Search This Blog:

Select Language To Translate Articles Here:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Saturday, September 10, 2022

Sinopsis Lengkap Drama Legend Of Yun Ze 云泽传 Season Dua Episode 01 Sd 15


Sinopsis Episode 1:

Seorang wanita penduduk desa dan putranya telah bertemu dengan seorang pria siluman yang sedang kelaparan.


Ibu dan anak itu dikejar oleh siluman itu sampai masuk ke dalam hutan.


Siluman itu mengincar anak dari wanita itu. Anak itu terjatuh dan tidak bisa berlari lagi. Siluman itu berjalan mendekatinya. Tapi kaki siluman itu dipeluk oleh ibu si anak.


Sang ibu berteriak-teriak menyuruh anaknya lari dari tempat itu,

Xiao Yu, cepatlah lari ! Siluman itu membalikkan tubuhnya dan langsung menggerakkan tangannya ke arah sang ibu. Tampak sinar ungu keluar dari tangan siluman itu.


Sang ibu menjerit kesakitan. Darah mengalir keluar dari mulutnya, tapi ia masih sempat berteriak sebelum ajal menjemputnya,

Larilah...!


Siluman itu lalu menghampiri anak itu lagi dan bersiap untuk menerkamnya.

Tahan !


Seorang gadis muda mendadak muncul di hutan itu. Gadis itu adalah A Ze. Siluman itu menengok ke arah A Ze dengan marah.


A Ze melihat anak itu sudah terkapar di atas tanah, tapi siluman itu belum sempat memakannya. A Ze memutuskan untuk menyelamatkan anak tersebut. Ia lalu mencoba mengalihkan perhatian siluman itu dari anak tersebut.


Mau tidak makan aku? tanya A Ze kepada siluman itu.

Siluman itu bangkit berdiri dan menatap A Ze sambil terkekeh.

Ayo, ke sini...! kata A Ze sambil mundur selangkah demi selangkah.


A Ze lalu mengeluarkan sebuah seruling dari balik bajunya dan menempelkan seruling itu di bibirnya. Tampak cahaya ungu menyelimuti seruling itu. Lalu terdengar alunan sebuah lagu dari seruling itu.


Kemudian A Ze menghentikan tiupan serulingnya. Ia mencabut sebilah belati dari dalam seruling itu sambil berkata kepada siluman itu,


Dengar ya...aku baru saja meniup Seruling Nyanyian Angin. Kakak Zhao Yun-ku akan segera datang ke tempat ini. Kakakku itu sangat lihai loh. Jika engkau berani menyakitiku, engkau akan mati dengan mengenaskan !


Siluman itu masih tertawa-tawa. Tampaknya ia tidak bergeming dengan gertakan A Ze ini.


Mendadak siluman itu menerkam A Ze sambil mengaum keras. Saking kagetnya A Ze langsung menjerit dan kabur dari tempat itu. Keduanya lalu berkejar-kejaran di dalam hutan itu.


Akhirnya A Ze terjatuh di atas tanah. Siluman itu langsung menangkap A Ze. A Ze pun berontak sambil berteriak-teriak.


Tiba-tiba di sekujur tubuh A Ze tampak diselimuti oleh sinar merah. Siluman itu kaget melihat ini dan menghentikan gerakannya. Ia terus mengamati A Ze dengan heran.


A Ze pun menghentikan teriakannya. Ia menatap siluman itu dengan heran. Mendadak sinar merah itu lenyap dan tiba-tiba siluman itu menyadari sesuatu.


Siluman itu memutar kepalanya ke belakang. Matanya langsung melihat sesuatu. Ia tampak sangat terkejut dan ketakutan.


Dewi...Siluman Dari Gunung Ziyang ! seru siluman itu.

Apakah yang tampak oleh siluman itu sampai ia terlihat begitu ketakutan?


Ternyata siluman itu melihat seorang wanita cantik dengan dandanan siluman tengah berjalan menghampiri tempat mereka sambil menjinjing sebuah lentera di tangannya.


Wanita ini adalah Jiang Zhao Yun yang muncul di tempat itu karena mendengar suara Seruling Nyanyian Angin yang ditiup oleh A Ze tadi.


Begitu tiba di tempat itu, Zhao Yun mengulurkan tangannya kepada A Ze. A Ze pun berlari ke tempat Zhao Yun dan menyambut uluran tangannya. Zhao Yun menarik tangan A Ze ke sisinya dan gadis itu sekarang sudah berdiri di sampingnya.


Di dalam desa itu sudah tidak ada lagi tanda kehidupan sama sekali. Berani-beraninya engkau membantai semua penduduk desa dan melanggar pantangan dari dua dunia ! kata Zhao Yun kepada siluman itu.


Yang Mulia Dewi Siluman...aku melakukan itu dengan terpaksa. Karena aku sudah tidak bisa lagi menahan rasa lapar, kata siluman itu.


Beberapa hari yang lalu, aku memasuki Gunung Qingyuan. Setelah aku keluar dari sana, perutku menjadi sangat lapar, lanjut siluman itu.


Lapar banget....! teriak siluman itu.

Mendadak tubuh siluman itu diselimuti oleh cahaya ungu. Rupanya kesadaran siluman itu hilang oleh karena cahaya ungu itu.


Siluman itu tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Mendadak ia bergerak menyerang Zhao Yun.  


Tange ! seru Zhao Yun memanggil pedangnya. Begitu pedang itu muncul, Zhao Yun menggerakkan tangannya dan Tange langsung menembus tubuh siluman itu.


Darah segar keluar dari mulut siluman itu. Tapi siluman itu masih sempat berkata,


Yang Mulia...Dewi...Siluman...kenapa engkau membunuh aku? Sehabis mengucapkan ini, siluman itu lalu roboh dan mati seketika.


A Ze merasa sangat takjub melihat peristiwa ini. Ia memandang Zhao Yun dengan kagum. Di dalam hatinya, A Ze berpikir,


Dia melepaskan tubuh silumannya demi menuntut ilmu Dao. Entah seberapa banyak penderitaan yang telah ia alami?

Gunung Qingyuan....? gumam Zhao Yun.


Formasi besar Di Gunung Qingyuan telah mengendalikan roh siluman selama seribu tahun. Siluman kecil ini baru sekali memasuki Gunung Qingyuan, tapi sudah dirasuki oleh roh siluman sampai-sampai tidak bisa lagi mengendalikan nafsu membunuhnya. Apakah terjadi sesuatu pada formasi besar? pikir Zhao Yun di dalam hati.


Ada orang datang....! kata Zhao Yun kepada A Ze. Keduanya langsung bersembunyi di balik semak-semak pepohonan.


Tiga orang berpakaian putih-putih muncul di tempat itu. Salah seorang dari mereka berjongkok di dekat mayat siluman itu.


Itu adalah Yan Qi bersama dua orang tetua, kata Zhao Yun kepada A Ze.


Apakah mereka ini dari Sekte Wulingshan? tanya A Ze. Zhao Yun menganggukkan kepalanya.


Kita harus segera meninggalkan tempat ini, A Ze berbisik di telinga Zhao Yun.


Kalau mereka sampai tahu engkau ini setengah siluman, mereka pasti tidak akan mengizinkanmu kembali lagi ke Gunung Wuling, sambung A Ze lagi. Zhao Yun menganggukkan kepalanya tanda setuju.


Zhao Yun dan A Ze meninggalkan tempat itu. Mereka menemukan sebuah kuil yang tidak berpenghuni di hutan itu. Malam itu mereka memutuskan untuk menginap di kuil itu.


Dengan diterangi oleh cahaya lilin, Zhao Yun duduk termenung di atas lantai. Ia teringat kembali ucapan dari siluman itu,


Yang Mulia...Dewi...Siluman ...kenapa engkau membunuh aku?

Mendadak mata Zhao Yun mengeluarkan sinar merah !


Kebetulan pada saat itu, A Ze memasuki ruangan itu sambil membawa sebuah bungkusan berisi ayam panggang.


Mendadak Zhao Yun bangkit berdiri. Ia menghunus pedangnya di depan A Ze. A Ze langsung menjerit kaget. Saking kagetnya bungkusan makanannya sampai terlempar ke atas lantai.


Mendengar jeritan A Ze, Zhao Yun mendadak tersadar kembali. Ia hampir saja membunuh A Ze. Saking terkejutnya, Zhao Yun sampai mengeluarkan keringat dingin.


Aku melihat tidurmu tidak tenang. Aku cuma ingin menyeka keringat di keningmu, kata A Ze memberikan penjelasan.


Rupanya tadi Zhao Yun sedang tidur dan baru saja ia bermimpi buruk. Di dalam mimpinya tadi, ia hampir-hampir membunuh A Ze.


Zhao Yun keluar dari ruangan itu dengan hati gelisah. Keringat masih mengalir di tubuhnya.


Mulai besok, kita tidur di ranjang terpisah, kata Zhao Yun kepada A Ze.

Kenapa begitu? tanya A Ze.


Aku sudah terlalu lama menekan sifat siluman aku. Sekarang aku mulai merasakan akibatnya, jawab Zhao Yun.


Bukankah engkau menggunakan mutiara penyimpan roh untuk menyegel tubuh silumanmu?  Apakah hal ini malah merusak tubuhmu? tanya A Ze.


Tunggulah sampai beberapa hari...sampai tubuhku normal kembali, aku akan menyegelnya kembali, jawab Zhao Yun.


Watak asli siluman itu jahat. Aku takut aku bisa mencelakai dirimu, lanjut Zhao Yun lagi.


Aku percaya padamu. Tak peduli engkau ini manusia atau siluman, kata A Ze.


Hati Zhao Yun terusik oleh ucapan A Ze ini. Dengan hati bimbang ia berkata,

Percaya padaku?


Mendadak tangan Zhao Yun bergerak dan leher A Ze sudah dicekik olehnya.

Aku bisa makan kamu ! Percaya tidak? kata Zhao Yun sambil mempererat cekikannya.

Sinopsis Episode 2:

Zhao Yun hanya mencekik leher A Ze dengan satu tangan saja sudah cukup membuat tubuh A Ze terangkat ke atas.


Di saat yang amat kritis bagi keselamatannya, A Ze masih berusaha menyadarkan Zhao Yun.


Xiao Yun Yun....ini aku...A Ze...!


A Ze....? gumam Zhao Yun antara sadar tidak sadar.


Kemudian tubuh A Ze menjadi lemas dan akhirnya ia pun jatuh pingsan dalam keadaan tercekik.


Mendadak kesadaran Zhao Yun kembali lagi. Ia pun melepaskan cekikannya sambil berseru,


A Ze ! Tubuh A Ze pun roboh ke lantai, tapi keburu ditahan kembali oleh tangan Zhao Yun.


Zhao Yun langsung mengeluarkan mutiara penyimpan rohnya dan menyegel kembali tubuh silumannya saat itu juga.


Segel ! seru Zhao Yun. Darah pun menetes-netes di atas jerami yang berserakan di atas lantai.

----------

Sementara itu seorang siluman wanita sedang menjerat seorang pria korbannya di dalam sebuah kamar.


Pria itu dalam keadaan tidak sadar dibuat mabuk kepayang oleh kecantikan siluman itu yang sebenarnya adalah penjelmaan dari siluman rase.


Siluman rase itu lalu mengangkat cangkir araknya dan meminum isinya dengan ekspresi penuh kemenangan.

--------

Pagi itu, sinar matahari menerobos masuk ke dalam jendela kamar sehingga tempat itu menjadi terang.


A Ze pun terbangun dari tidurnya. Ia melihat Zhao Yun sedang duduk di sampingnya.


Xiao Yun Yun....! panggil A Ze. Zhao Yun menoleh kepada A Ze sambil bertanya,


Engkau sudah bangun?


