Search This Blog:

Select Language To Translate Articles Here:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, December 23, 2025

The Ping Sisters 平瑶和平殊

The Ping Sisters ini adalah karakter dari game RPG China yang berjudul When Winds Meet atau 燕云十六声 yang dikembangkan oleh Everstone Studio.

Game ini termasuk game yang banyak di-cosplay oleh para artis cosplay China. Sampai Wang Lao Ji, Qi Xia Xia dan Sheng Wei Vivi tertarik untuk meng-cosplay karakter-karakter yang terdapat di game ini. Tentu saja mereka cosplay karakter yang berbeda.


Aku tidak tahu ada seberapa banyak karakter di dalam game ini dan aku juga tidak tahu karakter Ping Yao dan Ping Shu ini termasuk di dalam cerita yang mana di dalam game RPG ini. Aku juga bukan gamer dan tidak paham dengan dunia game online.

Kali ini Qi Xia Xia dan Vivi ikut-ikutan meng-cosplay karakter dari game ini. Qi Xia Xia meng-cosplay Ping Yao (adik perempuan) dan Vivi meng-cosplay Ping Shu (kakak perempuan).

Kisahnya aku buat berdasarkan tulisan yang diposting oleh Qi Xia Xia dan para fansnya di akun Weibo Xia Xia yang aku sarikan di bawah ini:


Latar Belakang:

Dua orang kakak beradik perempuan ditakdirkan untuk dikorbankan kepada sang Perawan Suci (santa) untuk melindungi rakyat. Si adik perempuan mengorbankan dirinya untuk melindungi kakak perempuannya. Si kakak perempuan, yang percaya bahwa sang Perawan Suci telah membunuh adik perempuannya lalu berusaha untuk membalas dendam.

Kesempatan akhirnya tiba. Si kakak perempuan hendak menyerang patung Perawan Suci, ketika ia tidak menyadari bahwa para penjaga altar ada di belakangnya. Pada saat kritis, Perawan Suci muncul dan menghalangi serangan itu, sehingga belati si kakak perempuan malah menusuk tubuhnya sendiri.


Larilah, kak, larilah ke tempat yang bebas, bisik sang Perawan Suci di telinga kakaknya itu.

Ternyata, mengorbankan diri kepada Perawan Suci berarti menjadi Perawan Suci itu sendiri.

Harga untuk mendapatkan sebuah kekuatan adalah kehilangan penglihatan dan penampilan, kehilangan kebebasan dan selamanya terperangkap di dalam altar.


Si adik perempuan menggunakan sihir untuk membuat kakak perempuannya bisa melupakan dirinya, akan tetapi ia tidak menyadari bahwa kakak perempuannya hanya melupakan dirinya, bukan rasa sakit atas kehilangan dirinya itu.

Setelah menjadi Perawan Suci, ia berusaha menjaga di sisi kakak perempuannya untuk melindunginya.

Hingga hari ini, kakak perempuannya masih menusukkan belati ke tubuhnya...!


Kisah Ini Diceritakan Dari Sudut Pandang Ping Yao 1:

Takdir sungguh menggelikan. Aku dikorbankan kepada sang Perawan Suci oleh ayah dan pamanku, namun aku sendiri malah menjadi sang Perawan Suci. Aku duduk tinggi di atas altar yang dingin, hanya sebuah cangkang kosong yang tak manusiawi.

Aku kehilangan kedua mataku dan terjerumus ke dalam kegelapan abadi. Aku juga kehilangan kebebasanku, serasa dipenjara selamanya.


Harga dari sebuah kekuatan segitu beratnya, namun aku menerimanya dengan hati ikhlas, demi melindungi semua rakyat, juga demi keselamatan kakak perempuanku.

Tapi kakak perempuanku tidak bisa menerimanya. Dia tidak bisa menerima pengorbananku, ia tidak rela aku harus menderita. Makanya aku harus mengerahkan mantra pelupa, agar ia bisa menghapus semua kenangan atas diriku dari seluruh ingatannya.

Aku menjaganya semampu yang kubisa dalam wujud seorang pelayan. Hanya dalam posisi inilah aku bisa melindunginya.


Kakak perempuanku memang telah melupakan diriku, tapi hanya separuh. Dia sudah melupakan wajahku, dia juga sudah lupa akan Pingyao di masa lalu, akan tetapi dia tidak melupakan rasa sakit yang menyiksa karena kehilangan orang yang sangat dia cintai. Rasa sakit ini, seperti tanaman beracun, yang merambat dan melingkari hatinya yang ujung-ujungnya mengarah langsung kepada diriku, sang Perawan Suci yang ia percaya sebagai sang pembunuhnya.

