Search This Blog:

Select Language To Translate Articles Here:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Thursday, September 8, 2022

Sinopsis Lengkap Drama Legend Of Yun Ze Special 云泽传特别篇 Episode 01 Sd 14


Sinopsis Episode 1:

Kisah drama ini ber-setting 2.000 tahun sesudah peristiwa di dalam drama Legend Of Yun Ze 云泽传.


Saat ini sudah di zaman modern. A Ze, tokoh di dalam drama Legend Of Yun Ze diceritakan sudah meninggal dunia. Tapi 2.000 tahun kemudian, gadis ini telah bereinkarnasi dan hidup kembali di dunia dengan nama yang sama. 


Lan Ze adalah seorang gadis yang mandiri. Sejak kecil ia diasuh oleh ibu angkatnya yang tidak pernah menyayanginya. Saat masih kecil, Lan Ze menumpang tinggal di rumah ibu angkatnya. Tapi setelah dewasa ia pindah dan menyewa rumah sendiri. Ia mencari nafkah demi membiayai dirinya sendiri dengan bekerja di sebuah kedai kopi sebagai seorang pramusaji.

Lan Ze sering bermimpi aneh. Seolah-olah dirinya pernah hidup di zaman dahulu. Mimpi aneh ini seringkali ia alami saat sedang tidur. Ia tidak mengerti kenapa mimpi ini sering menghantui hidupnya.


Hari ini Lan Ze bermimpi kembali. Mimpinya masih tetap sama seperti yang dulu. Mimpinya selalu seperti ini:


Lan Ze bermimpi ia saat itu sedang sekarat karena luka-lukanya. Ia sedang terbaring di dalam pangkuan rekannya, yaitu gadis bernama Jiang Zhao Yun.


Seorang wanita berdiri di dekat mereka sambil memandang mereka berdua.

Saat itu Zhao Yun tengah berduka atas kondisi A Ze yang sedang meregang nyawa.

A Ze berkata kepada Zhao Yun,

Maafkan aku...kita sudah berjanji akan pulang bersama ke kota Lingchuan....!


Sehabis mengucapkan perkataan ini, A Ze pun menghembuskan napas terakhir di dalam pelukan Jiang Zhao Yun. Zhao Yun menggenggam erat tangan A Ze seolah enggan untuk melepaskannya kembali.

Zhao Yun...! panggil wanita yang sedang berdiri itu. Zhao Yun lalu menengok ke arah wanita itu.


Kita harus pergi sekarang, kata wanita itu lagi. Zhao Yun memandang wanita itu dan mengucapkan sesuatu dengan suara yang lirih.


Sampai di sini mimpi Lan Ze pun berakhir. Dan seketika itu juga ia terbangun dari tidurnya.


Rupanya Lan Ze sedang ketiduran di atas meja. Bosnya menepuk pundaknya dan menegurnya,


Dasar pemalas...bisanya tidur saja ! Ini nih pelanggan VVV VIP ! Tolong kamu antarkan pesanannya ini !


Si Bos meletakkan bungkusan kopi itu di atas meja. Lan Ze pun mengiyakan sambil menyambar bungkusan itu dengan cepat.
 

---------

Seorang pemuda playboy berjalan bersama beberapa orang anak buahnya. Semua anak buahnya ini adalah penjilat.

Bos, hari ini cuaca sedang bagus. Bagus nih untuk berkencan. Eh, aku lihat nona itu boleh juga. Yakin deh si nona pasti klepek-klepek dengan pesona Bos, kata anak buahnya.


Rupanya mereka melihat Lan Ze sedang berjalan ke arah mereka. Pemuda ini juga melihat Lan Ze. Ia memberi kode kepada anak buahnya untuk berhenti. Ia menurunkan kacamata hitamnya untuk memandang wajah Lan Ze dengan lebih jelas. Setelah itu ia memberi kode lagi kepada anak buahnya untuk maju.


Mereka berhenti di depan Lan Ze.  Kemudian pemuda itu menyapa Lan Ze,

Nona, ayo kita saling bertukar wechat !


Tidak perlu, sahut Lan Ze cuek. Lan Ze berjalan kembali, tapi lengannya keburu ditahan oleh si pemuda. Lan Ze menatap pemuda itu dengan cemas.


Gawat nih ! batinnya. Lan Ze memandang lengannya yang masih dipegang oleh pemuda itu. Hening sejenak. Tiba-tiba pemuda itu melepaskan kacamatanya dan berkata,


Sudah kelayapan lebih dari 20 tahun...sekarang aku baru menyadari apa artinya jatuh cinta pada pandangan pertama ! Mendengar ucapan bosnya ini, anak buahnya pada meringis.


Lepaskan tanganmu ! kata Lan Ze.

Oh...! Si pemuda langsung melepaskan tangannya. Tapi ia masih sempat meraih kertas bon yang menempel pada bungkusan kopi di tangan Lan Ze itu.


Kedai Kopi Iced Rain...! kata pemuda itu saat membaca kertas bon itu.


Aku menyukaimu. Maukah engkau hidup bersamaku? tiba-tiba pemuda itu bertanya kepada Lan Ze.

Dasar idiot ! omel Lan Ze sambil bergegas pergi dari tempat itu.


Siapa yang kamu maksud? teriak anak buah pemuda itu dengan marah. Tapi si pemuda keburu mencegah anak buahnya bertindak lebih lanjut.


Harus sopan sama isteri bosmu, kata si pemuda. Tapi Lan Ze sudah berjalan semakin jauh dari mereka.

Sudah kuputuskan....aku menginginkan gadis ini, kata si pemuda.


 --------

Aneh, semua orang yang menyentuh tanganku pasti jadi suka padaku. Tampaknya ini bukan ilusi. Tapi kenapa hal ini bisa terjadi? pikir Lan Ze di dalam hati.


Ya, sudahlah, akhirnya Lan Ze meneruskan perjalanannya kembali.

Akhirnya sampailah Lan Ze di tempat tujuan. Sebuah rumah besar berpagar coklat yang tinggi. Lan Ze memencet bel di depan pagar.


Sekarang sudah zaman apa, masa pelanggan VVV VIP ini nomor telpon saja tidak punya? gumam Lan Ze.

Ada orangkah di rumah? teriak Lan Ze ketika belum ada yang membukai pintu.


Tidak lama kemudian, seorang wanita muda berkacamata dan berkaos putih lengan panjang keluar dari dalam rumah. Wanita itu membuka pintu pagar sambil memegang sebuah buku.


Ketika wanita itu melihat Lan Ze, wajahnya kelihatan terkejut. Ia mengamati Lan Ze dengan penuh perhatian. Lan Ze tercengang melihat wanita ini. Samar-samar Lan Ze teringat merasa pernah melihat wajah seperti ini.


Aneh, kenapa hatiku menjadi dag dig dug tidak keruan? batin Lan Ze di dalam hati.


Wanita itu masih memandang Lan Ze dengan terkesima. Lan Ze lalu teringat dengan pesanan kopinya itu. Ia mengangkat bungkusan kopi itu dan berkata kepada wanita itu,

Ini kopimu...


Wanita itu masih terus menatap Lan Ze. Kemudian ia memandang bungkusan kopi itu. Mendadak Ia menghampiri Lan Ze dan...memeluk gadis itu dengan erat.


Lan Ze sangat terkejut atas perbuatan wanita ini. Ia terdiam sejenak. Setelah hatinya mulai tenang, ia pun menegur wanita itu,

Kamu mau kurang ajar?


Mendengar ucapan Lan Ze ini, wanita itu buru-buru melepaskan pelukannya. Ia menyambar bungkusan kopi dari tangan Lan Ze dan berkata,

Terima kasih atas kopinya...!


Kemudian ia berbalik dengan cepat, masuk kembali ke dalam rumahnya.

Tinggallah Lan Ze berdiri sendirian di tempat itu dengan hati bingung.

Sinopsis Episode 2:

Pagi itu saat Lan Ze baru tiba di depan kedai kopi, para anak buah dari si pemuda sudah berdiri di depan pintu.


Hai cewe, kamu menikahlah dengan Fang Qing Xun ! seru pria-pria itu kepada Lan Ze.

Kalian lagi ngapain di sini? tanya si pemuda yang bernama Fang Qing Xun itu kepada anak buahnya.


Menikah itu bukanlah sesuatu yang harus ditangisi, lanjut Qing Xun lagi.

Ayo, tertawalah ! perintah Qing Xun. Para anak buahnya langsung menyengir kuda.


Qing Xun lalu memutar tubuhnya. Ia melihat Lan Ze sudah berdiri di depannya. Lalu ia berkata kepada Lan Ze,

Sayang, menikahlah denganku ! Tapi Lan Ze tidak menggubrisnya sama sekali. Ia melewati Qing Xun dengan cuek dan masuk ke dalam kedai kopinya.


Wah, dia sungguh cool ! kata Qing Xun.

Kayaknya aku memiliki kemampuan yang unik. Setiap orang yang menyentuh diriku akan menjadi suka padaku. Keadaan ini biasanya bertahan sehari, renung Lan Ze di dalam hati.


Terbayang di dalam kepala Lan Ze, kejadian-kejadian aneh yang pernah ia alami sehubungan dengan hal ini.

Nona, aku sungguh-sungguh menyukaimu. Kumohon hiduplah bersamaku, kata seorang pria botak berkacamata yang ia jumpai di jalan.


Kalau engkau mau, aku akan langsung menceraikan dia, sambung pria itu lagi.

Belum lagi hilang rasa heran di hati Lan Ze, mendadak tangannya ditarik oleh seseorang. Ternyata orang itu adalah isteri dari pria tersebut. Perempuan ini langsung mengomeli Lan Ze,

Pelakor, ketangkap kamu! Tapi mendadak wajah perempuan itu berubah. Ia menatap Lan Ze dengan sinar mata yang aneh.

Wah, tiba-tiba aku merasa wajahmu enak dipandang. Aku jadi suka padamu, kata perempuan itu lagi.

Lao Wang, aku ingin bercerai denganmu ! kata perempuan itu kepada suaminya.


Akhirnya suami isteri itu ribut sendiri dan berkelahi di jalan. Lan Ze pun buru-buru kabur dari tempat itu.

Lan Ze menghentikan lamunannya.


Ah, sudahlah! Lebih baik aku bekerja saja, gumam Lan Ze.

Baru saja ia mulai bekerja, tahu-tahu Fang Qing Xun sudah berdiri di depannya.


Menikahlah denganku, kata Fang Qing Xun kepada Lan Ze.

Sudah berapa lama kita bertemu? tanya Lan Ze kepada pemuda itu.


23 jam ! jawab Qing Xun.

55 menit ! tambah Qing Xun lagi.


Berarti sudah hampir ! kata Lan Ze.

Sudah hampir? Hampir apa? tanya Qing Xun lagi.


Tidak apa-apa. Sudah ya aku mau kerja sekarang, jawab Lan Ze.

Apa kamu merasa perkembangan kita terlalu cepat? tanya Qing Xun lagi.


Tidak masalah. Aku bisa menunggu kok. Aku bisa menemanimu setiap hari, kata Qing Xun lagi.

Itu tidak perlu, kata Lan Ze.


Apa kamu merasa aku terlalu iseng tidak ada kerjaan? tanya Qing Xun lagi.

Tapi Lan Ze tidak menyahut.


Kalau begitu aku akan mendirikan usaha. Betul ! Mendirikan usaha ! kata Qing Xun dengan penuh semangat.


Tapi Lan Ze diam saja tidak peduli. Melihat hal ini Qing Xun lalu berseru,

Bos...Bos...!

Siap ! Si Bos langsung muncul di hadapan pemuda itu.

Aku mau membeli kedai kopi ini, kata Qing Xun.

Maaf ya, kedai kopi ini sudah kujual, kata Si Bos.


Kapan? tanya si pemuda.

Baru saja, sahut Si Bos.

Siapa yang beli? tanya si pemuda lagi.

Si Bos langsung menengok ke arah pintu sambil menunjuk dan berkata,

Dia !


Seorang wanita muda membuka pintu kedai. Wanita ini sangat cantik dan menawan. Ia melangkah masuk dengan gaya yang elegan. Penampilannya sangat menarik. Ia mengenakan mantel panjang berwarna coklat di luar pakaian sport-nya yang santai.


Mata Fang Qing Xun terbelalak saat menatap wajah wanita ini. Diam-diam ia membatin di dalam hati,

Kenapa hatiku bergetar kembali?


Setelah wanita ini masuk ke dalam, Lan Ze baru melihat dengan jelas bahwa wanita ini adalah orang yang memeluk dirinya saat ia mengantarkan pesanan kopinya pada waktu itu.