A Ze lalu bangun dan duduk di samping Zhao Yun. Ia memandang Zhao Yun dengan heran. Zhao Yun tidak berani menatap A Ze. Ia merasa bersalah atas kejadian semalam, di mana ia hampir-hampir membunuh A Ze dalam keadaan tidak sadar.


Apakah lehermu masih sakit? tanya Zhao Yun kepada A Ze.


A Ze meraba lehernya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.


Sudah tidak sakit lagi...! jawab A Ze.


Zhao Yun menatap A Ze dengan hati lega.


Mendadak seekor burung kertas berwarna kuning terbang masuk dari luar jendela. Burung kertas itu berhenti di depan Zhao Yun. Zhao Yun membuka telapak tangannya dan burung kertas itu lalu hinggap di atas telapak tangannya. Zhao Yun memejamkan kedua matanya. Setelah itu terdengar sebuah suara bergema di kamar itu.


Ada tugas penting dari perguruan...!


Dua buah benda pusaka milik perguruan telah dicuri orang...!


Engkau bisa melacaknya menggunakan keahlian khusus yang kaumiliki...!


Temukan mereka dengan cepat...!


Tapi ingat...kedua orang pencuri itu bukanlah lawan yang mudah dihadapi....!


Waspadalah di dalam bertindak....!


Setelah suara itu lenyap, Zhao Yun pun membuka kembali kedua matanya. Ia merenung sejenak untuk mengingat kembali pesan itu.


Kamu kenapa? tanya A Ze.


Hawa siluman dari Gunung Qingyuan sudah menyebar secara luas. Dan Tange adalah senjata pusaka yang bisa melawannya. Tapi kenapa mereka tidak mengutusku ke Gunung Qingyuan, sebaliknya malah menyuruhku untuk melacak kedua buah benda itu? kata Zhao Yun.


Mungkin kedua buah benda pusaka itu sangat penting, kata A Ze. Tapi Zhao Yun menggelengkan kepalanya.


Makanya saat ini aku belum bisa menemanimu pulang ke kota Lingchuan, kata Zhao Yun.


Ah, tidak apa-apa! Pokoknya kamu ke mana aku ikut saja, kata A Ze.


Hmm...Mendengar ucapan A Ze ini, Zhao Yun tersenyum. Ia mengangguk tanda setuju.

--------

Hari itu siluman rase mulai keluar lagi dari tempat persembunyiannya untuk mencari korban yang baru. Ia sengaja melenggak-lenggokkan tubuhnya di jalan untuk memikat hati kaum pria.


Sepasang suami isteri kebetulan sedang lewat di jalan yang sama. Saat berjalan di dekat mereka, siluman itu sengaja bersikap genit kepada pria itu. Pria itu memandang siluman itu dengan mata tak berkedip. Tapi mendadak isterinya menepuk kepalanya sehingga ia pun sadar kembali.


Tapi entah bagaimana caranya, akhirnya pria ini terjebak juga oleh siluman itu. 

Pria tersebut sekarang terbaring di atas lantai dalam keadaan tidak sadar. Sementara siluman rase itu sedang menghirup hawa dari tubuh pria itu. Setelah selesai beraksi, siluman rase itu lalu meraih sepotong medali dari atas meja sambil bergumam,

Ada tamu datang !


Ternyata tamu yang datang itu adalah Jiang Zhao Yun dan A Ze.


Hawa siluman di tempat ini sungguh pekat. Kita harus berhati-hati, kata Zhao Yun.


Malam itu bulan diselimuti oleh awan yang gelap.


Zhao Yun membuka pintu sebuah kamar. Kamar itu sangatlah gelap. Tapi Zhao Yun tetap melangkah masuk ke dalam kamar itu.


A Ze melihat mayat pria itu di atas lantai. Gadis itu lalu berjongkok di dekat mayat tersebut dan memeriksa nadinya.


Mendadak api lilin menyala dan kamar itu menjadi terang.


Kakak Zhao Yun...!


Zhao Yun membalikkan tubuhnya. Ia melihat A Ze berdiri di balik sebuah tirai berwarna merah. Sikap A Ze sangat lain dari biasanya. A Ze menatapnya dengan sinar mata yang aneh.


Mendadak A Ze memelorotkan bajunya di depan Zhao Yun, sehingga Zhao Yun bisa melihat bahunya yang terbuka.


Perlahan-lahan A Ze mendekati Zhao Yun. Ia menyentuh bibir Zhao Yun dengan jari telunjuknya. Lalu jarinya terus merayap turun. Mendadak tangan gadis itu menarik sabuk ikat pinggang Zhao Yun sehingga tubuh Zhao Yun kini menempel di tubuhnya.


A Ze memeluk tubuh Zhao Yun dan mulai membisikkan kata-kata rayuan di telinga gadis itu. Mata Zhao Yun mulai nanar dan kesadarannya pun mulai hilang.


Kakak Zhao Yun...jangan menahan dirimu lagi....! kata A Ze sambil menjatuhkan tubuh Zhao Yun ke atas lantai.


Memangnya tidak enak....menjadi siluman...? kata A Ze lagi sambil berlutut di atas tubuh Zhao Yun.

Sinopsis Episode 3:

Qi Mei, si siluman rase dari Gunung Feng ini pandai menyesatkan hati manusia. Tadinya kekuatan siluman ini lemah. Tapi berkat Cermin Pemikat, benda pusaka yang berhasil dicurinya, ia berhasil menyerap hawa murni yang tak terhitung banyaknya dari para korban-korbannya, sehingga kekuatannya menjadi meningkat hebat. Ia adalah pembawa bencana di dunia manusia.


Ada tamu datang !
kata Qi Mei setelah melihat medali itu.

A Ze menempelkan jari tangannya pada hidung dan tangan pria itu untuk menerawang apa yang telah terjadi.


Sebuah penglihatan berkelebat di benak A Ze, bagaimana Qi Mei berhasil memikat pria yang sudah mati itu.

Seekor siluman rase yang lihai, batin A Ze di dalam hati.

Xiao Yun Yun, berhati-hatilah...!


A Ze mencari-cari Zhao Yun dengan matanya, tapi ia tidak menemukan Zhao Yun di situ.

Lalu A Ze bangkit berdiri dan memasuki kamar itu. Ia menyibak tirai merah di kamar itu. 


Zhao Yun ! panggil A Ze. Ia melihat Zhao Yun sedang berdiri di depannya dengan posisi tubuh membelakanginya.


Jiang Zhao Yun...! panggil A Ze lagi.

Siap ! sahut Zhao Yun dengan keras sambil membalikkan tubuhnya.


A Ze terhenyak kaget mendengar suara Zhao Yun yang keras ini. Ia sampai melompat mundur selangkah.

Kenapa suaramu sekeras ini? tegur A Ze.

Siap...! ulang Zhao Yun, kali ini dengan suara yang kalem.


Ada perintah apa, Yang Mulia A Ze? tanya Zhao Yun.

Yang Mulia A Ze...? ulang A Ze bingung. Ia merasa sikap Zhao Yun ini agak aneh.


Kenapa sekarang ia jadi penurut? A Ze bertanya-tanya di dalam hati.

Tapi dasar A Ze seorang gadis yang nakal. Tiba-tiba timbul keinginannya untuk menggoda Zhao Yun.


Apakah engkau akan menuruti semua perintahku? tanya A Ze setelah berpikir sejenak.

Iya, jawab Zhao Yun.

Duduk ! perintah A Ze. Zhao Yun pun langsung duduk.


Angkat kepalamu ! perintah A Ze lagi. Zhao Yun langsung mendongakkan kepalanya.

Melihat tingkah Zhao Yun yang lucu ini, A Ze tersenyum geli. Ia semakin kepingin menggoda gadis itu.

Julurkan lidahmu ! perintah A Ze. Dan Zhao Yun benar-benar menjulurkan lidahnya.

Monyong ! perintah A Ze lagi. Tapi Zhao Yun memasukkan kembali lidahnya.

Ayo, cepat ! desak A Ze lagi. Zhao Yun pun memonyongkan bibirnya.


Patuh ya ! A Ze tersenyum gembira sambil mengelus-elus kepala Zhao Yun.

Sekarang berputar ! perintah A Ze lagi. Dan Zhao Yun benar-benar memutar tubuhnya di depan A Ze.


A Ze lalu mengeluarkan Seruling Nyanyian Angin dari saku bajunya sambil berkata,

Sungguh sayang...! A Ze menempelkan seruling itu di bibirnya dan mulai meniup seruling itu.

Mendadak tubuh Zhao Yun berputar dan langsung hendak menerkam tubuh A Ze. A Ze melangkah mundur selangkah dan...tubuh Zhao Yun pun mendadak lenyap dari hadapannya.

A Ze pun tersadar dari penerawangannya. Ia mengamat-amati kamar itu di sekeliling.

Sementara itu, Zhao Yun sedang di dalam pengaruh Qi Mei, sang siluman rase. Saat itu Qi Mei yang berwujud A Ze sedang berusaha memikat Zhao Yun yang sedang kehilangan kesadarannya.

Mendadak terdengar alunan suara seruling dan seketika itu juga Zhao Yun pun tersadar dari mimpinya. Ia membuka matanya dan betapa terkejut hatinya ketika melihat A Ze berada di atas tubuhnya.

Begitu Zhao Yun tersadar, siluman itu pun lenyap dari hadapannya.

A Ze menghentikan tiupan serulingnya ketika Zhao Yun sudah kembali lagi di hadapannya.


Xiao Yun Yun...apa yang engkau mimpikan? goda A Ze nakal.

Tidak apa-apa, jawab Zhao Yun.


Aku lihat mukamu merah semua. Engkau...tidak memimpikan sesuatu yang aneh-aneh, kan? goda A Ze lagi.

Kekuatan ilusi dari siluman ini sungguh teramat jahat. Sampai-sampai...aku pun lalai terjatuh ke dalam jebakannya, ujar Zhao Yun.

Oh, ya?


Mendengar ucapan Zhao Yun ini, A Ze tersenyum geli. Ia masih ingin menggoda Zhao Yun lagi, tapi wajah Zhao Yun berubah sangat serius. Zhao Yun mengamat-amati kamar itu dan pandangannya lalu berhenti di sebuah sudut.

Zhao Yun lalu mengucapkan mantera,

Muncul ! Lalu siluman rase Qi Mei pun tampak di dalam kamar itu. Ia sedang duduk di samping sebuah meja membelakangi kedua orang gadis itu.


Begitu melihat Qi Mei, Zhao Yun langsung mengucapkan mantera lagi,

Formasi Pengikat Siluman...pergilah ! seru Zhao Yun.


Selarik sinar biru keluar dari tangan Zhao Yun langsung menyambar tubuh Qi Mei. Sinar itu berubah menjadi seutas tali yang mengikat tubuh Qi Mei dengan erat. Kemudian tubuh siluman itu pun lenyap dari hadapan mereka.

Zhao Yun menghampiri meja itu. Ia memungut sebuah medali yang tergeletak di atas meja yang ternyata adalah sebuah cermin.

Dengan semudah ini kita mengusirnya? ujar A Ze sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Ayo, kita pergi ! ajak Zhao Yun.


A Ze dan Zhao Yun kembali lagi ke kuil itu. Mereka sedang tidur di atas tikar.

Zhao Yun...

Tiba-tiba sebuah suara memanggil Zhao Yun.


Zhao Yun...

Suara itu memanggil kembali.


Zhao Yun terbangun dari tidurnya. Ia mengamati di sekeliling kamar itu. A Ze juga ikut terbangun.

Tiba-tiba kedua tangan A Ze memeluk dada Zhao Yun dengan erat dari belakang. Zhao Yun pun meronta-ronta berusaha melepaskan diri.

Aku terlalu meremehkan dia, kata Zhao Yun di dalam hati.

Tak kusangka ada pendeta Dao muda yang setampan engkau, rayu Qi Mei.


Lepaskan aku ! teriak Zhao Yun.

Bau silumanmu sungguh menyengat ! teriak Zhao Yun lagi.