Ia mengintai di sisiku hari demi hari. Kebenciannya yang terpendam hampir nyata, bagaikan jarum dingin yang terus-menerus menusuk mataku yang sudah hancur. Ia pikir ia diam-diam mengamati musuhnya, tanpa menyadari bahwa setiap napas yang dihembuskannya, setiap momen tegang dari kebencian yang terpendam di dalam hatinya, justru menimbulkan  riak besar di duniaku yang buta.


Kakak, oh, kakak...!

Aku tidak ingin mengucapkan mantra pelupa lagi. Jika membenciku adalah sebuah bentuk dari ingatan maka keegoisanku yang hina ini ingin dia mengingat ini.

Hari ini adalah hari peringatan. Peringatan atas hari kematian dari adik perempuannya yang wajahnya sudah ia lupakan,  namun yang diyakininya telah dibunuh olehku. Aku dapat dengan jelas merasakan kedatangannya. Aura dingin dan niat membunuh yang terpancar dari belati dingin yang disembunyikan olehnya di dalam lengan bajunya.


Pedang dari para penjaga di bawah altar membuat hatiku semakin gemetar. Aku takut belati tersebut akan sekali lagi berlumuran darah dari orang-orang yang kukasihi. Aku takut adikku akan dicabik-cabik oleh penjaga altar karena telah membunuh sang perawan suci.

Waktu seakan membeku. Aku mendengar desingan tajam sebilah belati yang membelah udara, mengarah ke jantungku. Hampir bersamaan, aku merasakan pedang yang lebih cepat dan mematikan dari balik bayangan altar, menyerang dari belakang kearah adikku!

Logam dingin itu menembus jubahnya yang megah tanpa perlawanan. Dengan sisa kekuatanku, aku mencondongkan tubuh ke depan.


Larilah, kakakku! Larilah ke tempat yang aman!

Kita kakak beradik, sudah cukup berkorban. Pergilah dari tempat ini. Jangan tinggal lagi di sini!

Kekuatan Perawan Suci itu mulai sirna dan surut tak terkendali seiring dengan memudarnya kehidupan. Sebelum terperosok ke dalam kegelapan total, indra terakhirku menangkap aliran kekuatan yang familiar namun aneh itu telah menghilang, lalu dengan panik aku mulai memperbaiki tubuhku.

Setelah Perawan Suci itu, ada Perawan Suci yang lain.


Kakak, oh, Kakak!

Kakakku menjadi tahanan yang baru, ia duduk di atas altar. Dan aku, yang dilindunginya dengan kekuatan yang tak tertahankan, akan selamanya berada di sisinya.

Kebebasan? Pada akhirnya, tak satu pun dari kami yang memperolehnya!


Dan sapaan Kakak Perempuan yang terlambat itu akhirnya bukan lagi sebuah jeritan yang terpendam.

Ini mungkin satu-satunya kesempurnaan yang dapat kami, kakak beradik raih!


Kisah Ini Diceritakan Dari Sudut Pandang Ping Shu:

Apakah karena sudah terlalu lama? Saking lamanya sampai aku melupakan amarah?

Musuhku ada di hadapanku. Dialah yang telah mencelakai Ping Yao!

Tiga tahun yang lalu, di bawah tekanan ayah dan pamanku, aku gagal untuk melindunginya. Ping Yao akhirnya dikorbankan kepada sang Perawan Suci, tubuhnya hancur lebur.


Namun entah kenapa, padahal baru dua tahun berlalu, tapi aku sudah tidak bisa mengingat lagi wajahnya...

Dua tahun ini, saat melayani sang Perawan Suci, setiap saat aku selalu ingin membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri.

Hari ini adalah hari peringatan atas kematiannya, dan sudah waktunya bagi dia yang telah mencelakainya untuk membayar dengan nyawanya sendiri


Kisah Ini Diceritakan Dari Sudut Pandang Ping Yao 2:

Kakak, oh, Kakak...!

Di tengah malam yang gelap gulita, aku telah terbangun berkali-kali dari mimpi berpisah dengan saudariku. Tapi sayangnya, penampilanku telah berubah menjadi seorang Perawan Suci yang dihormati. Bagaimana mungkin aku berani menyapanya Kakak dengan identitas sebagai Yao Er?


Ah, itu dia

Meskipun buta, aku bisa merasakan kehadirannya yang familiar itu. Takdir itu memang kejam, namun penuh belas kasihan, memungkinkanku untuk mendekatinya lagi dengan cara ini.