Wanita itu memandang ke arah mereka. Ia mengangguk dan tersenyum sedikit ketika melihat Lan Ze.

Sinopsis Episode 3:

Lan Ze sedang duduk termenung di tempat kerjanya. Si bos baru sedang berdiri di belakang meja. Sesekali ia memandang ke arah Lan Ze.


Aku memiliki kemampuan yang unik. Setiap orang yang menyentuh tanganku akan menyukai diriku selama 24 jam. Kecuali satu orang....

Orang itu adalah wanita yang memeluk dirinya dan yang sekarang sudah menjadi bosnya yang baru.


Apakah kemampuanku ini sudah tidak efektif lagi? pikir Lan Ze di dalam hati.
 

24 jam kemudian ia membeli kedai kopi ini dan menjadi bosku. Dan sepertinya aku pernah memimpikan dia...


Lan Ze teringat pada perempuan yang memeluk dirinya di dalam mimpi itu. Perempuan yang berduka atas kematiannya itu. Wajah si bos ini mirip dengan wajah perempuan itu.


Bos...! Tiba-tiba Fang Qing Xun muncul di hadapan mereka.

Aku datang untuk melamar pekerjaan, kata Qing Xun sambil menatap si bos baru ini.


Kenapa si preman ini datang lagi? Kemarin baru saja menggoda cewe di jalan. Sekarang malah melamar pekerjaan. Pasti ia berniat buruk, pikir Lan Ze.


Qing Xun berjalan ke tempat si bos. Lan Ze langsung menghalanginya.

Mau apa kamu? hardik Lan Ze.

Apa urusannya dengan kamu? sahut Qing Xun.

Tiba-tiba Lan Ze meletakkan tangannya di pundak Qing Xun. Qing Xun langsung menoleh pada Lan Ze.

Mau apa kamu?


Tapi Lan Ze tidak mau melepaskan tangannya. Beberapa detik kemudian, mendadak wajah Qing Xun berubah. Ia menatap Lan Ze dengan mimik wajah yang aneh.


Lan Ze tersenyum girang dan melepaskan tangannya dari pundak Qing Xun. Ia mengamat-ngamati tangannya dengan wajah puas.


Semula aku datang ingin mencari bosmu. Rasanya aku sangat menyukainya. Tapi sekarang aku merasa sangat menyukaimu, ujar pemuda itu.


Lan Ze tersenyum geli dan berpikir,

Berarti kemampuanku itu masih ada.


Aku merasa agak aneh ini,
kata Qing Xun bingung.

Cowo brengsek, jangan bengong di sini ! hardik Lan Ze.


Lan Ze lalu meninggalkan pemuda itu. Saat ia memutar tubuhnya, ia hampir saja menabrak si bos.

Ada masalah? tanya si bos sambil menengok ke arah Qing Xun.


Tidak apa-apa, sahut Lan Ze gugup.

Kenapa kemampuanku bisa lenyap di depan dia? Tidak...! Aku harus mencobanya lagi, batin Lan Ze.


Bos...bolehkah aku melihat tanganmu? tanya Lan Ze.

Si Bos merasa geli, tapi ia balik bertanya,

Untuk apa?


Karena...aku bisa membaca garis tangan, jawab Lan Ze setelah berpikir sejenak.

Si bos merasa geli, tapi ia berkata,


Boleh..! Lalu si bos mengulurkan tangannya kepada Lan Ze.

Lan Ze lalu meraba telapak tangan si bos. Ia tersenyum sambil menatap wajah si bos.


Sekarang...apakah engkau memiliki perasaan yang khusus terhadap aku? Atau...adakah sesuatu yang ingin kaukatakan? tanya Lan Ze sambil tersenyum.
 

Si bos tersenyum geli. Ia membalikkan telapak tangannya dan balik menggenggam tangan Lan Ze. Lalu ia berjalan menghampiri gadis itu.

Lan Ze terkejut dan secara reflek melangkah mundur. Tapi si bos mendadak menarik tangan Lan Ze sehingga keduanya menjadi sangat dekat sekarang.


Sudah mulai...sudah mulai...kayaknya dia mau mengutarakan perasaannya sekarang...! seru Lan Ze di dalam hati.


Namaku Jiang Zhao Yun. Kamu...? Eh, si bos malah memperkenalkan dirinya kepada Lan Ze.

Kenapa Mary Sue-ku jadi tidak bereaksi ya? tanya Lan Ze di dalam hati.


Lan...Ze...! jawab Lan Ze.

A Ze...senang bertemu denganmu, kata Zhao Yun.


Kakak seganteng ini menatapku seperti ini. Siapa yang mampu menolaknya? seru Lan Ze di dalam hati.


Sama, aku juga ! jawab Lan Ze sambil menatap Zhao Yun dengan terpesona.


Sementara itu di seberang meja, Fang Qing Xun sedang mengamati kedua orang gadis ini.


Gawat...gawat ! Kayaknya bukan cuma aku saja yang terpikat pada dua orang gadis, kata Fang Qing Xun cemas. 

Sinopsis Episode 4:

Pada suatu hari, ibu angkat Lan Ze datang ke kedai kopi untuk menemui Lan Ze. Si ibu datang untuk meminta uang kepada anak angkatnya itu.


Aku tidak punya uang, kata Lan Ze.

Tidak punya uang? Kamu kan bekerja! kata si ibu tidak percaya.


Kamu kan bisa meminta bosmu untuk membayarkan lebih dulu gajimu itu. Bilang saja ibumu ada keperluan yang mendesak, kata si ibu lagi.


Dari kecil aku tidak pernah memakai uang rumah sepeser pun. Kenapa mesti minta uangnya sama aku? protes Lan Ze.


Karena aku yang membesarkan dirimu sampai dewasa ! jawab si ibu marah.


Suara si ibu yang keras itu sampai memancing perhatian dari Jiang Zhao Yun, bosnya Lan Ze yang sedang membaca di meja lain. Zhao Yun menengok ke arah mereka dengan hati curiga.


Membesarkan aku? Bukan karena membesarkan aku ada uang tunjangannya? Kalau tidak memangnya engkau mau membesarkan aku? ujar Lan Ze.


Dari kecil aku cuma makan nasi dan lauk pauk sisa. Aku kuliah juga dengan uang hasil keringatku sendiri. Kenapa engkau masih meminta uang dariku? kata Lan Ze lagi.


Mendengar ucapan Lan Ze ini, si ibu menjadi sewot. Ia langsung berteriak-teriak di situ untuk memancing perhatian dari semua orang.


Coba kalian pikir ini adil tidak buat aku? Keadaan ekonomi keluarga kami tidak baik. Aku bersusah payah membesarkan anak ini hingga dewasa. Sekarang.... ia malah sama sekali tidak mau memberikan uangnya kepadaku...! teriak si ibu heboh.


Sudah cukup...! Apa sebenarnya yang kauinginkan, bu? seru Lan Ze.


Itu karena adikmu sebentar lagi mau ujian masuk universitas. Dia ingin membeli mesin belajar, tapi di rumah sedang tidak ada uang, jelas si ibu.


Selagi Lan Ze bingung apa yang harus ia lakukan, mendadak Zhao Yun muncul di hadapan mereka. Ia membanting sebuah amplop coklat di atas meja.


Bos..? sapa Lan Ze kaget sambil memandang bosnya.


Zhao Yun memandang Lan Ze sejenak, kemudian menoleh pada si ibu sambil berkata,


Ini gajinya dia...


Si ibu buru-buru ingin mengambil amplop itu, tapi mendadak Zhao Yun menarik kembali amplop itu.


Aku tidak bilang ini untukmu, kata Zhao Yun. Lalu ia menyodorkan amplop itu kepada Lan Ze sambil berkata,


Buat kamu...


Sekarang kamu sudah punya uang. Ayo, berikan kepadaku,
kata si ibu kepada Lan Ze.


Lan Ze mengambil amplop itu. Ia menoleh pada bosnya lalu memandang ibunya. Ia tampak ragu-ragu.


Tunggu...aku lupa ! Melihat Lan Ze ragu-ragu, mendadak Zhao Yun menarik kembali amplopnya dari tangan Lan Ze.


Di saat jam kerja, membuat kegaduhan...potong 500 yuan. Mengobrol...potong 500 yuan. Menimbulkan citra negatif bagi kedai...potong...2.000 yuan. Tidak pakai seragam...potong 500 yuan, kata Zhao Yun.


Masih sisa...100 yuan, kata Zhao Yun lagi. Lalu ia menyodorkan uang itu kepada Lan Ze.


Ambillah...! kata Lan Ze sambil menyodorkan uang itu kepada ibunya.


Kayak kasih sama pengemis aja, omel si ibu.

Uangku cuma tinggal 100 yuan, balas Lan Ze.


Uang 100 yuan buat pengemis juga sudah kebanyakan, timpa Lan Ze lagi.


Kalian mengobrollah, kata Zhao Yun sembari beranjak dari tempat itu.


Eh, tunggu dulu ! seru si ibu sambil mencegat Zhao Yun.


Dasar bos jahat kamu, potong gaji orang seenaknya ! omel si ibu sambil memegang lengan Zhao Yun.


Lepaskan tanganmu ! kata Zhao Yun.


Takkan kulepaskan ! seru si ibu tidak mau kalah.


Kamu si tukang potong gaji...lihai juga kamu ya ! omel si ibu lagi.


Mendadak tubuh Zhao Yun terjengkang ke belakang. Semua orang menjerit kaget.


Si ibu langsung panik. Ia memandang tangannya dengan bingung, seolah-olah tidak percaya tangannya bisa membuat si bos sampai terjengkang.


Lan Ze buru-buru berjongkok di dekat bosnya sambil bertanya,


Engkau tidak apa-apa?


Zhao Yun menoleh pada Lan Ze dan diam-diam mengedipkan matanya. Ternyata Zhao Yun cuma berpura-pura jatuh.


Aduh, kepalaku sakit ! seru Zhao Yun sambil menjatuhkan kepalanya ke lantai.


Lan Ze lantas paham apa maksud dari bosnya. Zhao Yun lalu berseru kembali,


Cepat bantu aku telpon 120 !


Kenapa engkau mendorong orang?
Lan Ze bangkit berdiri dan menegur ibunya.


Aku tidak mendorongnya. Bukan aku yang memukulnya ! Sehabis mengucapkan ini, si ibu buru-buru kabur dari tempat itu.


Melihat si ibu sudah kabur, Zhao Yun lalu bangun kembali. Ia menunggu sampai si ibu sudah tidak kelihatan lagi, baru menegur Lan Ze,


A Ze, ada kalanya jadi orang itu tidak boleh terlalu baik. Paham kamu?


A Ze tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.


Kecuali terhadap aku, bisik Zhao Yun di dalam hati.

Sinopsis Episode 5:

Hari ini penuh dengan kejadian aneh. Tak kusangka di hari ketiga aku bekerja aku...sudah tinggal serumah dengan bos. Orang yang menjadi asistennya itu juga sangat aneh, kata Lan Ze di dalam hati.


Ia adalah asisten di rumah ini, namanya Yan Qi, kata Zhao Yun memperkenalkan asistennya kepada Lan Ze.


Asisten Zhao Yun ini adalah seorang wanita yang selalu mengenakan busana klasik zaman kuno dan berdandan seperti pendekar wanita di zaman persilatan.


Oh..! Lan Ze mengangguk dan tersenyum kepada Yan Qi yang dibalas dengan senyum oleh sang asisten.


Kenapa kamu masih mengenakan pakaian seperti itu? tegur Zhao Yun kepada asistennya itu.


Justru pakaian ini yang paling ngetren di zaman sekarang, tukas Yan Qi sambil ngeloyor pergi. Lan Ze tersenyum geli melihat tingkah Yan Qi ini.


Kemudian Lan Ze memikirkan kejadian-kejadian aneh yang ia alami pada hari ini.


Semua ini datangnya terlalu tiba-tiba. Pokoknya hari ini aku sangat sial. Pemilik rumah tidak mau lagi menyewakan rumahnya kepadaku.

Hari ini Lan Ze ditelpon oleh si pemilik rumah.


Lalu aku harus tinggal di mana? Padahal aku sudah membayar uang sewa. Kenapa uangku ditolak? Halo...halo...?
Tapi si pemilik rumah sudah menutup telponnya.


Aku juga ditolak oleh sahabatku (Aku adalah satu-satunya sahabatmu...).

Lan Ze menelpon sahabatnya itu.


Di rumah tidak leluasa? Tidak apa-apa...tidak apa-apa. Aku bisa mencari akal sendiri.


HP-ku juga hilang.

Seorang pria bertopi kupluk menyenggol Lan Ze di jalan.