Kenapa engkau menyerang kaummu sendiri? Kenapa engkau membantu manusia membunuhi siluman? protes Qi Mei.

Bukankah engkau siluman juga? kata Qi Mei lagi.

Darimana engkau tahu? tanya Zhao Yun.


Qi Mei tertawa genit. Ia melepaskan tangannya dari dada Zhao Yun yang sekarang sudah terikat oleh seutas tali berwarna merah.

Itu tidaklah penting...! kata Qi Mei.

Tidak enakkah menjadi siluman? bisik Qi Mei di telinga Zhao Yun.


Ayo, biarkan kakak melihat bagaimana bentuk tubuh silumanmu ini...! ujar Qi Mei genit.

Zhao Yun memejamkan matanya, berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari belitan tali merah itu.

Ini adalah Tali Pengikat Dewa. Engkau tidak akan mampu melepaskan diri, ujar Qi Mei lagi.

Ayolah, kembali ke wujud silumanmu. Kita bisa pergi bersama melanglang buana, ujar Qi Mei sambil merangkak mendekati Zhao Yun.

Sinopsis Episode 4:

Sadar bahwa bujuk rayunya tidak mempan, Qi Mei lalu mengeluarkan Cermin Pemikatnya untuk menaklukkan Zhao Yun.


Untunglah di saat yang berbahaya ini, Zhao Yun berhasil mengerahkan manteranya walaupun dalam keadaan tangan terikat.


Selarik sinar biru keluar dari tangan Zhao Yun, melesat ke  atas bubungan atap lalu menghambur ke bawah dan mengurung tubuh Qi Mei sehingga siluman itu tidak bisa melarikan diri lagi.


Bersamaan dengan itu tali merah yang membelit tubuh Zhao Yun pun lenyap dan gadis itu berhasil meloloskan diri dari cengkraman Qi Mei.


Kau...! seru Qi Mei kaget.

Sejak awal aku sudah mempersiapkan diri, kata Zhao Yun.


Ternyata sewaktu Zhao Yun dan A Ze tiba di tempat itu, Zhao Yun sudah menyadari bahwa tempat itu sudah berada di bawah kekuasaan siluman.


Malam itu, Zhao Yun memandang ke atas langit. Ia melihat bulan sabit di atas sana. Tapi sekejap kemudian ia mendapat penglihatan bahwa pada awalnya bulan di atas langit itu sedang purnama, namun tiba-tiba ada awan hitam yang bergerak menutupi bulan.

Zhao Yun lalu melepaskan manteranya di tempat itu. Selarik sinar biru keluar dari jarinya, lalu menerobos masuk ke dalam kamar itu dan melesat ke atas bubungan atap. Ternyata Zhao Yun sengaja menyimpan manteranya di atas bubungan atap untuk berjaga-jaga.


Zhao Yun melepaskan manteranya lagi. Selarik sinar biru kembali keluar dari tangannya menghantam tubuh Qi Mei.


Ternyata engkau sengaja membiarkan dirimu masuk ke dalam ilusi tingkat pertamaku, kata Qi Mei.


Di dalam ilusi tingkat pertama itu, Qi Mei berusaha memikat Zhao Yun di dalam wujudnya sebagai A Ze.


Tujuanmu adalah untuk memancing keluar wujudku yang asli, lanjut Qi Mei.


Engkau adalah siluman. Tapi engkau malah membantu manusia. Suatu hari nanti mereka pasti akan menyingkirkan dirimu. Saat itu tiba, aku akan menunggumu di neraka ! seru Qi Mei.


Zhao Yun lalu mengerahkan manteranya lagi. Kali ini ia memanggil pedangnya.

Tange !


Sekali Zhao Yun mengelebatkan tangannya, pedang Tange lalu berubah menjadi 4. Keempat-empatnya langsung meluncur ke arah Qi Mei dan menghantam tubuhnya.


Qi Mei langsung tersungkur di atas lantai. Kemudian tubuhnya lenyap, meninggalkan Cermin Pemikat di atas lantai.


Setelah berhasil menyingkirkan Qi Mei, Zhao Yun pun kembali lagi ke tempat A Ze.


Ia melihat A Ze sedang bermimpi dalam posisi duduk. Melihat A Ze tersenyum-senyum sendiri, Zhao Yun lalu menepuk pundak A Ze.


Apa yang telah kauimpikan? tanya Zhao Yun.

Mendengar pertanyaan Zhao Yun ini, A Ze cuma tersipu-sipu malu.


--------

A Ze dan Jiang Zhao Yun melanjutkan kembali perjalanan mereka. Suatu hari, sampailah mereka di sebuah wihara.


Tampak seorang pendeta Buddha sedang berlutut dan berdoa di depan wihara itu. Setelah bersujud beberapa kali, pendeta itu lalu bangkit berdiri.


Xiao Yun Yun, engkau yakin di sini tempatnya? tanya A Ze.


Seharusnya dia itulah orangnya, jawab Zhao Yun.


Pendeta itu sekarang sedang bersembahyang di depan sebuah altar. Di depan altar itu telah tertancap batang-batang hio dalam jumlah yang cukup banyak.


Pendeta itu menggenggam seuntai gelang di dalam telapak tangannya. Ia mengulurkan kedua tangannya di atas altar. Mendadak untaian gelang di dalam tangannya itu mengeluarkan sinar berwarna kuning.


Darimana kautahu? tanya A Ze lagi.


Kalau senggang bacalah buku lebih banyak, jawab Zhao Yun.

Lalu...bagaimana sekarang? Apa kita harus menggebuknya di sana? tanya A Ze.


Di sini tempat sembahyang. Setelah keluar dari sini baru kita pikirkan, jawab Zhao Yun.


Kedua orang gadis ini lalu meninggalkan wihara itu. Sementara itu si pendeta sudah menyadari kedatangan orang asing di tempat itu.


Setelah selesai sembahyang, pendeta itu lalu berjalan ke dalam sebuah hutan. A Ze dan Zhao Yun pun membuntutinya dari belakang.


Setelah berjalan beberapa saat, tiba-tiba pendeta itu menghentikan langkahnya. Ia tahu ada orang yang membuntutinya. Lalu ia melanjutkan perjalanannya kembali. Kedua orang gadis itu lalu membuntutinya kembali.


Tiba-tiba langkah pendeta itu menjadi semakin cepat.


Eh, dia berlari. Kita gebuk aja sekarang ! ujar A Ze.


Tiba-tiba pendeta itu menghentikan langkahnya.


Sana pergi...gebuk dia ! perintah Zhao Yun kepada A Ze.


Mendadak pendeta itu membalikkan tubuhnya dan memandang kedua orang gadis ini. Sepertinya ia mendengar ucapan mereka berdua.


A Ze tersenyum salah tingkah, lalu berkata kepada pendeta itu,


Kita cuma bercanda. Seharusnya kita menyelesaikannya secara damai. Shanzai...shanzai !


Pendeta itu lalu mengamati kedua orang gadis ini dengan penuh perhatian. Kemudian matanya terpaku pada pedang di tangan Zhao Yun.


Tamu dari Gunung Wuling rupanya...! kata pendeta itu.


Apakah engkau datang untuk mengambil sesuatu, murid kepala? tanya pendeta itu.


Benar, sahut Zhao Yun.


Aku, Xiu Yue...! Pendeta itu memberi hormat dengan merangkapkan kedua tangannya.


Silahkan kalian ikuti aku, kata pendeta itu lagi.


A Ze dan Zhao Yun terkejut atas undangan dari pendeta ini. Keduanya terdiam dan saling memandang satu sama lain.

Sinopsis Episode 5:

Xiu Yue, si siluman kelelawar telah mencuri Cakram Pusaka Teratai Yin Yang dari Gunung Wuling. Urusannya menjadi semakin ruwet.


Xiu Yue membawa Zhao Yun dan A Ze ke sebuah tempat. Ia meletakkan untaian gelang itu di atas sebuah meja.


Isteriku, aku sudah pulang, kata Xiu Yue kepada gelang tersebut.


Setelah itu gelang tersebut menjelma menjadi seorang nenek tua. Zhao Yun dan A Ze terperanjat melihat pemandangan ini.


Engkau tentu sudah haus. Minumlah air teh ini, kata si nenek sambil memegang tangan Xiu Yue.


Si nenek menuangkan air teh ke dalam sebuah cangkir. Xiu Yue langsung meminum isi cangkir itu sampai habis.


Silahkan kalian duduk dan nikmati tehnya, kata Xiu Yue kepada kedua orang tamunya ini.


Oh, tidak usah...terima kasih, kata A Ze.


Lalu Xiu Yue mengeluarkan sebuah bungkusan dari saku bajunya. Ia menyerahkan bungkusan itu kepada si nenek sambil berkata,


Isteriku....


Melihat tingkah laku suami isteri ini, Zhao Yun lalu berbisik kepada A Ze,


Siluman kelelawar itu wataknya sangat kejam. Jumlah mereka sangat banyak. Mereka ahli bertempur di dalam kelompok.


Aku membawakan kue bunga plum kesukaanmu, kata Xiu Yue kepada si nenek.


Si nenek senang sekali melihat kue itu.

Sementara itu Zhao Yun meneruskan ceritanya,


Tapi beberapa ratus tahun yang lalu, mendadak muncul sesosok siluman besar dengan jenis yang berbeda. Siluman ini mampu menghadapi 3 orang manusia sakti hanya seorang diri saja. Ia berhasil kabur dari pertempuran tanpa menderita luka.


Konon kabarnya siluman ini lalu jatuh cinta kepada seorang manusia. Demi wanita itu ia rela melanggar ke-5 pantangan dan hidup mengasingkan diri.


Kemudian orang-orang mengenalnya sebagai Xiu Yue, si pendeta pengurus wihara.


Xiu Yue memandang kedua orang gadis itu. Lalu ia berkata kepada si nenek,


Aku ada tamu. Engkau beristirahatlah dulu.


Si nenek memegang tangan Xiu Yue dan menatapnya dengan cemas. Ia memandang kedua orang tamu itu lalu menepuk-nepuk tangan Xiu Yue tanda setuju.


Kemudian si nenek lenyap dari pandangan dan rohnya terbang masuk kembali ke dalam gelang tersebut.


Xiu Yue lalu bangkit berdiri dan berjalan menghampiri kedua orang gadis itu. Ia membuka tangannya dan memperlihatkan sesuatu kepada mereka sambil berkata,


Benda ini adalah Cakram Pusaka Teratai Yin Yang, pusaka perguruanmu yang hilang itu.


Engkau sudah mengasingkan diri. Tapi demi mencuri benda pusaka ini, engkau meninggalkan hidupmu dan melibatkan diri kembali di dalam persengketaan. Mengapa?
tanya Zhao Yun.


Tidak usah omong kosong! Ambil saja dariku, jika engkau mampu ! teriak Xiu Yue.


Xiu Yue memasang kuda-kuda untuk bertarung dengan Zhao Yun. Dari kedua tangannya muncul sepasang cakar baja yang panjang-panjang.


Demi isteriku, aku rela menjadi vegetarian, belajar agama Buddha dan hidup mengasingkan diri. Tapi hari ini aku terpaksa melanggar kembali pantangan membunuh ! teriak Xiu Yue lagi.


Zhao Yun juga sudah bersiap-siap. Ia mencabut pedangnya dan melintangkan pedangnya di depan dada.


Pertarungan antara kedua sosok siluman ini sepertinya sudah tidak dapat dihindarkan lagi.


Maafkan kelancanganku ! seru Xiu Yue sambil mengeluarkan jurus pertamanya.


Ia menghantam Zhao Yun dari jarak jauh dengan cakar bajanya.


Zhao Yun menyambut serangan Xiu Yue dengan pedangnya. Keduanya lalu terlibat di dalam pertarungan jarak jauh yang seru.


Xiu Yue terus melancarkan serangan bertubi-tubi terhadap Zhao Yun yang membuat Zhao Yun terpaksa terus bertahan.


