Ping Er pun terdorong mundur beberapa langkah.
Sekarang Ping Er bisa melihat dengan jelas wajah dari si penjahat berjubah hitam itu. Orang itu adalah seorang pria muda. Ia mengenakan sebuah topeng yang menutupi matanya yang sebelah kiri.
Kaulah orang yang kutunggu-tunggu itu! Kata Ping Er sambil menggerakkan pedangnya menyerang pria bertopeng itu.
Kedua orang itu lalu bertarung dan saling mengerahkan ilmu sihir masing-masing. Xiao Huan yang bersembunyi di balik pohon turut tegang menyaksikan pertarungan kedua orang itu.
Sebuah serangan dari Ping Er kembali berhasil melukai pria bertopeng itu. Menyadari keadaannya yang tidak mungkin menang, pria itu lantas melarikan diri masuk ke dalam hutan.
Ping Er yang tidak mau melepaskan musuhnya bergegas mengejar ke dalam hutan. Pria pendongeng itu juga ikut mengejar mereka dari belakang.
Akhirnya Ping Er berhasil mencegat pria bertopeng itu dan berteriak,
Mau lari ke mana kau?
Bersamaan dengan itu pedang Ping Er menyambar tubuh orang itu. Serangan itu berhasil melukai dada pria bertopeng itu. Orang itu langsung terpental dan roboh di atas tanah. Ping Er langsung mengejarnya dan menghunus pedangnya ke arah pria itu. Penjahat itu pun tidak bisa melarikan diri lagi.
Xiao Huan dan pria pendongeng juga telah menyusul ke tempat itu. Melihat penjahat itu, Xiao Huan langsung berteriak,
Ternyata kaulah si siluman rubah itu. Aku pernah melihatmu!
Penjahat itu ternyata adalah salah satu penonton di antara kerumunan para penduduk yang menyaksikan cerita dongeng itu. Saat menonton, pria itu selalu mengenakan baju serba putih dan selalu mengenakan caping bercadar putih yang menutupi wajahnya.
Waktu itu Xiao Huan kebetulan berdiri di samping pria ini saat menyaksikan dongeng tersebut. Saat itu Xiao Huan mencium wangi bedak dan gincu yang amat semerbak, ketika berdiri di samping pria itu. Xiao Huan mengira wangi semerbak itu berasal dari gadis-gadis yang menonton. Tapi ternyata wangi semerbak itu berasal dari tubuh pria itu.
Ketika pria pendongeng itu mengakhiri ceritanya, ia tidak sengaja telah meninggalkan kipasnya di atas meja. Setelah pria pendongeng itu meninggalkan tempat tersebut, pria bercaping ini lalu menghampiri meja itu dan mengambil kipas tersebut.
Pria bercaping itu juga menyaksikan bagaimana pria pendongeng itu memungut keranjang bunga dari gadis yang menabraknya di jalan.
Jadi kau selalu membawa kantong wewangian untuk menutupi aroma siluman di tubuhmu itu! Kata Xiao Huan.
Praakk...!
Sekali pedang
Ping Er berkelebat, topeng pria itu pun terbelah dan jatuh di atas tanah. Kini
wajah pria bertopeng itu menjadi jelas terlihat oleh semua orang di tempat itu.
Pria itu terus menunduk dan menutupi wajahnya dengan tangan. Walaupun begitu, mereka masih bisa melihat ada tanda kemerahan di wajahnya, tepatnya di samping matanya yang sebelah kiri.
Ternyata kau rupanya. Jadi kau adalah siluman? Kata pria pendongeng itu ketika mengenali pria itu.
Kamu mengenalinya? Tanya Ping Er kepada pria pendongeng itu.
Kenapa kamu berbuat jahat pada gadis-gadis itu? Tanya si pria pendongeng.
Kurasa siluman rubah ini memuja dirimu. Makanya dia mencelakai setiap orang gadis yang mendekatimu! Kata Ping Er.
Ucapanmu benar. Memang akulah yang menangkap gadis-gadis itu. Itu karena aku ingin membuat mereka merasakan apa rasanya hidup menderita itu! Akhirnya pria itu membuka mulutnya untuk pertama kalinya.
-------------------------
Lalu pria itu menceritakan kisah hidupnya kepada mereka bertiga.