Maaf ya...!
kata pria itu sambil bergegas pergi.

Kedai kopi juga tutup.


Ketika Lan Ze pergi ke kedai kopinya, ada kertas ditempel di depan pintu, bahwa kedai kopi tidak buka hari ini.


Ada orangkah di dalam...? Lan Ze mengetuk-ngetuk pintu sambil berteriak.


Bahkan teman kerjaku pun tidak bisa kutemukan.

Sebaliknya aku malah bertemu dengan seorang pria yang mabuk.


Seorang pria mabuk mencegat Lan Ze di jalan.

Nona...ayo temani kakak bermain, kata pria itu.


Enyahlah...!
hardik Lan Ze sambil buru-buru pergi. Tapi untung pria itu tidak mengikutinya.


Baru beberapa langkah Lan Ze berjalan, mendadak ia mendengar suara buk yang keras di belakangnya. Ia pun memutar tubuhnya dan...


Ia melihat pria itu sudah roboh di jalan. Rupanya pria itu telah dipukuli oleh seseorang. Dan Lan Ze melihat Jiang Zhao Yun, bosnya itu sudah berdiri di depannya. Seperti biasa Zhao Yun tampak cool dengan setelan mantel hitamnya yang keren.


Lan Ze baru tahu bahwa pria mabuk itu telah dihajar oleh Zhao Yun.

Bos..? Sapa Lan Ze kaget.


Kebetulan sekali...! sahut Zhao Yun sambil menatap Lan Ze.

Begitulah ceritanya. Akhirnya aku menumpang di rumah bosku.


Hari ini kedai kopi mengirimkan beberapa buah koper. Katanya semua itu milikmu. Di kedai tidak ada tempat untuk menaruh koper-koper ini. Makanya aku membawanya pulang,
jelas Zhao Yun kepada Lan Ze.


Lan Ze terkejut mendengar ini, tapi ia cuma bisa mengangguk-angguk setuju.

Kamarmu ada di loteng. Ikuti aku, kata Zhao Yun.


Setelah keduanya berada di dalam kamar, Zhao Yun lalu mengingatkan Lan Ze,


Lain kali kalau kamu ada masalah, bisa mencari aku. Yan Qi selalu tidur lebih awal.


Baiklah...Terima kasih bos,
sahut Lan Ze.

Lain kali panggil aku Zhao Yun saja, kata Zhao Yun.


Lan Ze terkejut. Ia berpikir sejenak lalu bertanya,

Bagaimana...kalau aku memanggilmu Kakak Zhao Yun saja? Zhao Yun tersenyum dan menjawab,


Boleh juga...

Ehm...aku tidur di sini? tanya Lan Ze lagi.


Zhao Yun berpikir sejenak, lalu balik bertanya,

Tidur seorang diri takut tidak?


Tidak takut,
jawab Lan Ze spontan.

Zhao Yun mengangguk, lalu meninggalkan kamar itu.


Malamnya Lan Ze menyalakan obat nyamuk.

Sudah musim dingin. Darimana datangnya nyamuk-nyamuk ini?


Sementara itu Zhao Yun sedang membaca buku di lantai bawah. Yan Qi, asistennya menghampirinya sambil menunjukkan sebuah HP.


Ini HP-nya dia, kata Yan Qi.

Sudah merepotkan kamu, kata Zhao Yun sambil mengambil HP itu.


Ini sudah kewajibanku, jawab Yan Qi.

Ternyata semua kejadian yang dialami oleh Lan Ze adalah rekayasa belaka yang dilakukan oleh Yan Qi atas perintah dari Jiang Zhao Yun.


Dari mulai urusan rumah kontrakan, pencopetan HP Lan Ze, penutupan kedai dan lain-lainnya adalah rekayasa. Yan Qi yang mengupah pria bertopi kupluk itu untuk mencopet HP Lan Ze.


Buatlah dia pindah rumah. Antarkan koper-koper itu ke tempat ini, perintah Yan Qi kepada pria itu.

Yan Qi juga yang menempelkan kertas pengumuman di pintu kedai.

Semua ini adalah rencana Zhao Yun.


Apa yang akan kaulakukan untuk mengembalikan ingatannya? tanya Yan Qi kepada Zhao Yun.

A Ze, akhirnya aku berhasil menunggumu...! kata Zhao Yun di dalam hati.

Sinopsis Episode 6:

Hari itu Lan Ze sedang membersihkan meja. Ia melihat bosnya sedang berdiri di meja kasir.


Adakah orang yang benar-benar kamu anggap spesial? Lan Ze bertanya kepada dirinya sendiri.


Dia adalah bosku yang juga teman sekamarku ! jawab Lan Ze di dalam hati.


Aku masih ada urusan, kamu makan saja dulu, kata Zhao Yun.

Baiklah, sahut Lan Ze.


Lan Ze mengamati bos barunya ini dengan penuh perhatian. Sebenarnya seperti apa sih Jiang Zhao Yun itu di mata Lan Ze?


Ia kelihatan sangat angkuh dan dingin. Tapi ia sangat baik padaku.


Ia membantuku menghadapi ibu angkatku yang kemaruk harta. Ia menampung diriku yang tidak mempunyai rumah ini.


Tapi dia...sepertinya juga baik terhadap semua orang.

Hari ini rumah kedatangan seorang tamu.


Seorang gadis datang ke rumah Zhao Yun. Gadis ini kelihatannya sangat akrab dengan bos Lan Ze ini. Gadis itu tidak sungkan-sungkan memeluk Zhao Yun.


Di dalam kamarnya Lan Ze diam-diam mengamati tingkah laku mereka berdua. Ia merasa heran Zhao Yun yang kelihatan angkuh ini bisa bersikap terbuka terhadap gadis itu.


Siapa sih gadis ini?


Apakah gadis ini teman baiknya? Tampaknya hubungan mereka sangat baik, Lan Ze bertanya di dalam hati.


Halo, aku Xiao Shi, kata gadis itu memperkenalkan diri.

Xiao Shi? ulang Lan Ze heran.


Orang-orang mengatai aku ini siluman tukang makan. Karena aku sangat suka makan. Kamu masih ingat sama aku? tanya Xiao Shi.


Lan Ze tertegun mendengar pertanyaan Xiao Shi ini. Zhao Yun yang sedang membaca buku ini sampai menengok pada mereka.


Sadar ia sudah salah bicara, Xiao Shi pun buru-buru meralat ucapannya,

Aku cuma bercanda kok...


Sehabis mengucapkan ini, Xiao Shi lalu menengok pada Zhao Yun dan diam-diam mengedipkan matanya.


Hanya mereka yang mengerti candaan mereka, pikir Lan Ze di dalam hati.

Sehabis mengobrol, mereka lalu makan bersama.


Melihat Xiao Shi makan dengan rakus, Zhao Yun yang merasa tidak enak dengan Lan Ze lalu menegur Xiao Shi,


Makanlah pelan-pelan. Tidak ada yang berebut makanan denganmu !

He eh..he eh...! sahut Xiao Shi.


Kak Xiao Shi, kenapa engkau tidak makan sayuran?
tanya Lan Ze.

Dia sukanya makan ini, jawab Zhao Yun.


Aku ingin sekali memasuki dunianya, kata Lan Ze di dalam hati.

Makanan ini enak sekali. Pesannya di mana? tanya Xiao Shi.


Asal pesan saja kok, sahut Zhao Yun.


Nih, kamu cobain juga, kata Xiao Shi sambil menyodorkan makanan itu kepada Zhao Yun.


Kamu lupa ya? kata Zhao Yun.

Oh, iya kamu tidak makan daging...! kata Xiao Shi.


Kalau begitu aku saja yang makan, kata Xiao Shi lagi.

Hanya saja...aku tidak bisa nimbrung percakapan mereka, kata Lan Ze di dalam hati.


Sehabis makan, mereka bermain di depan rumah. Zhao Yun berlatih pedang ditemani oleh Xiao Shi. Sedangkan Lan Ze hanya duduk sendiri menyaksikan mereka bermain.


Mereka juga punya hobi yang sama, kata Lan Ze di dalam hati.


Eh, bisa melihat Tange lagi ! kata Xiao Shi ketika Zhao Yun mencabut pedangnya.

Ini nih pedang terkenal yang tiada taranya di dunia, kata Xiao Shi lagi sambil memegang pedang itu.


Hati-hati, jangan sampai terluka, kata Zhao Yun memperingatkan Xiao Shi.

Hobinya tergolong sangat unik, kata Lan Ze di dalam hati.


Zhao Yun lalu memperagakan ilmu pedangnya di depan kedua orang gadis itu.


Entah kenapa...rasanya aku mempunyai semacam perasaan yang istimewa terhadap dirinya. Rasa peduli yang sangat khusus....! pikir Lan Ze saat menyaksikan Zhao Yun bermain pedang.


Kamu sedang apa? tiba-tiba Xiao Shi muncul di depan Lan Ze.

Hmm...tidak apa-apa, sahut Lan Ze.


Kamu sedang memandang Zhao Yun, ya? tanya Xiao Shi sambil tersenyum.


Ah, tidak ! sahut Lan Ze sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


Kuberitahu sebuah rahasia ya. Dia itu dari luar kelihatan serius, tapi sebenarnya dia itu licik loh, kata Xiao Shi.


Benarkah?

Lan Ze teringat pada waktu pertama kali berjumpa dengan Zhao Yun, Zhao Yun sudah berani memeluknya.


Pelukan yang sangat aneh...

Lalu pada hari yang sial itu, tiba-tiba ia muncul begitu saja. Apakah hal ini memang kebetulan?


Satu hal lagi...Benarkah aku pernah memimpikannya?

Apa memang....kami sudah lama saling mengenal?

Sinopsis Episode 7:

Namaku Fang Qing Xun. Aku adalah generasi kedua dari keluarga berada.


Baru-baru ini aku berjumpa dengan dua orang wanita yang misterius. Mereka membuat diriku larut dalam kecurigaan.

Wanita pertama adalah dia. Aku sangat menyukainya.

(Wanita yang dimaksud adalah Jiang Zhao Yun).


Wanita kedua adalah dia. Sudah tiga kali aku berjumpa dengannya. Dia itu bukanlah tipe yang kusukai. Tapi setiap kali menyentuh tubuhnya, di luar kendaliku aku akan menyukainya.

(Wanita yang dimaksud adalah Lan Ze).


Benarkah aku ini seorang pria brengsek? Atau ia memiliki semacam ilmu sihir?


Hal-hal inilah yang dipikirkan oleh Fang Qing Xun ketika ia datang ke kedai kopi hari ini.


Kenapa ia menatapku seperti itu? tanya Lan Ze di dalam hati, ketika melihat Fang Qing Xun datang ke kedai kopi hari ini.

Apakah kemampuanku itu sudah disadari olehnya? pikir Lan Ze.


Cowo brengsek, keluar kamu ! seru Lan Ze sambil mengacungkan sapunya kepada Fang Qing Xun.


Hei, ada tamu diusir! Apa-apaan kamu ini? Kok pelayanannya kayak begini? Masih mau dagang apa gak nih? seru Fang Qing Xun.


Lan Ze menengok pada bosnya yang sedang duduk membaca buku di sudut ruangan.


Jiang Zhao Yun memandang sekilas ke arah Fang Qing Xun.

Lan Ze buru-buru menghampiri pemuda itu dan berkata,


Mau apa kamu ke sini?

Minum ! jawab pemuda itu.


Dasar laki-laki busuk! Lan Ze memutuskan untuk menggunakan lagi kemampuan khususnya untuk mengusir pemuda itu.


Tiba-tiba tangan Lan Ze terulur ke depan hendak memegang pundak Qing Xun. Tapi Qing Xun yang sudah waspada lebih dulu langsung bergerak menghindar, sehingga tangan Lan Ze pun luput dari sasaran.


Mau apa kamu? Jangan coba-coba menyentuhku. Mau kurang ajar kamu? seru Qing Xun sambil melangkah mundur.


Lan Ze terkejut ternyata pemuda itu sudah menyadari triknya itu.

Aku mencari bos kalian. Kerja sana ! Menjauhlah dariku ! seru Qing Xun lagi sambil masuk ke dalam.


Fang Qing Xun menghampiri meja Zhao Yun dan langsung duduk di situ.


Bos, namaku Fang Qing Xun. Kita pernah bertemu sebelumnya. Aku mewakili grup perusahaan Fang bermaksud membeli kedai kopi ini. Engkau boleh buka harga berapa saja. Anggap saja sebagai teman, ujar Qing Xun.


Aku tidak kekurangan uang, jawab Zhao Yun singkat.

Aku sungguh-sungguh menyukai dirimu. Yuk, kita berteman, boleh gak? Ujar Qing Xun lagi.