Sreett...! wajah Zhao Yun tergores oleh angin pukulan dari cakar baja itu.


Memanfaatkan kesempatan selagi Zhao Yun terluka, mendadak tubuh Xiu Yue berbalik dengan cepat langsung menerjang tubuh A Ze yang sedang bersembunyi di balik pilar. Cakar bajanya bergerak cepat menyambar gadis itu.


A Ze dengan cepat melangkah mundur dan cakar baja Xiu Yue menjadi melenceng menghantam pilar.


Mendadak pundak Xiu Yue dicengkeram dari belakang oleh Zhao Yun dan langsung dihempaskannya ke belakang, membuat tubuh Xiu Yue terhuyung mundur beberapa langkah.


Pertikaian ini terjadi antara engkau dan perguruanku. Tidak ada hubungannya dengan orang lain ! kata Zhao Yun.


Segitu paniknya engkau....ha ha ha....! ejek Xiu Yue.


Di dalam pertarungan, setiap orang harus mencari titik kelemahan dari musuhnya ! seru Xiu Yue sambil melancarkan serangan berikutnya. Tampak asap hitam keluar dari sekujur tubuhnya.

Siluman jahat ! Zhao Yun melepaskan manteranya sambil mengangkat pedang di depan dada.


Lalu kedua sosok siluman ini saling bertukar serangan. Pertarungan dahsyat pun terjadi di tempat itu.


Mendadak tubuh Zhao Yun terhempas jatuh di atas lantai dan memuntahkan darah segar.


Xiu Yue tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia sudah siap melancarkan serangan susulan, tapi mendadak A Ze bergerak menghalanginya.


Xiu Yue menyambar leher A Ze dan mengangkat tubuh gadis itu ke atas.


A Ze terus meronta berusaha melepaskan diri, tapi cengkeraman Xiu Yue terlalu kuat baginya.


Kali ini nyawa A Ze benar-benar terancam bahaya !


Sinopsis Episode 6:

Siluman kelelawar memiliki watak yang amat jahat. Dan Sha Yue, siluman kelelawar yang menjadi raja mereka ini adalah yang paling jahat.


Pada suatu ketika, saat Sha Yue sedang menderita luka yang amat berat, ia diselamatkan oleh seorang wanita dari golongan manusia bernama Ming Xin yang bekerja sebagai pengurus wihara.


Mau makan kue bunga plum ini? tanya Ming Xin kepada Sha Yue.


Lalu Sha Yue jatuh cinta kepada wanita ini. Ia rela melanggar kelima pantangan dan memutuskan untuk hidup mengasingkan diri dengan wanita ini.


Ia mengubah namanya menjadi Xiu Yue, si pengurus wihara.


Dua ratus tahun kemudian, secara diam-diam Xiu Yue mencuri sebuah benda pusaka yang menciptakan pertentangan bagi dirinya.


Mau mengalahkan musuh harus mencari titik kelemahannya dulu,  kata Xiu Yue sambil menyambar leher A Ze. 


Tubuh A Ze terangkat ke atas dan nyawanya benar-benar dalam bahaya.


Zhao Yun yang telah terluka dalam itu tahu bahwa keselamatan A Ze sedang terancam. Ia sadar bahwa di dalam wujudnya yang sekarang ia tidak akan mampu untuk menyelamatkan A Ze.


Oleh karena itu, Zhao Yun memutuskan untuk mengembalikan wujudnya sebagai siluman lagi.


Mutiara Penyimpan Roh...Buka !


Zhao Yun mengucapkan mantera dan langsung saat itu juga bentuk fisiknya berubah menjadi siluman.


Tange ! Zhao Yun langsung memanggil pedangnya. Begitu muncul Tange langsung menyambar tubuh Xiu Yue dan berhasil menembusi tubuh siluman itu dalam sekejap.




Tange masih terus meluncur sebelum berhasil disambar kembali oleh Zhao Yun.


Xiu Yue memuntahkan darah segar sebelum roboh di atas tanah.


Zhao Yun lalu menghampiri A Ze dan membantu gadis itu berdiri.


Pertarungan yang bagus...! seru Xiu Yue sambil memuntahkan darah segar.

Sudah lama sekali aku tidak bertarung sehebat ini ! seru Xiu Yue lagi.


Dewi Siluman Dari Gunung Zi Yang, sungguh bukan nama kosong belaka ! lanjut Xiu Yue.




Aku juga tidak bisa hidup lebih lama lagi. Tidak rugi...tidak rugi...! lanjut Xiu Yue lagi.


Lalu Xiu Yue mengeluarkan cakram pusakanya dan berkata,


Cakram pusakanya ada di sini. Ambillah....!


 
 

Xiu Yue melepaskan benda pusaka itu dari genggamannya. Cakram pusaka itu lalu melayang-layang di udara.

Xiu Yue masih sempat mengeluarkan gelang keramatnya dan mengelus-elus benda itu dengan penuh kasih sayang, sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir.


Zhao Yun mengamati cakram pusaka yang masih melayang-layang di udara itu dengan seksama.


Sungguh aneh ! kata Zhao Yun.


Apanya yang aneh? tanya A Ze.


Cakram Pusaka Teratai Yin Yang ini adalah benda pusaka perguruan kami. Xiu Yue mati-matian mempertahankan benda ini dengan nyawanya, kata Zhao Yun.


Namun sebagai siluman, dia tidak mungkin bisa mengaktifkan benda ini. Lalu...buat apa ia mencurinya? kata Zhao Yun lagi.



Sekarang aku sudah berwujud siluman. Meskipun aku adalah murid dari sekte Wuling, aku juga tidak bisa mengaktifkan benda ini, jelas Zhao Yun.


Zhao Yun menaruh cakram pusaka itu di tangannya.

Kamu lihat?




Zhao Yun menunjukkan cakram pusaka itu kepada A Ze. Setelah itu ia melepaskan kembali benda itu. Benda itu lalu melayang-layang kembali di udara.


Lalu mengapa Xiu Yue mengorbankan jiwanya untuk benda ini? kata Zhao Yun.


A Ze mengulurkan tangannya untuk memegang cakram pusaka itu.


Ajaib, begitu dipegang oleh A Ze, cakram pusaka itu lantas bereaksi. Benda itu memancarkan sinar merah di sekelilingnya.


Zhao Yun dan A Ze tertegun melihat peristiwa ini. Mereka tidak menyangka bahwa A Ze ternyata bisa mengaktifkan benda ini.



Mendadak terdengar suara seorang wanita bergema di tempat itu.


Orang sakti darimanakah yang telah mengaktifkan Cakram Pusaka Teratai Yin Yang ini?


Setelah suara itu lenyap, si nenek tua dari gelang itu mendadak muncul kembali di hadapan mereka.


Si nenek tua ini memandang wajah A Ze dengan terkesima.
  

Sinopsis Episode 7:

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku cuma menyentuhnya dan benda ini langsung bersinar, kata A Ze.


Si nenek tertegun mendengar penjelasan A Ze. Ia menoleh pada mayat Xiu Yue yang masih dalam posisi duduk itu. Kemudian nenek itu mengelus-elus tubuh suaminya dengan penuh kasih sayang.


Kemudian nenek itu menghampiri kedua orang gadis itu dan berkata,


Namaku Ming Xin. Terimalah salam hormat dariku, kata si nenek sambil membungkukkan tubuhnya.


A Ze dan Zhao Yun langsung membungkuk membalas penghormatan dari nenek Ming Xin.


Namaku A Ze, kata A Ze memperkenalkan dirinya.


Jiang Zhao Yun dari Gunung Wuling memberi hormat kepada Senior Ming Xin, kata Zhao Yun.


Nenek Ming Xin tertegun sejenak, lalu berkata,


Sungguh tak terbayang olehku, murid kepala dari sekte Wuling penyandang pedang Tange ternyata berasal dari Gunung Zi Yang.


Nenek Ming Xin menghela napas panjang lalu menoleh kembali pada mayat suaminya. Lalu ia mulai bercerita,


Aku dan dia hidup bahagia selama puluhan tahun. Akan tetapi sebagai manusia, pada akhirnya aku tetap akan kembali menjadi debu. Ia menyegel sementara rohku di dalam gelang rosario ini. Akan tetapi setelah lewat bertahun-tahun, rohku akan sirna juga. Ia berusaha keras mencari upaya agar kami tetap bisa bersama. Karena itulah ia mencuri Cakram Pusaka Teratai Yin Yang ini. Tetapi...pada akhirnya kami juga tidak bisa melawan kehendak langit....!


Sehabis bercerita, nenek Ming Xin lalu menjura kepada kedua orang gadis ini.


A Ze dan Zhao Yun buru-buru menahan si nenek.


Aih, senior !


Apa yang terjadi pada hari ini semuanya adalah kesalahan kami berdua. Tapi kesempatan emas memang sulit ditemukan. Nona A Ze, karena engkau mampu mengaktifkan cakram pusaka ini. Bisakah engkau melanjutkan kembali apa yang telah kaulakukan tadi untuk membantu menyatukan roh kami berdua? pinta nenek Ming Xin.


A Ze dan Zhao saling memandang. Keduanya saling mengangguk tanda sepakat untuk membantu si nenek.


Kami memang berniat melakukan hal ini, ujar A Ze.


A Ze lalu menaruh cakram pusaka itu di atas telapak tangannya. Ia memutar-mutar tangannya yang satu lagi di atas cakram tersebut. Cakram itu lalu mengeluarkan sinar berwarna merah. Kemudian A Ze menggerakkan jari telunjuknya di atas cakram itu.


Tampak sinar kuning berbentuk bulatan terbang keluar dari cakram itu. Bulatan kuning itu lalu terbang menuju tubuh Xiu Yue dan menyentuh dada dari siluman itu.


Setelah itu bulatan kuning tersebut terbang lagi dan berhenti di depan nenek Ming Xin. Nenek Ming Xin lalu meraih bulatan kuning tersebut dengan kedua tangannya. Lalu ditempelkannya bulatan kuning tersebut pada dadanya dan bulatan kuning tersebut lalu lenyap di dalam dadanya.


Wajah nenek Ming Xin terlihat sangat lega. Dengan kedua belah tangan masih menempel di dadanya, ia berkata kepada kedua orang gadis itu,


Aku tidak bisa membalas budi kalian yang amat besar ini, kata si nenek sambil membungkukkan badannya.


Tidak apa...tidak apa...! kata A Ze.


Nenek Ming Xin lalu memandang Zhao Yun. Seperti ada yang ingin ia sampaikan, tapi ia kelihatan ragu-ragu.


Senior Ming Xin, engkau ingin menyampaikan sesuatu? tanya Zhao Yun.


Dewi siluman...ada sesuatu yang ingin kuberikan kepadamu, kata nenek Ming Xin. Ia meraih tangan Zhao Yun dan menyelipkan sesuatu di tangan gadis itu.


Kalian berdua, jagalah diri kalian baik-baik, kata si nenek.


Ming Xin dan Xiu Yue mohon pamit, kata si nenek lagi sambil menjura yang dibalas oleh kedua orang gadis itu.


Setelah itu si nenek dan mayat Xiu Yue pun lenyap dari pandangan. Tubuh mereka berubah menjadi roh yang berkelebat lenyap meninggalkan tempat itu.


Roh-roh yang terbang itu lalu berubah wujud kembali menjadi Xiu Yue dan Ming Xin yang masih muda. Mereka bergandengtangan bersama-sama meninggalkan tempat itu dengan hati tenang dan damai.


Samar-samar terdengar suara Ming Xin bergema di tempat itu,


Ke mana jalan hidup seseorang akan berakhir? Jalan itu bisa berlawanan dengan hukum surgawi atau...jalan yang sulit berliku menentang takdir atau...jalan di mana engkau harus menghadapi dirimu yang sejati....!


Dewi Siluman...bagaimana jalan menurut hatimu?