Karena wajahnya yang cacat dan buruk rupa itu membuat diri pria itu selalu ditolak di mana-mana. Orang-orang takut dan jijik melihat wajahnya yang cacat dan buruk rupa itu. Pria itu kerapkali diusir di mana-mana, karena ia dianggap makhluk aneh atau monster.
Lihat, betapa buruk wajah orang itu!
Kata orang, tanda merah itu adalah pertanda sial loh!
Yang melihat wajahnya pasti akan ikutan sial!
Jangan dekat-dekat sama orang itu!
Demikian ucapan-ucapan yang sering dilontarkan oleh orang-orang yang pernah melihat wajahnya itu.
Saat pria itu sedang berjalan merenungi nasibnya yang malang, mendadak ia melihat ada seorang bapak tua sedang terjatuh di jalan.
Dengan niat baik pria itu menghampiri bapak tua itu, maksudnya ingin menolong bapak tua itu. Tapi begitu si bapak melihat wajahnya, bapak itu malah mengeluarkan ucapan yang menyakiti hatinya,
Eh, kau rupanya! Jangan sentuh diriku! Sial banget aku ini! Kemudian bapak tua itu buru-buru pergi dari situ.
Selagi pria itu termenung di tengah jalan, mendadak sebuah benda terjatuh di depan matanya. Dengan reflek pria itu berjongkok untuk memungut benda itu. Seorang anak kecil berlari-lari menghampiri pria itu. Ternyata benda itu adalah mainan kepunyaan anak kecil ini.
Pria itu tersenyum pada anak kecil itu dan menyerahkan mainan tersebut kepadanya. Tapi begitu melihat wajah pria itu, si anak kecil itu malah menangis ketakutan.
Tiba-tiba seorang wanita menghampiri mereka. Ternyata wanita itu adalah ibu dari anak itu. Begitu melihat putranya menangis, si ibu ini malah mengomeli pria itu dengan berkata,
Pergi sana kamu! Jangan menakuti anakku ! Si ibu itu langsung menarik anaknya pergi dari situ.
Pria itu merasa sedih sekali. Ia lalu duduk mendeprok di pinggir jalan dan merenungi nasibnya. Setiap orang yang lewat di jalan itu dan melihat diri pria itu pasti memandang jijik padanya. Bahkan tak jarang ada yang melempari dirinya sambil mengeluarkan ucapan-ucapan seperti ini,
Semua orang, lihat nih ada makhluk jelek. Datang darimana si makhluk jelek ini?
Iya, yah! Kelihatannya dia bukan manusia baik-baik!
Sial banget ketemu orang ini! Ayo, kita pergi!
Hari itu si pria pendongeng lewat di jalan itu dan melihat pria buruk rupa ini. Melihat keadaan pria ini, pria pendongeng ini langsung merasa iba.
Pria pendongeng itu membawa sebungkus makanan dan berjongkok di depan pria buruk rupa itu tanpa merasa jijik. Pria pendongeng ini memungut satu-persatu sampah yang menempel di baju pria buruk rupa ini yang dilempar oleh orang-orang yang lewat tadi.
Jika kamu tidak tahu lagi harus ke mana, kamu datang saja ke rumahku. Rumah bambu yang ada di luar kota ini, kata si pria pendongeng itu sambil memberikan sebungkus makanan kepada pria buruk rupa itu.
Mendengar ucapan pria pendongeng ini, pria buruk rupa ini menjadi terkejut dan heran. Melihat makanan yang diberikan kepadanya itu, hati si pria buruk rupa menjadi tersentuh. Ia sangat terharu dan berterimakasih atas kebaikan hati dari pria pendongeng ini.
Pria buruk rupa ini lalu mengangkat wajahnya menatap wajah pria pendongeng itu. Melihat seraut wajah yang rupawan, tanpa terasa pria buruk rupa ini langsung menutupi wajahnya dengan tangan, karena minder dengan wajahnya yang jelek itu.
Tapi pria
pendongeng itu tidak merasa jijik dan takut begitu melihat wajahnya.
Pria buruk rupa ini lalu terisak dan buru-buru berlari meninggalkan tempat itu karena malu. Makanan itu pun tidak sempat ia ambil.