Tapi Zhao Yun masih terus membaca, tidak menggubris ucapan Qing Xun sama sekali.


Kalau begitu....biar aku menemanimu di sini, kata Qing Xun tebal muka.


Pelayan, pesan secangkir kopi ! seru pemuda itu.

Orang ini mau mengacau lagi, pikir Zhao Yun di dalam hati.


Lan Ze lalu datang ke meja pemuda itu dan diam-diam hendak memegang pundak Qing Xun lagi dari belakang. Tapi pemuda ini sudah waspada. Ia langsung bergerak menghindar sehingga tangan Lan Ze pun luput kembali.


Eih, gak menyangka kan kamu? ejek Qing Xun.


Mendadak Lan Ze menggerakkan tangannya lagi, tapi tangannya langsung ditahan oleh pemuda itu. Lan Ze girang sekali tangannya ditangkap oleh pemuda itu.


Mau apa kamu? Mau menyergapku ya? Ayo, bawakan kopinya ! seru Qing Xun.

Coba katakan sekali lagi, kata Lan Ze.


Bawakan…kopinya...? kata Qing Xun terbata-bata. Rupanya kemampuan khusus Lan Ze ini sudah bereaksi terhadap pemuda ini.


Tiba-tiba aku merasa sangat menyukainya. Apa yang terjadi ini? Aku kemasukan iblis lagi? Enyahlah kamu ! kata Qing Xun di dalam hati.


Sekarang aku mau melihat bagaimana kamu pdkt sama bosku, kata Lan Ze.


Enyahlah...enyahlah kamu...! Qing Xun sedang berusaha mengusir iblis di dalam hatinya.


Oh, aku sangat menyukaimu, akhirnya Qing Xun tidak berdaya.

Sadar...sadar...! seru Qing Xun sambil menampar-nampar wajahnya.


Tiba-tiba Qing Xun bangun dari kursinya dan langsung meraih pinggang Lan Ze sambil berkata,

Apakah kamu bersedia menikah denganku?


Puiihhh ! Siapa yang sudi menikah denganmu?
Hardik Lan Ze sambil memukuli pemuda itu.


Apa yang kulakukan ini? seru Qing Xun di dalam hati.

Lepaskan tanganmu ! seru Lan Ze.


Takkan kulepaskan ! seru Qing Xun.

Aku cuma main-main denganmu ! seru Lan Ze lagi.


Aku serius, kata Qing Xun.

Lepaskan ! seru Lan Ze.


Melihat adegan ini, Zhao Yun tidak tahan lagi. Ia menutup bukunya dan bangkit berdiri. Ia menepuk pundak Qing Xun. Pemuda ini langsung menoleh ke belakang.


Bos ! seru Qing Xun sambil melepaskan tangannya dari tubuh Lan Ze.

Lan Ze meraba tangannya yang kesakitan. Zhao Yun memandang Lan Ze sejenak lalu menghadapi pemuda itu.


Zhao Yun mengerahkan manteranya dan menempelkan jari tangannya ke dahi Qing Xun sambil berseru,

Sadar !


Beberapa detik kemudian Qing Xun pun tersadar. Ia memutar badannya dan berkata kepada Lan Ze,


Apa yang baru saja kaulakukan padaku?

Dia tidak melakukan apa-apa, Zhao Yun menyela ucapan pemuda itu.


Kamu kembalilah bekerja, perintah Zhao Yun kepada Lan Ze.

Oh..! jawab Lan Ze.


Sepertinya kamu tidak disukai di sini. Kalau tidak ada urusan lagi, kamu pulang saja, kata Zhao Yun kepada Qing Xun.
 

Bos, aku suka padamu. Maukah engkau hidup bersamaku? seru Qing Xun nekat.

Suka? Apa itu suka? tanya Zhao Yun.


Zhao Yun mendekati pemuda itu selangkah demi selangkah. Qing Xun yang tertegun melihat sikap dan ucapan Zhao Yun ini malah menjadi ragu-ragu sekarang. Tanpa sadar ia malah melangkah mundur selangkah demi selangkah.
 

Tahukah kamu namaku siapa?

Apa yang kusukai?

Apa yang tidak kusukai?

Orang seperti apa aku ini?


Dan hal-hal apa yang telah kulakukan?

Apa kamu memahaminya?

Mendengar ucapan Zhao Yun ini, Qing Xun menjadi bingung. Ia tidak mampu lagi mengucapkan sepatah kata pun.

Zhao Yun memandang Lan Ze sejenak dari tempat ia berdiri. Kemudian ia menatap kembali pemuda itu dan berkata,
 

Dulu ada seseorang….dia tidak pernah mengatakan suka padaku. Tapi di saat semua tangan sedang menuding diriku, dia tetap mendukungku tanpa syarat, bahkan sampai mengorbankan jiwanya….!
 
Suka yang kausebut-sebut itu terlalu dangkal sebenarnya…!

Tapi…suka ya suka, bantah Qing Xun.


Masih belum paham juga kamu? Sudah ada orang yang kusukai. Aku masih terus menunggunya….!
Jelas Zhao Yun.

Ternyata…bos menyukai seseorang, kata Lan Ze di dalam hati.


Aku lagi bingung sekarang. Akan kurenungkan kembali apa yang kaumaksud dengan suka itu. Setelah itu aku akan datang kembali menemuimu, kata Qing Xun.
 

Setelah mengucapkan perkataannya, pemuda itu langsung ngeloyor pergi.

Setelah pemuda itu pergi, Lan Ze lalu menoleh pada Zhao Yun dan ternyata bosnya itu juga tengah menatapnya.


Akhirnya kedua orang wanita ini saling menatap satu sama lain di kedai kopi itu.

Sinopsis Episode 8:

Pada suatu hari, ibu angkat Lan Ze datang lagi ke kedai kopi untuk menemui Lan Ze. Kali ini si ibu membawa seorang pria bersamanya. Si pria ini dari tampangnya saja sudah kelihatan ia bukanlah orang baik-baik.


Rupanya si ibu ini ingin menjodohkan putrinya dengan pria ini. Ia mengajak pria ini ke tempat Lan Ze bekerja untuk mengenalkan mereka berdua.


Ini dia ibu angkatku. Dia ini bisanya cuma meminta uang saja.

Kenalan? seru Lan Ze kaget.


Sayang, dia ini adalah Wang Kai, teman sekolah dasarmu. Kamu masih ingat tidak? kata si ibu sambil mengenalkan pria itu.


Lan Ze memandang wajah pria itu. Tapi wajah pria itu terasa sangat asing baginya.

Aku baru pertama kali melihat wajah pria ini, kata Lan Ze di dalam hati.

Karena Lan Ze tidak menyahut, si ibu melanjutkan lagi kata-katanya.


Keluarga Wang Kai cukup berada. Dia ini semenjak sekolah dasar sudah diam-diam menyukaimu.


Karena rumahnya lagi renovasi makanya ia datang mencarimu. Zaman sekarang sudah sulit menemukan orang yang mementingkan perasaan seperti dia,
kata si ibu.


Maaf ya, saat ini aku belum memikirkan masalah pernikahan,  kata Lan Ze kepada Wang Kai.


Sudah ya, aku mau kerja sekarang ! sehabis mengucapkan perkataan ini, Lan Ze langsung meninggalkan mereka berdua.


Tiba-tiba si ibu berteriak kesakitan. Ia membungkuk sambil memegang perutnya.


Aih, bibi…! seru Wang Kai kaget.

Engkau kenapa, Bi? tanya Wang Kai sambil memegang tangan si ibu.


Mau bikin keributan apa lagi nih? tanya Lan Ze sambil menoleh pada ibunya yang kepalanya lagi tengkurap di atas meja.


Bibi sedang sakit, jawab Wang Kai.

Engkau kenapa? tanya Lan Ze kepada ibunya.

Kamu tidak tahu ya? tanya Wang Kai kepada Lan Ze.


Benar sekali apa yang diucapkan bibi. Kamu ini…sedikit pun tidak memikirkan keluargamu, kata Wang Kai.

Ayo, katakan. Ada apa sebenarnya? desak Lan Ze.


Tiba-tiba si ibu mengeluarkan sebuah dokumen dan menyodorkannya kepada Lan Ze sambil berkata,

Penyakit Kanker Stadium Akhir…!


Aku tahu engkau tidak setuju denganku. Engkau juga bukan anak kandungku. Makanya…begitu ada masalah engkau jadi kurang peduli. Tapi…walau bagaimana pun kita tetap punya perasaan, bukan?
kata si ibu lagi.


Aku juga tidak bisa hidup lebih lama lagi. Makanya aku mencarikanmu suami yang bisa diandalkan. Dengan begitu aku bisa mati dengan tenang, lanjut si ibu lagi.


Kamu jangan khawatir. Penyakit bibi ini bukannya tidak bisa diobati. Aku sudah tanyakan kepada dokternya. Biaya operasi, transplantasi dan biaya perawatan lanjutan total semuanya adalah sebesar ini,
kata Wang Kai sambil mengacungkan kelima jarinya.


Aku sudah kasih pihak rumah sakit uang muka sebesar seratus ribu yuan, kata Wang Kai lagi.

Apa maksud ucapanmu? tanya Lan Ze curiga.


Lagipula nanti juga kita akan menjadi satu keluarga. Wang Kai sudah bilang uang ini tidak usah dikembalikan. Anggap saja sebagai uang pertunangan, ujar si ibu.


Aku tidak pernah bilang mau menikah,
kata Lan Ze.

Bibi, maaf ya. Putrimu tidak mau mengobati penyakitmu. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, kata Wang Kai.


A Ze, usiaku belum lagi 50 tahun. Aku sudah bersusah payah seumur hidupku. Kita tidak memiliki uang sebanyak ini. Kamu tega ya melihat ibumu mati? kata si ibu.


Kalau kamu menikah, semua orang bisa hidup bahagia, bujuk si ibu lagi.

Benar itu. Aku tahu urusan ini rada lancang. Tapi aku benar-benar menyukaimu, kata Wang Kai sambil tersenyum genit.


Aku tidak bakal menikah denganmu ! seru Lan Ze dengan lantang.

Kemudian Lan Ze menoleh pada ibunya dan berseru,


Sebenarnya engkau mau menyuruh aku menikah atau mau menjual putrimu !

Lantas aku harus bagaimana dong? protes si ibu.


Kata orang membesarkan anak itu budinya setinggi langit. Tapi urusan sekecil ini saja kamu tidak bisa melakukannya demi ibumu ! protes si ibu lagi.


Di luar dugaan, bos Lan Ze, Jiang Zhao Yun tiba-tiba muncul di depan mereka.

Mendadak Zhao Yun merangkul pundak Lan Ze.


Bos…! sapa Lan Ze dengan hati tidak enak.

Katanya mau panggil aku kakak? kata Zhao Yun, masih merangkul pundak Lan Ze.


Lan Ze menoleh pada bosnya. Lalu ia menunduk lagi dengan ragu-ragu.

Ini kan lagi di tempat kerja? jawab Lan Ze.


Ini urusan keluarga kami. Jangan ikut campur kamu, bentak si ibu ketus.

Tapi Zhao Yun tidak mempedulikan ucapan si ibu. Ia malah mendesak Lan Ze,


Ayo, cepat….!

Kakak…! kata Lan Ze bingung.

Zhao Yun mengangguk dan tersenyum. Ia lalu duduk di depan mereka.


Kalian sudah mendengar, kan? Urusan A Ze juga adalah urusan keluargaku, kata Zhao Yun.

Darimana dia punya kakak? seru si ibu.


Engkau hanya ibu angkatnya. Darimana engkau tahu dia tidak punya kakak? balas Zhao Yun tidak mau kalah.


Si ibu celangap, tidak bisa membantah lagi.

Kemudian Zhao Yun meraih dokumen rumah sakit yang ada di atas meja itu sambil berkata,


Hari ini kita akan menyelesaikan satu persatu masalah ini sampai tuntas


Zhao Yun lalu menengok pada Lan Ze dan bertanya,

A Ze, apakah kamu mau menikah dengannya?


A Ze menggeleng-gelengkan kepalanya. Zhao Yun lalu mengelus-elus kepala Lan Ze sambil berkata,

Kalau begitu tiada seorang pun yang bisa memaksa dirimu !


Lan Ze mengangguk-anggukkan kepalanya. Zhao Yun lalu menoleh pada Wang Kai dan berkata,

A Ze bilang ia tidak mau menikah denganmu!


Tapi ibunya datang menemuiku untuk meminjam seratus ribu yuan. Dia sudah menyetujui untuk menikahkan A Ze denganku. Makanya aku mau meminjamkan uang kepadanya,
kata Wang Kai.