Suara Ming Xin berakhir sampai di sini. Setelah menengok yang terakhir kalinya pada kedua orang gadis ini, Ming Xin dan Xiu Yue pun lenyap dari pandangan mereka.


Kemudian Zhao Yun membuka telapak tangannya. Tampaklah benda yang diberikan oleh nenek Ming Xin itu. Itu adalah sepotong benda padat berbentuk empat persegi panjang yang berwarna merah hati dengan guratan-guratan di atas permukaannya.


Benda apakah ini? tanya A Ze.


Zhao Yun menggenggam kembali benda tersebut. Ia merenung sejenak di dalam hati.

Sinopsis Episode 8:

A Ze dan Zhao Yun menginap di sebuah kuil kosong. Pagi itu mereka terbangun karena suara berisik di luar.


Ada apa di luar? tanya A Ze yang terbangun gara-gara suara ribut di luar.

Ayo, kita lihat-lihat ke luar ! ajak A Ze.


Penampilanku yang seperti ini tidak leluasa jika dilihat orang, kata Zhao Yun.


Ayolah temani aku bermain, rajuk A Ze sambil menarik-narik tangan Zhao Yun.

Baiklah, akhirnya Zhao Yun menyerah.


Mereka pun keluar dari kuil itu dan berjalan-jalan. Tak lama kemudian sampailah mereka di sebuah kota. Tampak di depan mereka gerbang masuk kota itu dengan penduduk yang ramai berlalu-lalang di situ.


Untuk menutupi penampilannya, Zhao Yun mengenakan sebuah caping berkerudung yang menutupi wajahnya.


Mereka pun memasuki kota itu. Kota itu ternyata cukup ramai. Tampak para pedagang berjualan. Ada yang menjaga kiosnya di pinggir jalan, ada pula yang berjualan keliling.


Kembang gula tusuk...kembang gula tusuk...! teriak seorang pedagang keliling.


A Ze yang menyenangi keramaian sangat gembira berada di kota tersebut. Ia melambai-lambaikan tangannya kepada orang-orang yang berpapasan dengannya di jalan. Sedangkan Zhao Yun lebih banyak diam dan berjalan dengan kepala menunduk.


Sudah pulang kamu? tanya seorang wanita yang berpapasan dengan A Ze.


A Ze tidak mengenal wanita itu, tapi ia tetap melambaikan tangannya kepada wanita itu sambil tersenyum ramah.


Mau beli kembang gula tusuk? seorang penjual kembang gula tusuk menawari A Ze saat berpapasan di jalan.


Mau...mau...! sahut A Ze dengan gembira.

Gadis itu lalu menarik seuntai kembang gula tusuk dari antara dagangan penjual itu.


Si penjual itu langsung mengulurkan tangannya di depan A Ze untuk meminta bayaran.


A Ze baru teringat bahwa ia tidak membawa uang. Ia lantas cemberut. Lalu ia menengok pada Zhao Yun. Zhao Yun langsung menyodorkan uang kepada penjual itu.


Mereka pun berjalan kembali. Mereka melewati sebuah kios yang menjual lentera.


Tiba-tiba seorang anak laki-laki berjalan menubruk A Ze. Anak laki-laki itu menertawai A Ze sembari mengejek,


Kamu tidak punya gendang kecil ! katanya sambil menggoyang-goyangkan gendang kecilnya di depan A Ze.


A Ze terdiam sejenak. Lalu mendadak ia teringat sesuatu.

Aku ingat sekarang ! kata A Ze.


Ingat apaan? tanya Zhao Yun heran.

Tempat ini adalah kampung halamanku ! sahut A Ze dengan gembira.


Aku belum pernah pulang lagi setelah pertapa itu membawaku pergi belasan tahun yang lalu, kata A Ze lagi.


Tak kusangka tempat ini jadi ramai ! kata A Ze lagi dengan gembira.


Tapi Zhao Yun tidak menanggapi ucapan A Ze ini. Ia malah tampak memikirkan sesuatu.


Tiba-tiba sebuah suara menyapa A Ze dari belakang.

Kamu masih ingat sama aku?


Seorang pria menyapa A Ze sambil tersenyum lebar. A Ze memutar badannya dan memandang pria itu.


Kakak Da Zhi ! seru A Ze dengan gembira. Ternyata A Ze mengenali pria ini.


Zhao Yun memutar badannya dan mengamati pria itu dengan penuh perhatian.

Sudah lama kita tidak bertemu, kata A Ze sambil tertawa.


Ia berlari menghampiri pria itu sambil memegang tangan pria itu. Saking senangnya berjumpa dengan pria itu, A Ze sampai melompat-lompat kegirangan.


Zhao Yun menatap mereka berdua dengan hati penuh curiga.

Bagaimana kamu bisa setinggi ini? tanya pria itu sambil tertawa.


Kamu juga sudah dewasa, jawab A Ze sambil tertawa.

Semuanya tidak banyak berubah, kata A Ze lagi sambil memandang di sekelilingnya.


Zhao Yun terus memperhatikan gerak-gerik pria itu. Tiba-tiba ia melihat pria itu merogoh sesuatu dari dalam kantong bajunya.


Insting Zhao Yun yang peka seketika bereaksi. Zhao Yun langsung mencabut pedangnya dan dengan secepat kilat menusuk dada pria itu.


Gerakan Zhao Yun yang sangat cepat itu tidak disadari oleh A Ze yang pada saat itu sedang memutar badannya membelakangi mereka.


Zhao Yun tertegun memandang dada pria yang baru saja ia tusuk itu. Dada pria itu sama sekali tidak terluka. Hanya bajunya saja yang bolong bekas tusukan pedang.


Reaksi pria itu juga aneh. Ia seperti tidak merasakan tusukan pedang Zhao Yun. Ia hanya memandang sekilas dadanya itu. Ia menepuk-nepuk sebentar baju di bagian dadanya, seperti tidak terjadi apa-apa.


Pria itu masih tertawa lebar dan ia merogoh kembali saku bajunya dan mengeluarkan sebuah bungkusan.


Mau tidak makan kue kacang hijau ini? kata pria ini sambil menyodorkan bungkusan itu kepada A Ze.


Terima kasih, Kak Da Zhi, sahut A Ze sambil menerima bungkusan itu dengan gembira.


Sampai jumpa ya ! kata pria bernama Da Zhi itu sambil melambaikan tangannya yang dibalas oleh A Ze.


Zhao Yun, ayo kita pergi ! kata A Ze sambil menggandeng tangan Zhao Yun.


Akan kuajak kamu menemui ayah ibuku, kata A Ze lagi.

Tapi Zhao Yun malah melepaskan capingnya itu sambil bertanya,


A Ze, ayah ibu darimana?

Ada sesuatu yang aneh sedang terjadi di sini ! kata Zhao Yun lagi.


Tapi belum sempat A Ze bereaksi, tiba-tiba terdengar suara seorang anak perempuan berteriak,

Aku tidak mau pergi !


Tidak ada gunanya kamu menangis !
terdengar suara seorang perempuan menyahut.


Aku tidak mau pergi...! anak perempuan itu berteriak lagi.


Apa pun yang terjadi aku harus membawamu kepada pertapa itu ! kata perempuan itu lagi.


A Ze dan Zhao Yun melihat di jalan itu ada seorang wanita sedang menarik-narik tangan seorang anak perempuan yang ternyata adalah anak dari wanita itu.


Cepat antar dia pergi ! terdengar suara-suara dari orang banyak yang berkerumun di dekat kedua orang ibu dan anak itu.


Dia ini bintang pembawa bencana ! Suruh dia enyah dari sini ! teriak orang-orang di situ.


Anak ini yang membawa siluman-siluman itu ke mari. Dasar bintang pembawa sial ! Suruh saja dia pergi. Cepat tinggalkan tempat ini ! teriak orang-orang itu lagi.


Sudah lama kami tidak menyukai anak ini. Dasar bintang sial ! Suruh dia enyah ! demikian orang-orang itu terus berteriak.


Tiba-tiba dari balik kerumunan orang-orang itu, muncul seorang pria bergigi taring yang langsung bergerak menerkam A Ze !


Mendadak dunia di sekeliling Zhao Yun berputar dan...tiba-tiba  Zhao Yun sudah terbangun dari tidurnya !


Ternyata semua peristiwa itu cuma mimpi belaka. Tapi mimpi yang sangat aneh !

A Ze...! seru Zhao Yun dengan hati cemas.


Zhao Yun lalu memandang di sekeliling tempat itu. Ternyata mereka masih berada di dalam kuil itu. Zhao Yun melihat A Ze sedang berdiri termenung di depan pintu. A Ze sedang menatap keluar dengan tubuh membelakangi Zhao Yun.


Zhao Yun lalu berdiri dan berjalan menghampiri A Ze. Kedua orang gadis itu saling memandang dan seolah sepakat, mereka langsung berjalan keluar dari kuil itu.


Dalam sekejap mereka pun lenyap dari pandangan.

Di luar kuil sangat sepi. Malam sudah menjelang, jadi keadaan di tempat itu agak gelap.


Lentera-lentera kertas yang bergantung di sepanjang atap kuil bergoyang-goyang tertiup angin. Demikian juga lonceng yang tergantung di dekat atap juga berguncang-guncang.


Kertas-kertas sembahyang beterbangan di sana-sini, berserak-serakan di atas jalan. Malam itu memang anginnya sangat kencang.


Zhao Yun dan A Ze berjalan perlahan-lahan menyusuri jalan di sepanjang kuil dengan hati penuh waspada. Mereka berjalan terus tanpa bercakap-cakap.


Tiba-tiba A Ze melihat sebuah gendang kecil tergeletak di atas jalan. Tapi kedua orang gadis itu tetap berjalan terus.


Mendadak di depan mereka terbaring sesosok mayat. Ternyata itu adalah mayat dari si penjual kembang gula tusuk itu.

Tempat apa ini sebenarnya? Zhao Yun bertanya-tanya di dalam hati.

Mungkinkah...? Zhao Yun menduga-duga di dalam hati.

A Ze memandang mayat lain di atas jalan itu. Setelah lebih dekat ia baru tahu bahwa itu adalah mayat dari si kakak Da Zhi. Hati gadis ini langsung tercekat.


Baru saja A Ze ingin menyentuh mayat itu, tiba-tiba Zhao Yun melihat jari tangan si mayat itu mulai bergerak-gerak.


Hati-hati...! seru Zhao Yun sambil menarik tangan A Ze ke belakang.


Zhao Yun dan A Ze melangkah mundur dengan waspada. Dan benar saja, tiba-tiba mayat si kakak Da Zhi mulai bangun dan berdiri.


Mayat hidup itu mulai berjalan perlahan-lahan menghampiri kedua orang gadis ini. Kedua tangan mayat hidup itu terulur ke depan dengan wajah beringas.


Zhao Yun dan A Ze terus melangkah mundur. Zhao Yun memandang ke belakang. Ternyata mayat si penjual kembang gula tusuk itu juga mulai bangun dan berdiri.


Sekarang kedua orang gadis itu sudah terjepit di tengah-tengah dan mayat-mayat hidup itu terus bergerak semakin mendekati mereka.

Sinopsis Episode 9:

Zhao Yun mencabut pedangnya dan mengacungkannya pada kedua mayat hidup itu.


Selarik sinar merah berkelebat dari pedangnya menyambar kedua mayat hidup itu dan seketika itu juga lenyaplah mereka.


Zhao Yun menengok pada A Ze dan tampak wajah A Ze agak lesu.


A Ze, kamu kenapa? tanya Zhao Yun.


Aku merasa sedih, sahut A Ze lesu. Lalu gadis itu berjalan meninggalkan Zhao Yun.


A Ze...! seru Zhao Yun. Tapi A Ze tidak menghentikan langkahnya. Setelah berjalan beberapa langkah, mendadak gadis ini lenyap dari pandangan.