Pria buruk rupa ini lalu berlari ke dalam hutan. Ia duduk di dalam hutan sambil menangis sesenggukan.
------------------------
Siluman rubah itu melanjutkan kembali ceritanya.
Tuan, tahukah engkau bahwa betapa aku sangat iri kepada gadis-gadis itu. Kenapa mereka bisa hidup dengan bebas di bawah cahaya matahari, sedangkan aku hanya bisa bersembunyi di balik sudut-sudut yang gelap tanpa bisa memandang langit sama sekali?
Meskipun begitu kau juga tidak boleh membunuh mereka! Kata si pria pendongeng.
Aku tidak membunuh mereka. Aku hanya ingin seperti mereka. Aku ingin berdiri di depanmu dengan bebas dan terbuka! Kata si siluman rubah.
Buat apa kamu berbuat seperti itu? Pria pendongeng itu lalu berjongkok di depan si siluman rubah.
Sebelum pertapaanku selesai dan aku bisa berubah menjadi manusia, aku sudah diusir oleh majikanku gara-gara wajahku yang seperti ini. Aku hidup bergelandang selama bertahun-tahun seperti anjing yang kehilangan tempat tinggal. Memangnya kenapa kalau aku ini siluman? Meskipun aku tidak mencelakai manusia, tapi orang-orang itu tetap membenci diriku! Kata si siluman rubah.
Ini juga tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan kejahatan! Kata Ping Er.
Setidaknya kau masih punya solusi yang lebih baik. Kenapa kau tidak datang mencari aku? Paling tidak kau bisa mendapatkan tempat untuk bernaung, kata si pria pendongeng.
Aku juga ingin bisa tinggal bersama tuan. Tapi...dengan wajahku yang seperti ini...bukankah hal ini malah akan menyusahkan tuan? Tuan akan ikut dihujat! Kata si siluman rubah.
Wajahmu saja aku tidak mempermasalahkan, apalagi perkataan dari orang-orang itu! Kata si pria pendongeng.
Tidak, kau tidak mengerti. Kau sama sekali tidak tahu. Kau tidak memahami bagaimana sebenarnya orang-orang di dunia ini. Karena aku sudah kenyang merasakan bagaimana pandangan mereka terhadap diriku. Aku tidak ingin menyusahkan dirimu lagi. Jadi satu-satunya jalan yang bisa kulakukan adalah....mencari beberapa orang gadis muda dan mengambil bagian yang terbagus dari kulit mereka...sebagai ganti untuk kulit wajahku ini. Dengan demikian...aku baru bisa hidup dengan bebas dan terbuka di dunia ini! Kata si siluman rubah.
Kau sudah terlalu paranoid! Penampilan itu adalah sesuatu yang semu. Yang paling penting itu adalah sekeping hati yang mulia! Kata si pria pendongeng.
Hanya orang yang berwajah dan berpenampilan rupawan saja yang bisa berbicara seperti ini. Monster buruk rupa seperti aku ini, baik atau buruk siapa yang akan peduli? Bantah si siluman rubah.
Jangan lakukan kepada orang lain apa yang anda tidak ingin orang lain lakukan terhadap diri anda. Kau sudah tahu bahwa wajah yang cacat itu bisa mendatangkan penderitaan. Tapi kenapa kau malah ingin mencelakai gadis-gadis itu? Siluman sepertimu, meskipun kau punya kulit sebagus apa pun juga, orang-orang tidak akan menyukai dirimu! Kata Xiao Huan.
Siluman rubah itu malah tertawa mendengar ucapan Xiao Huan. Dari kedua matanya menitik keluar beberapa tetes air mata. Ia berkata dengan nada putus asa,
Terus aku harus bagaimana? Aku sudah terbiasa dengan semua ini. Baiklah, kalau aku tidak bisa mendapatkan kulit mereka, biar mereka kubuat seperti aku!
Mendadak si siluman rubah melancarkan sebuah serangan gelap terhadap diri Xiao Huan. Tangan si siluman rubah dengan cepat menyambar leher Xiao Huan.
Jangan ! Teriak si pria pendongeng.
Mendengar teriakan si pria pendongeng, tiba-tiba si siluman rubah menjadi ragu sejenak. Lalu ia menarik serangannya. Kesempatan itu lalu dimanfaatkan oleh Ping Er untuk menyabetkan pedangnya ke tubuh siluman rubah itu.