Dia menipumu. Tentunya engkau pernah mengunduh aplikasi anti penipuan nasional, bukan?
kata Zhao Yun.

Kamu….! seru Wang Kai marah sambil menunjuk Zhao Yun.


Oke….boleh saja batal menikah. Tapi bayar dulu utangnya…seratus ribu ! seru Wang Kai sambil membanting sehelai kertas di atas meja.


Dia yang pinjam ! kata Zhao Yun sambil menyodorkan kertas itu di depan si ibu.

Utang ibu anak yang bayar. Sudah selayaknya begitu ! seru Wang Kai tidak mau kalah.


Di dalam hukum, seorang anak tidak memiliki kewajiban untuk melunasi utang-utang orang tuanya. Siapa yang meminjam dialah yang harus melunasinya, bantah Zhao Yun.


Baiklah…kalian sekeluarga mau mengingkari utang ya? Kalian percaya tidak, aku bisa menuntut kalian ! seru Wang Kai sengit.


Biar kuluruskan di sini. Aku hanya sekeluarga dengan A Ze. Dia itu….tidak ada hubungannya dengan aku. Mau menuntut….lekas saja ! tukas Zhao Yun.


Wang Kai marah sekali. Tapi mendadak si ibu menarik lengan Wang Kai sambil berkata,

Aih, Wang Kai…Uangmu akan kukembalikan. Kita bisa merundingkan waktunya, bagaimana?


Oke…! Kamu ini…mau mati atau mau hidup…tidak ada sangkut pautnya lagi dengan aku !


Sehabis mengucapkan perkataannya, Wang Kai lalu mengambil kertas utang di atas meja dan langsung meninggalkan tempat itu.


A Ze, aku tahu kamu tidak ingin melihat ibumu mati begitu saja, kata Zhao Yun.

Lan Ze mengangguk-anggukkan kepalanya. Zhao Yun lalu menoleh pada si ibu dan berkata,


Sekarang masalah yang ketiga. Bibi….kusarankan engkau kembali saja ke rumah sakit untuk dirawat. Engkau menderita penyakit. Urusan pernikahan A Ze tidak usah kaupikirkan lagi.


Aku tidak bicara denganmu ! hardik si ibu. Kemudian si ibu menoleh pada Lan Ze dan berkata,


A Ze, benarkah kamu sudah tidak mempedulikan ibu lagi?

Tapi Lan Ze tetap menunduk dan tidak menjawab pertanyaan ibunya.


Kenapa kamu begini egois? Sia-sia aku telah membesarkanmu ! seru si ibu histeris.

Lan Ze mengangkat kepalanya, tapi kemudian ia menunduk kembali dan berkata,


Engkau membesarkan aku….aku selalu mengingat baik-baik di dalam hati. Sejak kecil aku tidak pernah menuntut apa-apa baik sandang maupun pangan. Aku juga tidak berharap perhatianmu. Aku bahkan tidak berani meminta uang sepeser pun…!


Mendengar ucapan Lan Ze ini, hati Zhao Yun menjadi terharu. Ia lalu mengelus-elus punggung Lan Ze untuk menghibur gadis itu.


Setelah aku dewasa, aku mencari uang sendiri dengan bekerja. Sebanyak apa uang yang kudapatkan juga sudah kukirimkan kepadamu. Aku ingin membalas budimu yang telah membesarkan aku, lanjut Lan Ze.


Zhao Yun tertegun mendengar ucapan Lan Ze ini. Ternyata Lan Ze sudah banyak menderita selama ini.


Tapi masalah pernikahan…adalah masalah besar. Pernahkah engkau menanyakannya kepadaku? protes Lan Ze kepada ibunya.


Si ibu terdiam tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Apakah engkau sungguh-sungguh menganggapku sebagai putrimu? tanya Lan Ze.


Aku cuma ingin mengobati penyakitku. Aku malah sengaja memilih seorang yang kaya untuk menjadi suamimu. Aku juga tidak merugikanmu, protes si ibu.


Mendengar ucapan si ibu yang terakhir ini, Zhao Yun menatap si ibu dengan tatapan menyalahkan.


Ngapain kamu mempelototiku? hardik si ibu ketus.

Engkau tidak pantas menjadi ibunya A Ze ! tukas Zhao Yun.


Apa urusannya dengan kamu ! teriak si ibu kasar.

Semua ini kulakukan demi kebaikannya, teriak si ibu lagi.


Engkau tidak menyayangi A Ze….Tapi aku sayang padanya, kata Zhao Yun sambil menengok pada Lan Ze.

Lan Ze tertegun mendengar ucapan bosnya ini.


Tidak ada gunanya lagi berdebat panjang lebar denganmu. Mempertimbangkan budimu yang telah membesarkan A Ze, maka aku akan memberi muka kepadamu, kata Zhao Yun.


Asal engkau bisa menunjukkan kepadaku bukti kwitansi dari rumah sakit, aku akan menanggung semua uang pengobatanmu, kata Zhao Yun lagi.


Tapi jika ketahuan olehku engkau telah menipuku, tanggung sendiri akibatnya !
ancam Zhao Yun sambil membanting dokumen rumah sakit itu di depan si ibu.


Si ibu tertegun menatap Zhao Yun, tapi mata Zhao Yun mendelik padanya. Lalu ia menoleh pada Lan Ze, tapi putrinya hanya memandangnya sekilas lalu menunduk kembali.


Aku masih ada urusan. Aku pergi dulu, kata si ibu buru-buru mau ngeloyor pergi.


Berhenti ! bentak Zhao Yun.

Si ibu langsung berhenti dan menoleh pada Zhao Yun.


Zhao Yun lalu menggenggam tangan Lan Ze. Lan Ze terkejut dan menoleh pada bosnya dengan bingung.


Tapi Zhao Yun meyakinkan hati gadis itu dengan tatapan matanya. Setelah itu Zhao Yun menoleh pada si ibu kembali sambil berkata,


Harap kautahu. Mulai hari ini aku adalah kakaknya A Ze. Keluarga dia yang sesungguhnya !


Ingat baik-baik, siapa pun tidak boleh menindasnya lagi !
seru Zhao Yun tegas.

Sinopsis Episode 9:

Pagi itu Lan Ze tidak melihat Zhao Yun ada di kedai kopi. Ia merasa heran karena selama ini Zhao Yun tidak pernah sekali pun datang terlambat.

Ia kembali ke rumah untuk mencari Zhao Yun.


Biasanya ia sangat tepat waktu. Kenapa bisa terlambat hari ini? pikir Lan Ze di dalam hati.


Lan Ze naik ke atas loteng dan berhenti di depan kamar Zhao Yun yang hanya ditutupi dengan tirai tanpa pintu itu.


Kak Zhao Yun...sudah waktunya berangkat, seru Lan Ze di depan kamar.


Karena tidak ada yang menyahut, Lan Ze pun masuk ke dalam kamar itu.


Bos, sudah waktunya bekerja ! seru Lan Ze lagi.


Kembali tidak ada yang menyahut. Lan Ze pun menghampiri tempat tidur Zhao Yun. Tampak Zhao Yun sedang tidur meringkuk di balik selimut yang menutupi wajahnya.


Kak Zhao Yun...! panggil Lan Ze.


Tapi lagi-lagi Zhao Yun tidak menyahut. Lan Ze lalu menarik selimut Zhao Yun, tapi Zhao Yun malah menarik kembali selimutnya.


Yan Qi, cepat ambilkan obat untukku, perintah Zhao Yun kepada asistennya.


Yan Qi...? gumam Lan Ze heran.

Kamu demam ya? tanya Lan Ze sambil meraba dahi Zhao Yun.


Lan Ze terkejut karena ternyata dahi Zhao Yun benar-benar panas.


Biar kuambilkan obat untukmu ! Obatnya ada di mana ya? tanya Lan Ze panik.


Lan Ze lalu buru-buru berlari ke sebuah meja. Ia membuka satu-persatu laci meja itu.


Di dalam sebuah laci, Lan Ze menemukan sebuah cincin. Ia mengambil cincin itu dan mengamati cincin itu dengan penuh perhatian.


Cincin ini sepertinya tidak asing bagiku, kata Lan Ze di dalam hati.


Lan Ze mencoba mengingat kembali di mana ia pernah melihat cincin itu. Begitu ia berusaha mengingat, tiba-tiba kepalanya menjadi sakit. Lan Ze lalu menaruh kembali cincin itu di dalam laci.


Gadis itu lalu menarik laci berikutnya. Tiba-tiba ia melihat HP-nya yang hilang itu ternyata ada di dalam laci itu. Ia mengambil HP-nya itu sambil bergumam,


Kenapa HP-ku bisa ada di dalam laci ini?


Kamu lagi ngapain? tiba-tiba Lan Ze mendengar suara Zhao Yun menegurnya,


Aku sedang mencarikan obat untukmu, sahut Lan Ze sambil menyembunyikan HP di belakang tubuhnya.


Aku tidak apa-apa. Kamu keluarlah cepat, kata Zhao Yun.

Oh...! Lan Ze pun keluar dari kamar itu dengan hati bingung.


Apa tadi mataku sedang lamur ya? Lan Ze menuruni tangga sambil melamun sehingga hampir saja ia bertabrakan dengan Yan Qi yang hendak naik ke loteng.


Di tangan Yan Qi ada seekor ayam yang masih hidup. Lan Ze tertegun melihat ayam itu.


Ayam? seru Lan Ze kaget.


Memangnya kenapa dengan ayam? Tidak lucukah dia? tanya Yan Qi sambil menyodorkan ayam itu ke wajah Lan Ze.


Lan Ze kaget dan dengan reflek menarik kepalanya ke belakang.

Kok kamu masih di rumah? tanya Yan Qi lagi.


Aku...? Kamu sendiri ngapain pagi-pagi membawa ayam? Lan Ze bertanya balik.


Zhao Yun sedang sakit. Aku hendak memasak ayam untuk menguatkan tubuhnya, jawab Yan Qi setelah berpikir sejenak. Setelah itu Yan Qi buru-buru naik ke atas loteng.


Lan Ze semakin bingung dengan jawaban Yan Qi ini. Tadi Zhao Yun bilang ia tidak apa-apa, sekarang Yan Qi malah bilang Zhao Yun sedang sakit.


Lalu HP-ku juga...kenapa bisa ada di dalam kamarnya? pikir Lan Ze di dalam hati.


Yan Qi berhenti di depan kamar Zhao Yun. Ia melepaskan ayam itu ke dalam kamar Zhao Yun.


Lan Ze yang penasaran hendak naik kembali ke atas loteng. Tapi mendadak terdengar suara Yan Qi di belakangnya.


Kenapa kamu belum berangkat juga?


Apa....dia bisa berpindah-pindah?
tanya Lan Ze di dalam hati. Ia kaget Yan Qi yang tadi baru saja naik ke loteng tahu-tahu sudah ada di belakangnya sekarang.


Kamu mau ngapain di sini? tanya Yan Qi lagi.


Tidak ngapa-ngapain. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah aku perlu masuk ke dalam? tanya Lan Ze cemas.


Tidak perlu, jawab Yan Qi setelah berpikir sejenak.


Apakah kalian sedang menyembunyikan sesuatu dariku? tanya Lan Ze lagi.


Tidak ada, jawab Yan Qi cepat.

Lalu kenapa aku tidak boleh masuk ke dalam? cecar Lan Ze.


Perlukah aku membuatnya pingsan? tanya Yan Qi di dalam hati.


Ya sudah...! Takutnya nanti seseorang akan memukulku begitu ia bangun, pikir Yan Qi lagi.


Kalau mau masuk, masuk saja, kata Yan Qi. Sehabis berkata, ia langsung turun dari loteng.


Aku harus menanyakan dengan jelas apa yang terjadi sebenarnya, kata Lan Ze di dalam hati.


Lan Ze pun mendatangi kamar Zhao Yun kembali.

Kak Zhao Yun...? panggil Lan Ze lagi.


Baru saja tangan Lan Ze bergerak hendak menyingkap tirai di kamar itu, tiba-tiba Zhao Yun sudah berdiri di depan kamarnya.


Penampilan Zhao Yun sangat aneh hari ini. Wajahnya berlepotan cairan merah kayak darah. Ia menatap Lan Ze dengan sinar mata yang aneh dan bibir tersungging senyuman yang juga menakutkan di mata Lan Ze.


Kak Zhao Yun...? Lan Ze tertegun melihat penampilan Zhao Yun yang seperti ini.


A Ze, kebetulan aku juga sedang mencarimu, kata Zhao Yun sambil menarik Lan Ze ke dalam kamar.