A Ze...! seru Zhao Yun lagi. Ia berlari mengejar A Ze, tapi gadis itu benar-benar sudah lenyap.


Zhao Yun berhenti berlari dan memandang di sekeliling tempat itu. Tapi ia tetap tidak menemukan A Ze.


Tiba-tiba di sekeliling tempat itu berubah menjadi merah. Tidak tampak seorang manusia pun di tempat itu. Kertas-kertas sembahyang masih beterbangan di sana-sini. Angin pun masih bertiup dengan kencang.


Sementara itu kejadian aneh juga menimpa A Ze. 


Ketika ia menghilang dari tempat itu, ia malah terdampar di tempat yang lain. Tempat itu adalah sebuah hutan.


Saat ia berjalan di dalam hutan itu, ia mendengar suara seorang anak perempuan sedang menangis.


Dari kejauhan ia melihat si ibu dan anak perempuan yang ia lihat tadi di kota itu sedang berjalan berpapasan dengannya.


Kamu harus patuh ! terdengar suara si ibu berkata kepada anaknya.


Ayo, cepatlah ! seru si ibu.


Tidak mau ! seru si anak sambil menangis.


Aku tidak mau tinggal dengan pertapa itu. Aku tidak mau meninggalkan ibu...! seru si anak lagi.


Tempat ini....? gumam A Ze seakan menyadari sesuatu.


Sementara itu Zhao Yun yang sedang bingung tengah berpikir keras.


Jangan-jangan...?


Zhao Yun terus berjalan. Mendadak ia mendengar suara di belakangnya.


Siapa itu...? seru Zhao Yun sambil menengok ke belakang.


Dan...ternyata A Ze sudah ada di belakangnya. Tapi wajah A Ze sangat aneh.


Jalan keluarnya ada di sana ! kata A Ze tanpa ekspresi sambil menunjuk ke sebuah arah.

Masuklah ke sana, nanti engkau akan menemukannya ! kata A Ze lagi.


Tampak di depan Zhao Yun ada sebuah ruangan dengan dua buah pintu yang tengah terbuka lebar. Ada suara-suara terdengar dari balik ruangan itu.


Tidak mau, ibu ! Jangan mengusir aku ! tangis si anak itu.


Ibu juga tidak mau melakukan ini. Kamu patuhlah ! kata si ibu sambil memegang kedua tangan anaknya.


Justru engkau tidak menginginkan aku lagi. Engkau mencela diriku ! seru si anak.


Tiba-tiba angin menderu kencang. Dan sesosok siluman muncul di hadapan mereka.


Siluman..! jerit anak perempuan itu.


Siluman itu lalu memukul si ibu. Anak itu ingin menolong ibunya, tapi ia malah terdorong jatuh oleh siluman itu.


Sementara itu A Ze yang melihat dari kejauhan merasa pusing dengan penglihatannya ini. Pandangannya sebentar terang sebentar gelap. Ia berulangkali membuka tutup matanya. Tapi kepalanya malah semakin pusing.


Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak bisa melihat apa pun? A Ze bertanya-tanya di dalam hati.


Akhirnya pandangan A Ze menjadi gelap. Dan Ia jatuh pingsan di hutan itu.


Sementara itu Zhao Yun yang sedang bingung tengah berpikir keras. Ia memutar kembali badannya, tapi A Ze sudah lenyap dari situ.


Siapakah orang itu? Akhirnya Zhao Yun memasuki ruangan itu.


A Ze tersadar dari pingsannya dan menemukan dirinya sudah duduk bersender di pundak Zhao Yun.


Kamu sudah sadar? tanya Zhao Yun.


A Ze, apakah ini mimpi burukmu? tanya Zhao Yun lagi.


Di depan mereka sekarang terbentang sebuah penglihatan lagi.


Di samping si anak tampak berdiri seorang pertapa tua. Ternyata ibu si anak sudah mati dan si pertapalah yang telah menguburkan tubuh si ibu.


Ada sebuah nisan baru di depan mereka yang bertuliskan kata-kata sebagai berikut:


Nisan Dari Ibu Tercinta Zhou Gui Ying. Putrimu Chu Lan Ze.


A Ze mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berkata,


Aku tidak tahu kenapa, aku selalu memimpikan hal yang sama  di setiap hari ulang tahunku. Setiap kali sampai dengan saat ini. Inilah yang kusadari sebagai pengalaman hidupku.


Maafkan aku, ibu. Semua ini kesalaha
nku yang membawa siluman itu ke mari. Aku bersalah tidak mendengar nasihatmu! seru si anak sambil menangis.


Akulah yang mencelakai mereka, kata A Ze.


Nak...ayo kita pergi ! kata pertapa itu sambil mengelus kepala si anak.


Pertapa itu lalu menarik bangun si anak dan kedua orang itu pun lenyap dari pandangan.


Zhao Yun lalu berdiri dan mengulurkan tangannya kepada A Ze yang disambut oleh gadis itu.


Zhao Yun memandang nisan itu dan berkata,


Umur manusia itu sangat pendek. Hidup mereka juga sangat rapuh.


A Ze mengangguk-angguk. Zhao Yun lalu menoleh pada A Ze dan berkata,


Tetapi umurku malah sangat panjang. Hidupku pun sangat kuat.


Tiba-tiba angin berdesir kembali dengan kencang. Zhao Yun memandang ke atas langit.


Mendadak sebuah tangan keluar dari nisan ibu A Ze.


Apakah ini juga bagian dari mimpimu? tanya Zhao Yun kepada A Ze.


Aku juga tidak tahu apa yang terjadi, jawab A Ze.


Zhao Yun menarik A Ze lari dari tempat itu. Tapi mendadak di depan mereka sudah mencegat ibu A Ze yang sudah menjadi mayat hidup itu.


Zhao Yun hendak mencabut pedangnya, tapi malah dicegah oleh A Ze.


Jangan memukulnya ! Zhao Yun mengangguk.


Tiba-tiba mayat hidup itu bergerak menyerang mereka. Secara reflek Zhao Yun mengangkat tangannya mendorong mayat hidup itu.


Maafkan aku…! seru Zhao Yun.


Mayat hidup itu terdorong jatuh. Tapi ia bangkit kembali dan dengan beringas menyerang kembali kedua orang gadis itu.


Maaf…! Tenanglah ! Zhao Yun mengerahkan manteranya sambil mengarahkan jari telunjuknya pada dahi mayat hidup itu.


Dan…mayat hidup itu langsung tidak bergerak lagi !


Ada apa ini? tanya A Ze bingung.

Hal seperti ini tidak pernah muncul di dalam mimpiku, kata A Ze.


Kamu sadar tidak.…aku yang hidup ini….ada di dalam mimpimu? kata Zhao Yun.


Kenapa bisa begitu? tanya A Ze bingung.


Zhao Yun berpikir sejenak sebelum menjawab,


Seseorang telah menjebak kita di sini dengan sihir menggunakan mimpimu !

Sinopsis Episode 10:

Dasar bedebah ! Berani-beraninya mengusik mimpiku. Ayo, keluar kamu ! Kuhajar kau ! A Ze berteriak-teriak di dalam hutan.


Bum ! tiba-tiba Zhao Yun mengejutkan A Ze dengan suara bumnya.

Apa-apaan kamu ini? seru A Ze kaget.


Ternyata nyalimu sangat kecil ya. Kalau nanti muncul lagi yang lebih aneh dan menakutkan, lebih baik kamu sembunyi saja ! kata Zhao Yun menakut-nakuti A Ze.


Apaan yang lebih aneh dan menakutkan? seru A Ze kaget sambil mengumpat di belakang Zhao Yun.


Kita harus menemukan sumber dari sihir ini, kata Zhao Yun.

Bisakah kamu bermimpi yang sama sekali lagi? tanya Zhao Yun.


Aku coba ya, sahut A Ze.

A Ze pun mulai mengulang mimpinya kembali.


Tampak di dalam mimpinya kedua orang gadis ini berdiri di depan pintu gerbang dari sebuah kota yang merupakan kampung halaman dari A Ze.


Kali ini apa pun yang terjadi, kita tinggal melihat dan menunggu saja, pesan Zhao Yun kepada A Ze.


Mereka lalu masuk ke dalam kota itu. Kemudian muncul satu persatu peristiwa yang sama seperti yang terjadi di dalam mimpi yang sebelumnya.


Akan tetapi begitu mimpinya sampai di bagian A Ze dan ibunya berjumpa dengan siluman di hutan itu, mendadak penglihatan A Ze mulai gelap kembali, sama seperti di mimpi sebelumnya.


Xiao Yun Yun, aku tidak bisa melihat apa-apa lagi sampai di sini, kata A Ze.


Apa yang harus aku lakukan? tanya A Ze kepada Zhao Yun.

Jangan takut, ada aku di sini, kata Zhao Yun.


Pegang erat tanganku, kata Zhao Yun lagi. A Ze pun menuruti perintah Zhao Yun.


Tiba-tiba Zhao Yun membuka kedua matanya dan mimpi A Ze pun berlanjut kembali.

Siluman !


Tampak sesosok siluman sedang menggigit ibu A Ze. Sementara itu A Ze kecil terus menjerit ketakutan.


Lepaskan ibuku ! teriak A Ze kepada siluman itu.

Jangan menggigit ibuku ! teriak A Ze lagi.

 
Ini dia mimpi yang paling menakutkan baginya. Sesuatu yang paling takut ia hadapi, pikir Zhao Yun di dalam hati.


Tatkala siluman itu mulai mendekati A Ze, tiba-tiba di tengah dahi A Ze muncul sebuah bulatan sinar merah. Sinar merah ini lalu melompat keluar melindungi tubuh A Ze.


Siluman itu tertegun melihat sinar merah itu. Kemudian terdengar suara-suara orang banyak berseru,


Siluman….siluman…cepat lari !

Siluman itu lalu berlari ketakutan. Ia kabur terbirit-birit dari tempat itu.


Setelah siluman itu pergi….

Tolong…! Jangan menggigit ibuku ! A Ze kecil masih menangis dan menjerit-jerit.


Ibu A Ze yang lengannya putus digigit oleh siluman itu ternyata belum mati. Ia tengkurap di atas tanah dan mencoba mendekati putrinya.


Syukurlah kamu tidak apa-apa…! Kata si ibu setelah melihat putrinya selamat.

Ibu..! A Ze menjerit memanggil ibunya.


Ibu A Ze lalu berusaha meraih buntalan kain yang tergeletak di atas tanah.

Kado….ulang tahunmu ! kata Ibu A Ze.


Tapi hanya kata-kata ini yang sempat ia ucapkan. Karena setelah itu ajal pun menjemputnya.

Ibu…! Ratap A Ze. Lalu A Ze kecil merangkak menghampiri ibunya.


Tak lama kemudian, muncul seorang pertapa tua di hutan itu. Ia menghampiri A Ze yang duduk di atas tanah menangisi mayat ibunya.


Nak, ikutlah denganku, kata pertapa itu.

Aku akan mengantarmu membalas dendam. Aku akan menjaga dan melindungimu selama 13 tahun, kata pertapa itu lagi.


Selewat itu, terserah bagaimana takdir menentukan hidupmu !
Pertapa itu lalu mengulurkan tangannya kepada A Ze.


A Ze lalu menyambut uluran tangan pertapa itu dan mereka pun meninggalkan hutan itu.


Pertapa itu masih sempat menengok mayat ibu A Ze untuk terakhir kalinya sebelum ia lenyap bersama A Ze.


Setelah kedua orang itu lenyap, Zhao Yun memandang mayat ibu A Ze dan bungkusan kain di atas tanah.


Zhao Yun merogoh ke dalam bungkusan itu dan ia mengeluarkan sebuah patung Buddha berwarna putih. Rupanya benda inilah yang dikatakan Ibu A Ze sebagai kado ulang tahun itu.