Siluman rubah itu lalu roboh dan si pria pendongeng langsung bergerak cepat menyambar tubuh dari siluman rubah itu. Pria itu lalu menyandarkan kepala si siluman rubah pada lengannya.
Gadis-gadis itu kusembunyikan di dalam sebuah gua di gunung sebelah timur dari kota. Mereka tidak apa-apa. Maafkan aku, tuan. Meskipun aku sudah bekerja keras selama bertahun-tahun, tetap saja semua orang membenciku. Hanya anda, tuan yang tidak membenciku....hanya anda! Jika kelak kita bisa berjumpa kembali di kehidupan yang lain....aku pasti akan....!
Tapi sebelum si siluman rubah menyelesaikan ucapannya, napasnya sudah keburu putus dan nyawanya pun melayang.
------------------------
Ping Er dan Xiao Huan lalu pergi ke atas gunung untuk mencari gadis-gadis yang hilang itu. Satu-persatu gadis-gadis itu mereka kembalikan ke rumah, termasuk putrinya nyonya Zhang itu.
Nyonya Zhang senang sekali putrinya bisa kembali dengan selamat. Wanita itu berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada Ping Er dan Xiao Huan.
Kau berhasil membuat siluman rubah itu kembali ke wujud aslinya. Dalam waktu dekat ini, siluman itu tak mungkin bisa menjadi manusia, kata Xiao Huan.
Kasihan juga sebenarnya dia. Sayang sekali hidupnya tersesat. Semoga saja ia bisa lekas sadar. Semoga pertapaannya bisa berhasil dan bisa menerima perlakuan yang baik dari manusia, kata Ping Er.
Benar juga. Tapi boleh dikata urusan ini sudah terselesaikan dengan baik. Akhirnya kita bisa merayakan tahun baru dan menikmati pesta lentera. Yuk, kita ke sana...! Kata Xiao Huan.
---------------------------
Tahun baru Imlek tiba...!
Penduduk di kota Xiao Chi merayakan tahun baru Imlek dengan hati gembira. Para penduduk menempelkan kertas duilian (kertas bertuliskan syair) di depan pintu rumah mereka untuk mendatangkan keberuntungan.
Orang-orang juga memasang lentera di depan rumah mereka. Lentera berwarna-warni digantung di sepanjang jalan. Suasana di kota Xiao Chi menjadi sangat meriah.
Para penduduk juga memasang petasan dan bermain kembang api menyambut tahun baru. Para penduduk berkeliling di jalan sambil bermain kembang api.
Xiao Huan dan Ping Er juga ikut merayakan tahun baru bersama para penduduk. Xiao Huan berjalan sambil bermain kembang api. Gadis itu lalu berhenti di depan sebuah rak yang dipenuhi dengan lentera. Xiao Huan merangkapkan kedua tangannya dan memanjatkan doa.
Semoga kakek dan pendeta anjing liar sehat walafiat selalu di tahun yang baru ini. Semoga kak Ping Er juga selalu aman dan sentosa. Semoga aku bisa terus memburu dan memberantas siluman dan menjadi seorang pendekar wanita yang adil dan budiman.
Ping Er juga ikut memanjatkan doa,
Semoga roh jahat bisa lenyap selamanya di tahun yang baru ini. Semoga semua orang bisa hidup dengan aman dan bahagia!
Selesai berdoa, kedua orang gadis ini saling memandang dengan hati senang dan bahagia.
Di sudut lain dari kota, si pria pendongeng juga ikut merayakan tahun baru. Ia berjalan dengan gembira sambil menggendong seekor rubah berwarna putih yang merupakan penjelmaan dari si siluman rubah. Jadi ketika si pria siluman ini tewas, tubuhnya berubah kembali ke wujud aslinya yaitu seekor rubah putih.
Si pria pendongeng ini mengelus-elus bulu si rubah yang berwarna putih itu dengan penuh kasih sayang. Sedangkan si rubah menggelendot dengan jinaknya di dalam pelukan si pria pendongeng.
Tahun baru Imlek itu pastinya telah mendatangkan berkah bagi semua orang yang merayakannya....!
T
A M A T
************
No comments:
Post a Comment