Zhao Yun menarik Lan Ze ke tembok dan ia menyenderkan tangannya ke tembok sambil menatap Lan Ze dengan sinar mata yang aneh.


A Ze, kamu sekarang...sudah berubah menjadi....anak yang patuh, kata Zhao Yun.

Kak Zhao Yun...kenapa engkau bisa terluka? tanya Lan Ze.


Kak Zhao Yun? Apa kamu sudah tidak ingat lagi sama sekali? tanya Zhao Yun.


Lan Ze menggeleng-gelengkan kepalanya dengan bingung. Zhao Yun tersenyum pahit.


Tahukah kamu, dulu kamu memanggilku apa? tanya Zhao Yun lagi.

Apa...dulu kita pernah saling mengenal? tanya Lan Ze.


Ya...hubungan kita sangat baik malah, jawab Zhao Yun.

Hubungan apa? tanya Lan Ze lagi.


Bagaimana kalau aku memberitahumu sekarang? tanya Zhao Yun.

Ehm..! Lan Ze mengangguk-anggukkan kepalanya.


Zhao Yun lalu mengangkat dagu Lan Ze. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Lan Ze dan dengan sinar mata yang aneh ia berkata,


Kita adalah....keluarga. Aku bersumpah...akan menunggumu...!


Lan Ze memejamkan matanya dan Zhao Yun lalu menundukkan wajahnya sambil berkata,


Tapi...itu membuatku menunggu... sampai ribuan tahun...!


Sehabis mengucapkan ini, Zhao Yun tidak tahan lagi. Kepalanya pun terkulai di samping tubuh Lan Ze.

Sinopsis Episode 10:

Pagi itu, Lan Ze sedang duduk di rumah menunggu Zhao Yun turun dari kamarnya.


Lan Ze sedang memikirkan peristiwa kemarin dan apa yang diucapkan Zhao Yun kepadanya saat itu.


Apakah hal ini ada hubungannya dengan mimpi-mimpiku itu? renung Lan Ze.

Suara langkah Zhao Yun menuruni tangga seketika menghentikan lamunan Lan Ze.


Begitu Zhao Yun melihat Lan Ze sedang duduk di bawah, seketika ia menjadi tidak nyaman. Saat ini keadaan Zhao Yun sudah sehat seperti sediakala. Teringat akan sikap dan ucapannya kepada Lan Ze kemarin, Zhao Yun merasa menyesal dirinya sudah bertindak lepas kendali.


Kak Zhao Yun...aku ingin bicara denganmu, kata Lan Ze begitu melihat Zhao Yun turun.


Tapi Zhao Yun justru mengeluarkan HP-nya dan pura-pura menelpon sambil bergegas meninggalkan ruangan itu.


Tunggu dulu ! seru Lan Ze sambil berlari mencegat Zhao Yun.

Zhao Yun terpaksa menyimpan kembali HP-nya dan memandang Lan Ze dengan kikuk.


Setelah terdiam sejenak, Lan Ze berkata,

Aku ingin menanyakan....apa maksud dari ucapanmu kemarin?


Seketika Zhao Yun teringat ucapannya kepada Lan Ze bahwa ia sudah menunggu gadis itu selama ribuan tahun.


Oh ya…satu lagi…kenapa HP-ku bisa ada di dalam lacimu? tanya Lan Ze lagi.


Selagi Zhao Yun bingung mau menjawab apa, tiba-tiba terdengar suara ayam berkotek.


Mereka melihat Yan Qi keluar dari sebuah kamar sambil menggendong seekor ayam.


Maaf, sudah mengganggu, kata Yan Qi begitu melihat mereka. Ia pun buru-buru mau masuk kembali ke kamarnya.


Berhenti ! tiba-tiba Zhao Yun berseru. Yan Qi pun menghentikan langkahnya.


Kemari kamu ! perintah Zhao Yun. Yan Qi pun berjalan menghampiri mereka.


HP A Ze kenapa bisa berada di dalam laciku? tanya Zhao Yun kepada Yan Qi.


Engkau bertanya kepadaku? balas Yan Qi sambil melirik Lan Ze.

Betul, jawab Zhao Yun.


Yan Qi memandang Lan Ze sejenak sambil berpikir cepat mencari alasan yang masuk akal.


Karena HP-nya telah dicuri orang. Lalu maling itu berhasil kutangkap. Kemudian aku menaruh HP itu di dalam lacimu. Tapi aku lupa, nyerocos Yan Qi dengan lancar.


Setelah menyelesaikan ucapannya, Yan Qi tersenyum dan mengangguk kepada Zhao Yun.


Zhao Yun mengangguk puas atas jawaban asistennya ini. ia melirik Lan Ze menunggu reaksi dari gadis itu.


Hah? Lan Ze kelihatan bingung atas jawaban Yan Qi ini.

Maklum sudah tua, ingatanku jadi lemah, jelas Yan Qi.


Akan kubuatkan kalian tim ayam untuk menguatkan tubuh, timpa Yan Qi lagi.


Zhao Yun memberi kode dengan matanya agar Yan Qi segera meninggalkan mereka.


Dengan cepat Yan Qi meninggalkan mereka. Tapi karena terlalu terburu-buru, ia hampir saja terpeleset jatuh. Lan Ze sampai bengong melihat Yan Qi.


Setelah Yan Qi pergi, Lan Ze menoleh pada Zhao Yun yang saat itu juga sedang menatapnya.


Aku masih ingin bertanya padamu. Apa maksud dari ucapanmu kemarin? Lan Ze mengulangi lagi pertanyaannya.

Engkau jangan membohongiku ! tegas Lan Ze.


Kemarin…tubuhku sedang lemah. Tubuh silumanku jebol keluar dari segel Mutiara Penyimpan Roh. Perasaanku menjadi tidak terkendali. Tapi jika aku berterus-terang padanya, bahwa aku ini adalah siluman, dia tentu akan kaget setengah mati, pikir Zhao Yun di dalam hati.


Kemarin aku sakit. Aku tidak ingat lagi apa yang sudah kuucapkan, tukas Zhao Yun setelah berpikir sejenak.


Lan Ze tampak kecewa dengan jawaban Zhao Yun ini. Tapi ia merasa tidak enak untuk mendesak Zhao Yun lagi. Ia menganggukkan kepalanya, lalu pergi meninggalkan Zhao Yun.


Melihat Lan Ze pergi dengan lesu, hati Zhao Yun menjadi  cemas. Tapi ia tidak bisa menjelaskan apa-apa lagi kepada gadis itu dan terpaksa melepas kepergian Lan Ze dengan hati tidak nyaman.


Lan Ze lalu sarapan seorang diri di meja makan. Zhao Yun menghampiri Lan Ze sambil membawa dua buah cup minuman.


Minumlah teh susu ini, kata Zhao Yun sambil menyodorkan minuman itu kepada Lan Ze.

Aku tidak minum. Terima kasih, bos ! kata Lan Ze.


Perubahan sikap Lan Ze ini membuat Zhao Yun terhenyak. Tapi ia tidak tahu harus bilang apa.


Aku sudah kenyang. Aku mau keluar sebentar, kata Lan Ze lagi.


Tinggallah Zhao Yun seorang diri yang hanya bisa memandang punggung gadis itu dengan hati galau.

----------

Zhao Yun mengungkapkan kegalauan hatinya di depan Yan Qi.


Ia berbicara seorang diri dan berjalan bolak-balik di ruangan itu sampai belasan kali sambil memegang sebuah benda. Sedangkan si asisten malah duduk sendirian di atas sofa dengan pikirannya sendiri.


Kenapa ia memanggilku bos dan tidak memanggilku kakak Zhao Yun lagi?

Dia pasti sedang marah.


Tetapi ingatannya masih belum kembali.

2.000 tahun kemudian.


Tiba-tiba aku berbicara terus terang kepadanya.

Dia tentu menganggap aku ini orang gila.


Menurut kamu bagaimana, Yan Qi?

Tapi Yan Qi diam saja tidak menyahut.


Zhao Yun lalu mengamati wajah Yan Qi dan menemukan bahwa Yan Qi sama sekali tidak mendengarkan keluhannya.


Kamu tidak mendengarkan aku ya? tegur Zhao Yun marah.


Yan Qi baru menyadari Zhao Yun sedang mempelototinya. Ia pun segera mengutarakan pendapatnya.


Engkau tinggal cari akal saja bagaimana memulihkan ingatannya.

Hmm….! Zhao Yun langsung serius mendengarkan.


Mari kubantu…! kata Yan Qi lagi.

Misalnya….gebuk dia dengan tongkat !


Atau tabrak dia pakai mobil !

Cara-cara ini sering dipakai di dalam serial drama. Ho oh..!


Buk !
Zhao Yun langsung melemparkan benda yang dipegangnya kepada Yan Qi.


Aduh ! Baru Yan Qi sadar dirinya sudah salah bicara.

Maafkan kesalahanku, kata Yan Qi.


Melihat wajah Zhao Yun yang cemberut itu, Yan Qi buru-buru menyambung kembali ucapannya.


Tapi buku takdir berkata bahwa engkau akan menemukannya di tempat ini. Tapi di dalam situ tidak dijelaskan bagaimana cara memulihkan ingatannya. Jadi….aku juga tidak bisa apa-apa !


Zhao Yun menarik napas panjang dan memejamkan matanya.

Aihh…aku sudah mengerti ! kata Zhao Yun. Lalu ia meninggalkan ruangan itu.

---------

Lan Ze sedang berdiri termenung di pekarangan rumah. Ia masih kecewa terhadap Zhao Yun.


Setelah keluar dari rumah, Zhao Yun berjalan menghampiri Lan Ze.

A Ze…! panggil Zhao Yun.


Bos…! sahut Lan Ze sambil menoleh pada Zhao Yun. Setelah itu dengan cepat Lan Ze memalingkan wajahnya kembali.


Setelah diam sejenak, Zhao Yun lalu memutar kedua pundak gadis itu untuk menghadap dirinya.

Maafkan aku…! kata Zhao Yun.


Tadi aku berbohong padamu…aku tidak lupa dengan ucapanku kemarin, kata Zhao Yun lagi.


Sebenarnya…apa maksud dari ucapanmu itu? Lan Ze kembali mengulangi pertanyaannya.


Kata-kata yang akan kuutarakan ini mungkin akan mengejutkanmu ! kata Zhao Yun serius.


Tapi engkau harus percaya…aku tidak akan pernah menyakitimu ! tukas Zhao Yun lagi.


Hmm…! Lan Ze menganggukkan kepalanya.

Setelah terdiam sejenak Zhao Yun mulai bercerita.


Aku adalah siluman. Dewi Siluman Jiang Zhao Yun. Aku hidup di zaman kuno sampai sekarang adalah demi menunggumu….!


Lan Ze sangat terperanjat mendengar cerita Zhao Yun ini. Saking terkejutnya ia sampai bengong tidak bisa mengucapkan apa-apa.


Aku bisa membuktikannya padamu….! Lanjut Zhao Yun lagi sambil memegang kembali kedua pundak Lan Ze.

Sinopsis Episode 11:

Namaku Lan Ze. Aku bekerja di sebuah kedai kopi.


Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengannya, kakak Zhao Yun-ku.


24 jam kemudian, dia menjadi bosku.


3 Hari kemudian kami sudah tinggal bersama.


Tetapi beberapa hari ini kelakuannya agak aneh.


Pada suatu hari Zhao Yun mengenakan pakaian kuno sambil menenteng sebuah pedang bak seorang pendekar tampil di depan Lan Ze.



Ia mencabut pedang itu di hadapan Lan Ze sambil bertanya,


Apakah engkau teringat sesuatu?


Hah?
sahut Lan Ze bingung.



Zhao Yun memasukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya. Wajahnya tampak kecewa. Kemudian ia meninggalkan ruangan itu.



--------

Lan Ze sedang membaca buku di sofa. Tiba-tiba Zhao Yun menghampirinya sambil menunjukkan jari tangannya di depan Lan Ze.


Kak Zhao Yun, sapa Lan Ze sambil tersenyum.


Apakah engkau teringat sesuatu? tanya Zhao Yun kembali sambil mengangkat jari telunjuknya yang mengenakan sebuah cincin.


Mulai lagi...? gumam Lan Ze sambil memandang jari Zhao Yun.


Sudah waktunya engkau memotong kukumu, jawab Lan Ze ringan.


Zhao Yun menunduk dengan hati kecewa. Ia lalu berdiri dan pergi meninggalkan Lan Ze.


Tak lama kemudian Zhao Yun kembali lagi ke ruangan itu dengan sebatang seruling di tangannya.


Ia duduk di sofa itu dan menunjukkan seruling itu di depan Lan Ze.