Melalui perjalanan takdir yang aneh, beberapa jejak roh dari ibu A Ze terperangkap di dalam kesadaran A Ze yang paling dalam, pikir Zhao Yun di dalam hati.


Sekarang kamu sudah boleh membuka matamu, kata Zhao Yun kepada A Ze.

Begitu A Ze membuka matanya, Zhao Yun langsung memperlihatkan patung Buddha itu kepada gadis itu.


Benda inilah yang menjadi penyebab kenapa engkau terus dihantui oleh mimpi yang sama selama hidupmu, kata Zhao Yun.

Ini…? A Ze memandang Zhao Yun dengan hati bingung.


Sebelum ibumu meninggal…aku rasa ia ingin memberikan benda ini kepadamu…! kata Zhao Yun sambil memberikan patung Buddha itu kepada A Ze.


A Ze mengambil patung Buddha itu dan memandang benda itu dengan hati sedih. Air mata gadis itu lalu menetes dan jatuh di atas patung tersebut.


Lalu ajaib…! Selarik sinar merah berkelebat dari patung itu dan menjelma menjadi ibu A Ze !


Wanita itu berdiri di depan kedua orang gadis itu dengan tubuh yang utuh seperti sediakala.

A Ze…! Wanita itu memanggil A Ze sambil tersenyum.

Ibu…! Seru A Ze.


Kedua orang ibu dan anak itu lalu saling berpelukan.

Ibu…! Seru A Ze lagi.


Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi…! kata si ibu sambil memeluk putrinya.

Maafkan aku, ibu ! kata A Ze sambil menangis.


Aku terlalu mengumbar emosi…hingga membuat engkau celaka. Aku juga yang mencelakai semua orang di kota, kata A Ze lagi.

Jangan menyalahkan dirimu lagi, kata si ibu menghibur putrinya.


Ibu tidak pernah ingin menyingkirkanmu. Ibu membiarkan dirimu ikut dengan pertapa itu agar engkau bisa tumbuh dewasa dengan aman dan tentram,
jelas si ibu.


Berjanjilah pada ibu…mulai sekarang engkau harus hidup dengan bahagia ! kata si ibu sambil melepas pelukannya.


Berjanjilah…!

A Ze mengangguk-anggukkan kepalanya.


Ibu A Ze tersenyum lega. Ia menowel pipi A Ze dan A Ze pun tersenyum bahagia.

Dari jarak beberapa meter, Zhao Yun memandang ibu dan anak ini dengan hati lega.


Setelah saling menatap dengan hati tenang, perlahan-lahan ibu A Ze pun lenyap dari pandangan.


Ibu, jangan khawatir. Pergilah…dengan tenang. Aku akan menjalani hidup dengan baik, kata A Ze sambil menangis sesenggukan.


Tiba-tiba Zhao Yun merasa hatinya mulai tidak nyaman. Ia menengok ke kiri dan ke kanan dengan hati curiga.

Kenapa hatiku jadi tidak tenang? kata Zhao Yun di dalam hati.


Siapa sebenarnya yang mengerahkan sihir di dalam mimpi A Ze ini? Apa sebenarnya tujuan mereka? pikir Zhao Yun lagi.


Sementara itu tidak jauh dari tempat mereka berdiri, tampak seorang wanita yang wajahnya persis sama dengan A Ze sedang memandang mereka dengan penuh perhatian.


Zhao Yun merasa cemas melihat A Ze masih menangis sesenggukan. Ia lalu mengerahkan manteranya.

Tenanglah…!


Tapi…kelihatannya kali ini mantera Zhao Yun tidak berjalan seperti biasanya. Manteranya macet tidak berfungsi !


Zhao Yun berusaha keras memusatkan pikirannya, tapi ia tetap tidak berhasil.

Tiba-tiba kepalanya menjadi pusing…


Dan….begitu ia tersadar kembali ia sudah berada di dalam kelenteng itu lagi, di atas rumput jerami tempat di mana ia tidur dengan A Ze. Dan A Ze masih tidur di sampingnya.


Mendadak di depan Zhao Yun berjuntai turun beberapa lembar kertas sihir.

Oh, tidak ! Ini Ilmu Sihir Langit Mengunci Sukma ! seru Zhao Yun kaget.


Ia pun buru-buru menghampiri A Ze dan berusaha membangunkan gadis itu.

A Ze…A Ze…! seru Zhao Yun panik.


A Ze, cepat bangunlah…! A Ze….! tapi A Ze tetap memejamkan matanya yang membuat hati Zhao Yun bertambah panik.

Sinopsis Episode 11:

Zhao Yun lalu mengerahkan manteranya sambil berdoa:


Langit dan bumi pisahkan Yin dari Yang. Angin, petir, air dan api berada di luar kehidupan dan kematian. Telusuri nadi gunung kembali ke sumbernya. Balikkan aliran rawa untuk menemukan si penyusup.


Kemudian tempat itu berguncang hebat selama beberapa detik. Setelah itu keadaan menjadi tenang kembali. Zhao Yun lalu berseru,


Pintu kehidupan.....buka ! Terobos....!


Seketika itu juga lenyaplah kertas-kertas sihir itu dari pandangan. Keadaan pun menjadi tenang kembali.


Tak lama kemudian A Ze pun terbangun dari tidurnya.

Kak Zhao Yun...? seru A Ze ketika melihat Zhao Yun di situ.


Zhao Yun lalu bergegas menghampiri A Ze. Ia langsung memeluk gadis itu. Hatinya begitu lega ketika melihat gadis itu tidak apa-apa.


Akhirnya kamu sadar ! seru Zhao Yun sambil memeluk A Ze.


Aku sudah tidak apa-apa, kata A Ze sambil tersenyum.


Ia menepuk-nepuk punggung Zhao Yun untuk menghibur gadis itu.


Zhao Yun melepaskan pelukannya lalu memandang A Ze dengan pandangan lega.


Tapi mendadak pandangan Zhao Yun berubah menjadi serius. Hal ini mengherankan A Ze. Sambil meraba-raba wajahnya A Ze bertanya,


Ada yang aneh denganku?


Mimpi burukmu itu disebabkan oleh kekacauan di dalam lubuk hatimu. Hal ini menghambat kekuatan spiritualmu, sehingga kemajuan ilmu sihirmu menjadi sangat lambat,
jelas Zhao Yun.


Oh, begitu yah? kata A Ze.


Pantas saja aku tidak bisa menangkap pelajaran ilmu sihir yang diajarkan oleh pertapa tua itu saat aku masih kecil, kata A Ze lagi.


Sekarang hambatan itu sudah tidak ada lagi dan kamu sudah bisa belajar dengan lancar, jelas Zhao Yun lagi.


Hah? seru A Ze kaget.


A Ze lalu mengeluarkan tangannya dan mengerahkan kekuatan sihirnya. Sinar merah langsung mengumpul di tangan gadis itu.


Kenapa bisa begini? tanyanya dengan bingung.


Ia menutup matanya dan membukanya kembali. Kali ini matanya mengeluarkan sinar mencorong.


A Ze, tahukah kamu...apa yang terjadi pada tubuhmu sehingga membuat siluman bingung dan panik bila berada di dekatmu? tanya Zhao Yun.


Aku juga ingin tahu, sahut A Ze sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


Aku pernah menanyakannya pada pertapa tua. Selama ini beliau selalu memanjakanku. Tapi terhadap hal ini, beliau selalu marah-marah setiap kali aku bertanya padanya. Jadi aku tidak berani lagi menanyakan hal ini, kata A Ze.


Zhao Yun lalu bangkit berdiri, membalikkan tubuhnya dan berkata,


Banyak hal terjadi dalam beberapa hari ini. Membuat aku sulit untuk memahami. Terutama masalah Xiu Yue itu...


Dia pasti mempunyai motif tersembunyi sampai mencuri Cakram Pusaka Teratai Yin Yang ! Tapi aku tidak bisa memastikan...siapakah dalang dibalik perbuatannya ini !
kata Zhao Yun lagi.


Zhao Yun memutar tubuhnya kembali dan melanjutkan ucapannya,


Sampai engkau terbangun kembali dari mimpi burukmu. Aku baru tahu....Ilmu Sihir Langit Mengunci Sukma!


Ilmu Sihir Langit Mengunci Sukma? Ilmu sihir apakah ini?
tanya A Ze sambil bangkit berdiri.


Ilmu sihir ini memiliki 2 buah sifat yang berlawanan. Dia bisa menjadi alat bala bantuan, tetapi juga bisa menjadi...alat untuk membunuh ! jelas Zhao Yun.


Zhao Yun memutar kembali tubuhnya dan berkata,


Hanya sedikit orang yang bisa mengerahkan ilmu sihir ini. Aku ingin tahu...mengapa orang ini...sampai melakukan perbuatan seperti ini?


Sehabis berkata, Zhao Yun lalu memejamkan matanya dengan sedih.


A Ze lalu meletakkan tangannya di atas bahu Zhao Yun untuk menghiburnya.


Engkau kenapa? tanya A Ze bingung.


Terbayang kembali di mata Zhao Yun, peristiwa saat ia menerima misi dari gurunya untuk turun gunung.


Mulai hari ini engkau adalah muridku. Ini adalah Pedang Tange. Pedang yang disandang oleh seorang murid kepala. Selanjutnya Tange akan membawamu menjalani ujian dari langit !


Pergilah...Aku akan menunggumu kembali, muridku !
Itulah ucapan gurunya yang terakhir kepadanya.


Zhao Yun membuka kembali matanya. Ia lalu berlutut di depan pintu yang terbuka lebar dan merangkapkan kedua tangannya.


Murid Jiang Zhao Yun memohon bertemu dengan guru ! Mohon guru berkenan menjelaskan keraguan di dalam hatiku...! seru Zhao Yun.


Tapi keadaan tetap hening tanpa reaksi.


Zhao Yun lalu membungkukkan tubuhnya di atas lantai dan mengulang kembali seruannya,


Murid Jiang Zhao Yun mohon bertemu dengan guru. Mohon guru sudi menjelaskan keraguan di dalam hatiku....!


Murid Jiang Zhao Yun mohon bertemu dengan guru. Mohon guru sudi menjelaskan keraguan di dalam hatiku....!


Sampai tiga kali Zhao Yun berseru seperti ini. Ia menunggu sampai beberapa saat....


Kemudian terdengar langkah kaki di luar pintu. Sesosok tubuh berpakaian putih-putih muncul di ambang pintu. Sosok ini lalu melangkah masuk perlahan-lahan.


Zhao Yun lalu mengangkat kepalanya. Dan ia melihat Yan Qi, sang murid senior sudah berdiri di depannya.


Kenapa bisa engkau...? tanya Zhao Yun sambil bangkit berdiri.

Tapi Yan Qi hanya tersenyum tidak menjawab.


Tiba-tiba pundak Zhao Yun ditepuk seseorang dari belakang. Dengan cepat Zhao Yun memutar tubuhnya dan ternyata orang itu adalah A Ze.


Saat itu sinar mata A Ze sangatlah aneh. Wajahnya sangat dingin dan tanpa ekspresi, tak seperti A Ze yang biasanya.


Mendadak A Ze mengangkat jari tangannya di depan dahi Zhao Yun. Lalu....


A Ze....! seru Zhao Yun kaget sebelum ia jatuh pingsan di atas lantai.

Sinopsis Episode 12:

A Ze ! Begitu tersadar dari pingsannya Zhao Yun langsung mencari A Ze.

Hatinya cemas memikirkan A Ze. Ia mencari-cari dengan matanya tapi A Ze tidak terlihat ada di kamar itu.


Tiba-tiba Yan Qi masuk ke kamar itu sambil membawa semangkuk obat.

Minumlah obat ini, kata Yan Qi sambil meletakkan mangkuk itu di atas meja.


Tubuhmu sudah terlalu banyak beban. Engkau juga sedang terluka. Harus cepat dipulihkan, kata Yan Qi lagi.