Mungkin, diam-diam melindunginya seperti ini termasuk sempurna. Tapi, tidak…dia harus melarikan diri dari tempat ini. Melarikan diri ke tempat yang bebas. Kak, sangkar ini bukan milikmu


Tapi mengapa dia datang dengan sebilah belati di tangan? Ah, biarlah— toh aku bukan lagi seorang manusia. Mati di tangan saudariku akan menjadi semacam penebusan.

Seseorang ingin menyakitinya! Aku tidak bisa kehilangannya lagi!

Aku bergegas maju. Darah mengalir seperti bunga. Cairan hangat mengalir dari ujung jariku, namun aku tersenyum.


Bagus sekali… Aku berhasil melindungi kakakku sekali lagi. Yao Er… sungguh sangat bahagia.

Kakak, jangan menangis lagi. Sekalipun langit dan bumi tidak bisa memaafkanku, aku akan tetap berada di sisimu. Sekalipun aku menjadi debu, aku akan tetap melindungimu.


Kisah Ini Diceritakan Dari Sudut Pandang Ping Yao 3:

Kakak, oh, Kakak...!

Di tengah malam yang gelap gulita, aku berulang kali terbangun oleh kenangan perpisahan dengan saudariku.

Tapi sayangnya, penampilanku telah berubah. Sekarang aku adalah iblis. Bagaimana mungkin aku berani melihat saudariku tercinta?

Ah—di cermin, sepertinya aku melihat saudariku.

Apakah aku bermimpi? Biarkan aku menikmati mimpi indah ini.

Tidak, ini bukan mimpi—ini saudariku!

Oh tidak, seseorang mencoba menyakitinya!

Tidak, aku harus melindunginya!

Senang sekali…aku telah melindungi saudariku sekali lagi.

Yao Er…sangat bahagia.

Kakak, jangan bersedih lagi, aku selalu di sini!


Kisah Ini Diceritakan Dari Sudut Pandang Ping Yao 4:

Ayah dan pamanku pernah berkata, bahwa menjadi seorang Perawan Suci yang dikorbankan adalah suatu kehormatan bagi setiap putri dari keluarga Ping. Sebuah pahala yang tak terukur yang ditukar dengan kedamaian sebuah klan.

Namun keluarga Ping memiliki begitu banyak putri, tetapi mereka malah memilih kakak perempuanku.

Tapi, Kak, jangan takut, A Yao tidak akan membiarkan mereka mengorbankanmu. Saat kau bangun nanti, larilah dengan cepat, dan jangan pernah kembali lagi.


Pada hari pengorbanan, aku berjalan menuju altar untuk menggantikan kakak perempuanku. Saat cahaya suci menyelimutiku, tubuhku terasa seperti terkoyak sedikit demi sedikit. Aku tidak bisa mengeluarkan suara yang normal, hanya mampu mengeluarkan rintihan layaknya binatang buas yang terperangkap dari tenggorokanku. Cahaya itu seperti pisau, pertama-tama mencuri mataku, lalu perlahan-lahan mengikis wajahku. Pada saat itulah, aku akhirnya mengerti—yang disebut dengan pengorbanan itu bukanlah tentang kematian, melainkan tentang menjadi seorang Perawan Suci yang kehilangan kebebasan selamanya, yang dipenjara untuk selamanya di altar dingin ini.

Hingga pada suatu hari, seorang pelayan baru tiba di istanaku.

Auranya begitu familiar… itu adalah kakak perempuanku.

Dia datang. Dia datang untuk membalas dendam pada sang Perawan Suci. Jadi dia mau membalas dendam padaku (senyum pahit).

Aku berusaha menjaganya di sisiku, demi keselamatannya dan untuk mencegah masalah di masa depan. Aku menggunakan mantra terlarang untuk menghapus ingatannya tentang diriku. Tapi aku tidak pernah menyangka, bahwa meskipun mantra itu membuatnya bisa melupakan wajahku, namun mantra itu tidak dapat menghapus rasa sakit yang telah kuderita.

Pada peringatan kematianku sebagai sang Perawan Suci, kakak perempuanku masih mengangkat sebilah belati.

Tepat ketika dia hendak menusukku, penjaga di luar pintu mengayunkan pedang ke arahnya—tanpa berpikir, aku menangkap pedang itu dengan tangan kosong. Dengan segenap kekuatanku, aku mendorongnya menjauh dan berteriak,

Lari! Jangan kembali lagi!

Tapi dia tidak lari.

Dia malah berbalik dan berjalan menuju altar, seperti yang telah kulakukan bertahun-tahun sebelumnya.

Dia mengorbankan dirinya untuk memberiku kesempatan untuk hidup.

Sejak hari itu, kami tidak akan pernah terpisah lagi.

 

 

************


Sumber Foto: https://sogou.com 


No comments:

Post a Comment