Kamu masih ingat sama ini? tanya Zhao Yun kepada Lan Ze.


Lan Ze memandang seruling itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya.


Ini adalah Seruling Nyanyian Angin. Di dalam seruling ini tersimpan sebilah pisau roh yang bisa digunakan untuk menjaga diri, kata Zhao Yun.


Menjaga diri? seru Lan Ze kaget.


Apa gunanya aku memiliki benda ini? tanya Lan Ze.


Kapan kamu bisa mengingat kembali?
tanya Zhao Yun sambil menatap Lan Ze dengan kecewa.



Kak Zhao Yun, engkau ingin aku mengingat apa? tanya Lan Ze bingung.


Benda ini memang milikmu sebenarnya, kata Zhao Yun sambil menaruh seruling itu di depan Lan Ze. Sehabis berkata, Zhao Yun lalu naik kembali ke kamarnya.


Milikku? Gumam Lan Ze bingung.


Lan Ze lalu mengambil seruling itu dan memandang benda itu dengan penuh perhatian.


Gadis itu meraba-raba seruling itu dengan hati bingung. 


Mendadak airmata mengembang di matanya. Dengan hati heran Lan Ze menyeka air matanya dengan tangan.



Kenapa aku jadi menangis? tanya Lan Ze di dalam hati.


Sinopsis Episode 12:

Kak Zhao Yun, kenapa engkau mendadak menyuruhku makan sebanyak ini? tanya Lan Ze sambil menjejalkan roti ke mulutnya.

Makanlah lebih banyak, kita akan segera berangkat, jawab Zhao Yun.

Oh, mau ke mana kita? tanya Lan Ze kaget.


Nanti juga kamu tahu, jawab Zhao Yun.

Wah, sudah tidak bisa makan lagi, kata Lan Ze.


Genggamlah benda ini, kata Zhao Yun sambil memperlihatkan sebuah benda berbentuk segitiga di atas tangannya. Lan Ze lalu menggenggam benda itu di atas tangan Zhao Yun.


Pejamkan matamu, kata Zhao Yun lagi. Lan Ze lalu memejamkan matanya.


Jangan takut, kata Zhao Yun. Lan Ze menganggukkan kepalanya.


Zhao Yun lalu menarik tangan Lan Ze agar berdiri. Sinar biru berkeredep di tangan mereka. Sedetik kemudian lenyaplah kedua orang gadis itu dari pandangan.


Sedetik kemudian mereka sudah mendarat di sebuah tempat yang sedang hujan.


Wah, ini telepati ya? seru Lan Ze kaget.


Ini namanya Ilmu Sihir Dewa Berjalan Ribuan Mil, kata Zhao Yun sambil memayungi Lan Ze.


Aduh ! tiba-tiba Lan Ze membungkuk dan memegangi dadanya. Tadi begitu ia menggerakkan tubuhnya mendadak dadanya terasa sakit.


Pelan-pelan saja. Kamu manusia biasa, takutnya tidak bisa bertahan, kata Zhao Yun sambil membantu Lan Ze berdiri.


Jadi kakak benar-benar dewi siluman? tanya Lan Ze. Zhao Yun menganggukkan kepalanya.


Telepati ribuan mil...berarti mau ke mana saja bisa dong? Tidak perlu mengurus visa lagi ! seru Lan Ze girang.


Kira-kira begitulah, jawab Zhao Yun.


Tapi...sekarang lagi pandemi. Lebih aman kalau tinggal di dalam negeri, kata Zhao Yun lagi.


Kak Zhao Yun, engkau tidak merasa kedinginan? tanya Lan Ze sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya.


Zhao Yun langsung mengucapkan mantera sambil mengangkat kedua jari tangannya.


Cincin Wasiat...Bukalah ! tiba-tiba di tangan Zhao Yun langsung muncul 2 stel mantel dingin yang langsung disodorkannya kepada Lan Ze.


Lan Ze langsung mengenakan mantel tersebut dengan gembira.


Berarti Cincin Wasiat ini adalah benda pusaka yang bisa mengubah apa saja di alam sihir? tanya Lan Ze.


Ambillah buat main, kata Zhao Yun sambil menyodorkan Cincin Wasiat itu kepada Lan Ze.


Lan Ze lalu menggosok-gosok Cincin Wasiat itu dengan tangannya.


Tapi karena kamu tidak bisa sihir, kamu tidak bisa menggunakannya, kata Zhao Yun.


Oh, begitu...! sahut Lan Ze.


Cincin Wasiat ini pada hakikatnya gampang digunakan. Kamu mau apa tinggal minta saja padaku, kata Zhao Yun.


Hmm...kalau begitu tentu akan bagus sekali jika hujan ini bisa menjadi salju ! seru Lan Ze gembira.


Bisa ! sahut Zhao Yun.

Benarkah? tanya Lan Ze.


Zhao Yun lalu mengerahkan manteranya. Jari tangannya bergerak dan tampak sinar biru berkeredep, seketika itu juga rintik-rintik hujan berubah menjadi butiran-butiran salju.


Wah, salju ini sungguh indah ! seru Lan Ze sambil menadah butiran-butiran salju di dalam kedua tangannya.


Kapan saja kamu mau aku bisa membawamu lagi ke sini, kata Zhao Yun.


Kita pertama kali bertemu juga di tempat ini. Tapi pemandangannya sudah berubah, tidak seperti dulu lagi, kata Zhao Yun.


Lan Ze sangat takjub dengan cerita Zhao Yun ini. Setelah hening sejenak, Lan Ze kembali bertanya,


Kak Zhao Yun, engkau sudah menungguku selama ribuan tahun. Sebenarnya orang seperti apa aku ini?


Engkau sangat manis, juga sangat berani. Seorang gadis yang amat jujur,
jawab Zhao Yun.


Engkau sudah tahu aku ini siluman, tapi engkau tidak peduli. Demi melindungi aku, engkau kehilangan nyawamu dan terjatuh ke dalam samsara
, cerita Zhao Yun.


Aku juga kepingin menjadi orang yang seperti itu. Tapi...bagaimana kalau ternyata bukan aku orangnya? tanya Lan Ze ragu-ragu.


Orang yang kaupedulikan itu rela mengorbankan segalanya demi dirimu. Tapi...aku belum pernah melakukan hal seperti itu. Perbuatan yang selamanya akan dikenang di dalam hati. Bisa memiliki seorang kakak siluman yang lihai seperti dirimu bagiku sudah sangat cool...! ujar Lan Ze.


Tapi aku tetap merasa...kayaknya aku tidak berhak atas semua ini, timpa Lan Ze lagi.


A Ze, itu karena ingatanmu belum pulih. Nanti juga bisa mengingat kembali, hibur Zhao Yun.


Bagaimana kalau tidak? tanya Lan Ze.


Aku memang pernah memimpikan dirimu...juga budi dendam dan hal-hal menyenangkan di dunia persilatan...serta semua peristiwa yang mendebarkan. Tapi begitu aku bangun kembali...semuanya tetap seperti sediakala, jelas Lan Ze.


A Ze, tak peduli kayak apa pemandangannya, kamu tetaplah kamu! kata Zhao Yun tegas.


Ucapan Zhao Yun yang tegas ini membuat hati Lan Ze terhenyak.


Tidak sama, Kak Zhao Yun, kata Lan Ze tidak berani mempercayainya.


Wah, dingin sekali. Kita pulang, yuk ! kata Lan Ze sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya.


Tiba-tiba Zhao Yun melemparkan payungnya ke atas tanah. Ia meraih bahu Lan Ze dan memeluk gadis itu dari belakang.


Lan Ze tertegun dan tidak menyangka Zhao Yun akan berbuat seperti itu. Tapi ia diam saja tidak mengucapkan satu kata pun.


Aku yakin itu kamu. Pasti kamu...! kata Zhao Yun tegas.

Mendengar ucapan Zhao Yun ini, hati Lan Ze terasa hangat. Ia tersenyum bahagia.

Mendadak Zhao Yun mengangkat tubuh Lan Ze dan membopong gadis itu dengan kedua tangannya.

Hah? Apa yang kaulakukan? tanya Lan Ze kaget.

Membawamu pulang, sahut Zhao Yun.


Kamu dengar tidak yang kubilang tadi? tanya Lan Ze sambil tersenyum.


Dengar...tapi aku tidak peduli, jawab Zhao Yun.


Ih, kok gak tahu malu sih? canda Lan Ze.


Memang aku gak tahu malu, jawab Zhao Yun santai.

Sinopsis Episode 13:

Malam itu Lan Ze sedang membaca buku di atas ranjang di  kamar tidurnya.


Mendadak ia mendengar suara-suara aneh di dalam kamarnya. Ada suara pintu berderit, suara dentingan juga suara kucing mengeong.


Ia menutup bukunya dan turun dari ranjang. Lalu ia turun dari loteng untuk mengambil air.


Saat menuang air, ia mendengar kembali suara-suara yang aneh tadi. Ia menengok ke belakang dan melihat benda-benda  melayang-layang sendiri di udara tanpa ada seorang pun di situ.


Ia menjerit ketakutan dan buru-buru naik ke loteng lagi dan kembali ke kamarnya.


Saking ketakutannya, ia menarik selimut ke atas sampai menutupi kepalanya sambil berdoa menyebut-nyebut nama Dewi Guan Yin.


Omitohud...Bodhisattva Dewi Guan Yin...Nabi Lao Zi...tolong cepat usirlah benda kotor ini...Omitohud...!


Mendadak Zhao Yun masuk ke kamar Lan Ze dan menghampiri tempat tidur gadis itu.


A Ze, kamu kenapa? tanya Zhao Yun.


Hantu gentayangan ! Ada hantu gentayangan....! teriak Lan Ze.


Ada aku di sini...apa yang kautakutkan? kata Zhao Yun sambil duduk di atas ranjang.


Setelah melihat Zhao Yun, Lan Ze lalu membuka selimutnya dan duduk di atas ranjang.


Tadi aku melihat dia melayang-layang di sana. Kayaknya ia sedang tertawa, kata Lan Ze.


Oh, jangan-jangan....! Tapi Zhao Yun tidak meneruskan ucapannya.


Jangan-jangan apa...? tanya Lan Ze.


Keadaan fisikmu sangat unik. Kamu mampu menarik datangnya makhluk-makhluk yang aneh, jawab Zhao Yun.


Engkau...jangan menakuti-nakuti aku...! seru Lan Ze ketakutan.


Zhao Yun lalu memejamkan matanya. Setelah hening sejenak, ia membuka kembali matanya.


Aku bisa merasakan kehadirannya. Dia lagi berjalan-jalan di dalam kamar ini. Hatinya sangat kesal. Tapi kalau kamu tidak melakukan sesuatu yang melanggar hati nurani, dia tidak akan mengganggumu, jelas Zhao Yun.


Kalau tidak ada apa-apa lagi, aku mau tidur sekarang, kata Zhao Yun.


Tapi Lan Ze menarik tangan Zhao Yun sambil berkata,


Aahhh...tadi kaubilang ia lagi kesal, terus kau mau pergi begitu saja?


Hmm...pertimbanganku tidak bagus. Kamu taruh saja benda ini di bawah bantalmu untuk menjaga keselamatan, kata Zhao Yun sambil memberikan sebuah jimat kepada Lan Ze.


Tapi...jika kamu melihat dia tidak mau pergi juga, tidak usah kamu pedulikan dia lagi, bisik Zhao Yun di dekat Lan Ze.


Aahhhh...! Kamu jangan menakut-nakuti aku...! jerit Lan Ze sambil mewek.


Mendingan...mendingan kau...beginikan saja dia...! seru Lan Ze sambil menggerak-gerakkan tangannya ke leher sembari melirik ke samping dengan takut-takut.


Dia kan tidak bersalah padamu. Kita tidak boleh sembarangan membunuh tanpa alasan yang jelas, kata Zhao Yun.


Sayang...aku tidur dulu ya...! bujuk Zhao Yun.


Aahhh...! Kamu jangan pergi...! rengek Lan Ze sambil menarik tangan Zhao Yun.


Lalu maunya kamu apa? tanya Zhao Yun.

Temanilah aku tidur, jawab Lan Ze.


Aihh...ya sudahlah, sahut Zhao Yun sambil tersenyum senang. Zhao Yun langsung berbaring di samping Lan Ze.


Malam semakin larut. Bulan di langit hanya terlihat separuh...


Lan Ze sudah tidur di samping Zhao Yun. Zhao Yun sendiri belum tidur. Ia masih membaca buku.


Tiba-tiba kepala Lan Ze terkulai di atas pundak Zhao Yun. Zhao Yun lalu menutup bukunya dan membaringkan Lan Ze di atas ranjang. Ia sendiri juga berbaring di samping Lan Ze.


Ia memandang Lan Ze yang berbaring di sisinya. Melihat Lan Ze yang tertidur lelap itu, hatinya mendadak tersentuh. Tak terasa tangan Zhao Yun pun bergerak, membelai lembut wajah Lan Ze.

Tangan Zhao Yun bergerak turun menyentuh bibir dan dagu Lan Ze. Perlahan-lahan Zhao Yun mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

Sementara itu Lan Ze yang sedang tidur ini juga sedang bermimpi. 

Ia bermimpi saat pertama kali A Ze bertemu dengan Jiang Zhao Yun di sebuah hutan sampai dengan peristiwa Zhao Yun menyelamatkan A Ze dari tangan siluman.

Maaf, nona siapa?

Namaku A Ze. Kamu?

Aku Jiang Zhao Yun.


Ini Seruling Nyanyian Angin. Di dalam seruling tersimpan sebilah pisau roh. Bisa digunakan untuk menjaga diri.


Sudah puas menatap aku?


Kamu sungguh cantik !

Xiao Yun Yun...?


Ajaib ! Mimpi kali ini ternyata berhasil membuka memori Lan Ze yang sudah lama terpendam.


Xiao Yun Yun...? kata Lan Ze tanpa sadar.


Sementara itu si hantu wanita yang memang sengaja diperintah oleh Zhao Yun untuk menakut-nakuti Lan Ze itu sedang bingung.


Sambil memegang 2 buah toples di tangannya, ia bertanya kepada dirinya sendiri,


Kenapa ya Dewi Siluman menyuruhku melakukan perbuatan yang iseng seperti ini?

Sinopsis Episode 14:

Apakah ini sebuah cerita tentang masa lalu yang terjadi di masa sekarang?


Bukan. Ini adalah....

Sebuah cerita tentang penantian yang amat lama dan panjang.


Pada pagi itu, Lan Ze tiba-tiba terbangun dari tidurnya.


Aku telah bermimpi yang panjang sekali, kata Lan Ze di dalam hati.


Aku melihat diriku mati di dalam mimpi itu. Setelah aku terbangun, aku bertemu dengan seorang kakak yang sok kuasa. Dia bilang padaku dia adalah dewi siluman.Tapi dia justru tidak mengatakan sesuatu yang paling ingin kutahu jawabannya. Kali ini biar kutunjukkan padanya kelihaianku,
pikir Lan Ze sambil tersenyum-senyum nakal.

----------

Zhao Yun sedang berada di dapur. Ia sedang menyiapkan roti dan susu untuk sarapan pagi.


Kamu sudah bangun? Zhao Yun tersenyum begitu melihat Lan Ze masuk ke dalam dapur.

Ayo, sarapan dulu. Ntar kita jalan-jalan yuk? ajak Zhao Yun.


Hah? Lan Ze terkejut mendengar ajakan Zhao Yun ini. Ia berpikir sejenak lalu menjawab,


Gaklah. Tadi aku sudah janjian dengan pacarku, kata Lan Ze sambil tersenyum-senyum simpul.


Pacar? Pacar apaan? Sejak kapan kamu punya pacar? seru Zhao Yun kaget.


Kak Zhao Yun, darimana kautahu aku tidak punya pacar? bisik Lan Ze di telinga Zhao Yun.


Kami sudah mau bertunangan. Sebentar akan kuajak dia ke mari untuk kuperkenalkan kepadamu, kata Lan Ze. Setelah mengucapkan ini, Lan Ze lalu meninggalkan Zhao Yun sendirian di dapur.


Saking bingung dan kesalnya Zhao Yun mendengar ucapan Lan Ze ini, roti di tangannya langsung dicabik jadi tinggal separuh !

----------

Lan Ze benar-benar mengajak pacarnya datang ke rumah. Bertiga dengan Zhao Yun mereka duduk di atas sofa.


Ini pacarku Li Zhuo Qun. Ini kakakku Zhao Yun, kata Lan Ze sambil mengenalkan pacarnya kepada Zhao Yun.


Halo, kak ! sapa Zhuo Qun sambil tersenyum.

Hmm...! jawab Zhao Yun dingin.


Bagaimana? Pacarku ganteng, kan? tanya Lan Ze sambil merangkul pundak Zhuo Qun tanpa malu-malu di depan Zhao Yun.


Ganteng juga apa gunanya? Kalau mau menikah, carilah yang bertanggung-jawab  ! jawab Zhao Yun kesal sambil melepaskan tangan Lan Ze dari pundak Zhuo Qun.


Sekarang sudah zaman apa, pemikiranmu masih kolot begitu ! protes Lan Ze sambil menyenderkan tangannya ke bahu Zhuo Qun.


Wajah Zhao Yun semakin tidak enak dipandang. Zhuo Qun yang tahu gelagat mencoba menegur Lan Ze dengan berkata,


Eh, A Ze...lebih baik kita dengarkan nasihat senior...!


Dibilang senior, hati Zhao Yun semakin panas. Matanya langsung melototi Zhuo Qun.


Ah...bukan...bukan..! Maksudku kita harus mendengarkan perkataan kakak ! kata Zhuo Qun buru-buru meralat ucapannya itu.


Jangan begini...!.kata Zhuo Qun sambil melepaskan tangan Lan Ze dari bahunya.

Aduh, perutku lapar ! Yuk, kita pesan-pesan makanan ! kata Lan Ze sambil merangkul lengan Zhuo Qun dengan kedua tangannya.


Yan Qi, siapkan makanan ! perintah Zhao Yun langsung kepada asistennya.

Siap ! sahut Yan Qi dari dalam.


Siapkan dalam porsi besar. Pakai bahan yang paling mahal ! seru Zhao Yun.

Hah ? seru Yan Qi kaget.

----------

Tak lama kemudian hidangan sudah tersaji di atas meja. Tapi ternyata yang dihidangkan semuanya adalah makanan fastfood.


Ayo, makan ! kata Zhao Yun ketika melihat Lan Ze dan Zhuo Qun diam saja tidak berani makan.


Makanan di luar tidak enak ya? tanya Zhao Yun. Tapi mereka berdua diam saja tidak menjawab.


Kak Zhuo Qun, mau makan apa? Biar kusuapkan untukmu, kata Lan Ze.


Mendengar ucapan Lan Ze ini, saking kesalnya Zhao Yun langsung menghentakkan garpunya pada steak yang ada di dalam piring.


Zhuo Qun menunjuk pada salah satu menu di atas meja. Lan Ze lalu menyumpit makanan tersebut dan menyuapkan ke dalam mulut Zhuo Qun sambil berkata,


Aaaaa....! Zhuo Qun langsung membuka mulutnya dan mengunyah makanan itu.

Hmmm...enak tidak? tanya Lan Ze kepada Zhuo Qun.


Hmmm...enak...! jawab Zhuo Qun. Mendengar ucapan Zhuo Qun ini, Lan Ze tertawa gembira.


Melihat tingkah laku mereka berdua, kemarahan Zhao Yun semakin meletup. Pisau di tangannya sampai bergetar. Akhirnya Zhao Yun tidak tahan lagi.


Aku sudah kenyang ! kata Zhao Yun sambil berdiri dan meninggalkan ruang makan itu.


Zhao Yun masuk kembali ke dalam kamarnya. Tapi ia masih berdiri di balik tirai. Dari situ ia masih bisa mendengarkan percakapan mereka dengan jelas.


Giliran kamu sekarang, kata Lan Ze.

Yang ini ya? tanya Zhuo Qun.


Aiya...! seru Lan Ze.

Yang...inikah? tanya Zhuo Qun.


Aiya...! seru Lan Ze lagi.

Karena curiga, Zhao Yun lalu mendekatkan telinganya pada tirai itu.


Uhh...!  Aiya...! Kamu jahat sekali...! jerit Lan Ze.

Mau mengetes aku ya...? seru Lan Ze.


Kalau laki-laki tidak jahat, perempuan tidak akan cinta
, jawab Zhuo Qun.

Sekarang aku ya...! seru Zhuo Qun.


Aiya ! Aku tegang sekali ! seru Lan Ze.

Jangan takut...! seru Zhuo Qun.


Akhirnya Zhao Yun kehilangan kesabarannya. Karena cemas memikirkan Lan Ze, ia pun buru-buru keluar lagi dari kamarnya.


Tidak bisa ! seru Zhao Yun sambil menyibakkan tirai itu dan menghampiri tempat mereka dengan cepat.


Tidak bisa...apanya....? tanya Zhuo Qun bingung.


Kalian sedang apa? hardik Zhao Yun sambil memandang mereka berdua dengan penuh selidik.


Ternyata Lan Ze dan Zhuo Qun sedang bermain kartu di atas ranjang.


Lagi...mengambil kartu ini...! jawab Zhuo Qun sambil menunjukkan kartu-kartu di tangannya kepada Zhao Yun.


Ambil kartu apaan ! Sudah waktunya kamu pergi, bedebah ! maki Zhao Yun.


Zhuo Qun lalu menengok kembali pada Lan Ze dan berkata kepada gadis itu,


Hmm.. kelihatannya aku tidak disukai di sini. Aku pulang aja ya? kata Zhuo Qun sambil menaruh kartu-kartunya di atas ranjang.


Tunggu dulu ! Aku ikut denganmu ! seru Lan Ze sambil berdiri.

Kamu tidak boleh pergi ! seru Zhao Yun tegas.


Kenapa aku tidak boleh pergi? Apa hakmu melarang-larang aku? seru Lan Ze tidak mau kalah.


Ada yang ingin kubicarakan denganmu ! sahut Zhao Yun.


Zhuo Qun melirik pada Zhao Yun, tapi hatinya langsung mengkeret ketika Zhao Yun kembali mempelototinya.


Kenapa kamu belum pergi juga? hardik Zhao Yun.

Zhuo Qun lalu menengok kembali pada Lan Ze dan berkata,


Bos, ingat ya sama bayarannya ! Setelah itu ia pun buru-buru pulang.


Oke ! sahut Lan Ze sambil tersenyum. Ia melambaikan tangannya kepada Zhuo Qun sampai pemuda itu pergi.


Setelah Zhuo Qun pergi, Zhao Yun lalu menghampiri Lan Ze dan mencecar gadis itu dengan pertanyaan.


Bayaran...apa maksudnya?

Bayaran untuk pacar sewaan yang sudah menemaniku, jawab Lan Ze santai.

Jadi...bertunangan itu juga bohongan? cecar Zhao Yun lagi sambil mendekati Lan Ze.


Benar ! sahut Lan Ze sambil tersenyum.


Ihh, Kak Zhao Yun...kok marah-marah sih? Kenapa ya...? tanya Lan Ze sambil menatap Zhao Yun dengan mata menggoda.


Tapi Zhao Yun langsung menunduk dan tidak menjawab.


Oh...aku tahu nih! Apa karena ada sesuatu yang menyenangkan tapi engkau tidak diajak ya...? seru Lan Ze.


Kamu juga kepingin punya pacar, ya kan? tanya Lan Ze sambil mendorong dada Zhao Yun dengan jarinya.


Aku gak kepingin ! sahut Zhao Yun tegas.

Tiba-tiba Lan Ze merangkul bahu Zhao Yun dengan tangan kirinya.


Lalu...apa yang kauinginkan? bisik Lan Ze sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Zhao Yun.


Tapi lagi-lagi Zhao Yun diam saja, tidak menjawab pertanyaan Lan Ze.


Lan Ze tersenyum nakal. Tiba-tiba ia mengangkat dagu Zhao Yun dengan jarinya.

Xiao Yun Yun...! panggil Lan Ze.


Kemudian adegan-adegan di dalam mimpi itu berkelebat lagi satu demi satu di dalam benak Lan Ze.


Mendengar panggilan Lan Ze ini, sadarlah Zhao Yun bahwa memori Lan Ze ternyata sudah kembali. Lan Ze sudah bisa mengingat kembali.


Zhao Yun pun tersenyum lega. Ia langsung meraih Lan Ze ke dalam pelukannya.


Hati Lan Ze pun tersentak, tapi ia membiarkan dirinya dipeluk oleh Zhao Yun. Perlahan-lahan merekah senyum manis di bibirnya. Senyum yang penuh kebahagiaan....!

----------

EPILOG:

A Ze, kamu sudah kembali !

Aku tahu itu kamu !


Xiao Yun Yun....apa kamu merindukan aku?

Rindu ! Aku sudah bertahun-tahun merindukanmu...!

Kamu bilang ada kata-kata yang ingin disampaikan kepadaku. Apa itu...?


T A M A T

 


********

 

Sumber Foto: https://sogou.com

 

No comments:

Post a Comment