Kenapa engkau datang ke sini? tanya Zhao Yun dengan mata  penuh selidik.

Ketua Xuan Wu yang menyuruh aku ke sini, jawab Yan Qi.


Apakah engkau melihat A Ze? tanya Zhao Yun lagi. Tapi Yan Qi tidak menjawab.

Akan kucari dia ! kata Zhao Yun sambil bergegas berdiri.


Tunggu dulu ! seru Yan Qi. Zhao Yun mengurungkan niatnya dan memandang Yan Qi dengan tajam.


Ketua Xuan Wu menyuruhku menyampaikan pesan kepadamu, kata Yan Qi.

Setiap kali wajahmu seperti ini, aku sudah tahu bakalan ada berita buruk, kata Zhao Yun.


Yan Qi tersenyum maklum. Setelah hening sejenak, Yan Qi melanjutkan ucapannya.


Itu karena aku adalah satu-satunya orang selain ketua yang tahu tentang asal usulmu. Aku harus memulai darimana ya...?


Yan Qi menuangkan air ke dalam mangkuk untuk menutupi rasa tidak nyamannya.


Engkau masih ingat saat pertama kali engkau menginjakkan kaki ke Gunung Wu Ling?
tanya Yan Qi. Zhao Yun menganggukkan kepalanya.

Aku masih ingat peristiwa itu...seperti baru terjadi kemarin saja, kata Yan Qi.


Hari itu saat engkau tiba, Tange pedang pusaka Gunung Wu Ling langsung mencium kedatanganmu. Tange meluncur ke kaki gunung untuk menyambut kedatanganmu. Pintu perguruan sampai terguncang. Itu sebabnya Ketua Xuan Wu membuat kekecualian menerimamu sebagai murid dan mengajarimu dengan sepenuh hati, cerita Yan Qi.


Aku tidak pernah melupakan budi kebaikan guru terhadap diriku, kata Zhao Yun.


Engkau pendiam dan tidak banyak bicara tapi selalu rendah hati dan baik kepada semua orang. Setelah masuk perguruan, engkau juga berlatih dengan serius, lanjut Yan Qi.


Di dalam kompetisi menjadi murid kepala, engkau mengalahkan kami semua dengan mudah. Membuat semua orang takluk dan menghormatimu. Aku rasa semua orang juga  sepakat engkau adalah calon ketua perguruan di masa mendatang, lanjut Yan Qi lagi.


Sampai Tange pun sudah menganggapmu sebagai majikan. Itu merupakan bukti yang tidak dapat digugat lagi. Sampai-sampai aku pun merasa agak iri padamu, puji Yan Qi.


Engkau juga sangat hebat, puji Zhao Yun.

Tapi ada hal-hal lain yang kita tidak pernah tahu. Sesuatu tentang Pedang Tange, kata Yan Qi mulai menuju ke pokok persoalan.


Tange...? tanya Zhao Yun. Ia memandang Yan Qi dengan serius. Yan Qi menganggukkan kepalanya.

Apa yang ingin kaukatakan? tanya Zhao Yun penuh selidik.


Mula-mula aku juga menganggap pedang Tange sebagai sebilah pedang pusaka pembasmi iblis yang menjadi simbol dari perguruan kita, kata Yan Qi memulai ceritanya.


Tapi kemudian Ketua Xuan Wu menjelaskan kepadaku. Tange adalah pedang sakti yang berasal dari zaman kuno. Pada pedang itu terdapat sebuah batu mustika yang membuat pedang bisa menumpas iblis dan siluman dengan mudah.


Tapi batu mustika itu sudah lenyap selama ratusan tahun. Ketua Xuan Wu sudah berusaha mencari batu mustika itu selama beberapa tahun sampai....


Yan Qi menghentikan ceritanya sampai di sini dan ia menatap wajah Zhao Yun dengan cemas untuk melihat reaksi dari gadis itu.

Sampai...Tange memilih aku...! kata Zhao Yun.

Yan Qi menundukkan kepalanya dan beberapa saat kemudian baru menjawab,

Betul...! Yan Qi lalu melanjutkan ceritanya.


Ketua Xuan Wu sudah memperhitungkan waktunya. Sebelum engkau pergi meninggalkan perguruan, beliau telah menaruh sebuah mantera batu sakti di pedang Tange....!


Ternyata alasan guru menerimaku sebagai murid adalah karena ingin mencari batu mustika ! Benarkah itu? tanya Zhao Yun sambil menatap Yan Qi dengan tajam.


Aku tidak berani memastikannya, jawab Yan Qi.

Hati Zhao Yun semakin cemas. Ia lalu membalikkan telapak tangannya dan memanggil Tange.


Tange...Tange...! Dua kali Zhao Yun memanggil, tapi Tange tetap tidak muncul di hadapan mereka.


Aku sudah mengerti sekarang...! kata Zhao Yun di dalam hati.

Lalu bagaimana dengan A Ze? Ada di mana dia sekarang? tanya Zhao Yun kepada Yan Qi.


Dia sudah sadar. Tapi sekarang ia harus menyelesaikan takdirnya
, jawab Yan Qi.


Takdir apa? tanya Zhao Yun cemas.

Untuk menjadi satu kesatuan dengan pedang Tange ! jawab Yan Qi.


Zhao Yun buru-buru ingin berdiri tapi dengan cepat ditahan oleh Yan Qi.

Kamu mau ke mana? tanya Yan Qi cemas.

Pulang ke gunung ! seru Zhao Yun cepat.

Tahukah engkau apa yang diinginkan oleh Ketua Xuan Wu? tanya Yan Qi lagi.

Mana mungkin aku tidak tahu ! jawab Zhao Yun.

Ketua Xuan Wu menyuruhku ke sini adalah untuk menyampaikan sebuah pesan kepadamu, kata Yan Qi.

Yan Qi menceritakan kepada Zhao Yun apa pesan dari gurunya sebelum ia turun gunung mencari Zhao Yun.

Ternyata Guru Xuan Wu berpesan begini:

Hubungan kita sebagai guru dan murid sudah berakhir. Kalau dia berani pulang, dia harus menanggung sendiri akibatnya !

Apakah engkau masih mau pulang juga? tanya Yan Qi.

Zhao Yun berpikir sejenak sebelum menjawab.

Kalau begitu tolong Suci Yan Qi sampaikan pesan ini kepada guru, jawab Zhao Yun.

Sampaikan kepada guru, bahwa Dewi Siluman Dari Gunung Zi Yang akan datang berkunjung ! tegas Zhao Yun.


Yan Qi langsung tertegun mendengar ucapan Zhao Yun ini.

Sinopsis Episode 13:

Ketua Xuan Wu dari Partai Gunung Wu Ling sedang berbincang dengan Dewi Batu Mustika di sebuah ruangan.


Yang Mulia Dewi selalu mengutamakan kepentingan rakyat jelata. Terimalah salam hormat dariku, Xuan Wu dari Gunung Wu Ling, kata Ketua Xuan Wu sambil menjura kepada Dewi Batu Mustika.



Tidak perlu, kata Dewi Batu Mustika.


Akhirnya Yan Qi mengantar Zhao Yun pulang ke Gunung Wu Ling untuk menemui Ketua Xuan Wu. Hari itu tibalah mereka di depan pintu gerbang utama dari Partai Gunung Wu Ling.


Zhao Yun sengaja mengenakan caping bertirai tipis untuk menutupi wajahnya. Dengan penampilannya sebagai siluman, ia tidak leluasa dilihat oleh manusia.


Yan Qi sudah pulang bersama Dewi Siluman Dari Gunung Zi Yang yang datang untuk menemui Ketua Xuan Wu, lapor Yan Qi begitu tiba di depan pintu gerbang.


Tak lama kemudian selarik sinar kuning melesat keluar dari mata arhat batu yang ada di samping kanan pintu gerbang. Sinar itu lalu sirna begitu sampai di depan pintu gerbang. Rupanya ini adalah sebuah kode atau pertanda bahwa tamu yang berkunjung sudah diizinkan untuk masuk.


Yan Qi dan Zhao Yun pun memasuki pintu gerbang. Di depan halaman aula yang luas itu tampak 2 orang murid partai sedang menyapu halaman.


Kamu merasa tidak, ada hawa siluman di sini? murid yang sedang menyapu itu bertanya kepada temannya.


Ini Gunung Wu Ling. Siluman mana yang berani mati datang ke sini? jawab temannya itu.


Ketika Yan Qi dan Zhao Yun melangkah masuk, kedua orang murid ini langsung mencabut pedang masing-masing dan berseru,


Benar-benar ada hawa siluman di sini !


Ada tamu dari Gunung Zi Yang ingin menemui Ketua Xuan Wu. Adik seperguruan, kalian mundurlah, kata Yan Qi kepada kedua orang murid itu.


Baik, Suci Yan Qi ! kata mereka sambil memberi hormat kepada Yan Qi.


Yan Qi dan Zhao Yun pun berjalan melewati kedua orang murid itu.


Dewi Siluman Dari Gunung Zi Yang...Fu Xi kah itu? tanya murid itu kepada temannya.


Saat Zhao Yun berjalan melewati mereka, kedua orang murid itu pun mengangkat kepalanya memandang wajah Zhao Yun. Kebetulan saat itu tirai tipis di wajah Zhao Yun tersibak oleh angin dan sepintas wajah Zhao Yun pun terlihat oleh mereka.



Hah, Murid Kepala...! seru si murid kaget.


Zhao Yun langsung menutup kembali tirainya dengan cepat dan bergegas melewati mereka.


Kemudian sampailah mereka di halaman aula yang luas itu. Ada banyak murid yang berjaga-jaga di situ. Zhao Yun lalu berdiri di tengah halaman.


Zhao Yun memandang tempat itu dengan hati yang sedih. Di sinilah tempat ia menimba ilmu. Ia memandangi bubungan atap yang kokoh dan angker itu dengan sinar mata yang penuh dengan kenangan. Akhirnya pandangan matanya berakhir pada pintu aula yang pada saat itu sedang tertutup rapat dengan beberapa orang murid yang berjaga ketat di sekelilingnya.



Dewi Siluman Dari Gunung Zi Yang mohon bertemu dengan Ketua Xuan Wu ! seru Zhao Yun sambil memberi hormat dengan kedua tangannya.


Murid-murid yang berjaga di depan aula tampak terkejut mendengar ucapan Zhao Yun ini. Mereka saling memandang satu sama lain dengan hati heran.



Tak lama kemudian, pintu aula terbuka dan Ketua Xuan Wu melangkah keluar dari dalam aula. Kedua orang guru dan murid ini pun saling menjura dan memberi hormat.


Terima kasih, Ketua Xuan Wu, kata Zhao Yun.



Ada hal-hal yang mengganjal di dalam hatiku. Apakah aku bisa memohon petunjuk dari Ketua? tanya Zhao Yun kepada Ketua Xuan Wu.



Dewi Siluman terlalu sungkan. Silahkan kalau mau bertanya ! jawab Ketua Xuan Wu sambil mengangkat tangannya.



Aku pernah menerima instruksi dari ketua untuk menemukan kembali benda pusaka yang hilang. Xiu Yue si Siluman Kelelawar diam-diam telah mencuri Cakram Pusaka Teratai Yin Yang. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa isterinya. Tapi ia tidak bisa mengaktifkan benda pusaka itu. Lalu kenapa ia tetap bersikeras mempertahankan benda itu dengan nyawanya. Apakah Ketua Xuan Wu tahu alasannya? tanya Zhao Yun.



Tapi Ketua Xuan Wu tidak menjawab pertanyaan Zhao Yun ini. Zhao Yun lalu menyambung kembali ucapannya.



Biarkan aku mewakili Ketua Xuan Wu menjawabnya. Alasan Xiu Yue yang sebenarnya adalah agar aku menunjukkan wujud asliku yang sesungguhnya. Ada seseorang yang tahu apa yang diidam-idamkan oleh sepasang suami isteri ini. Orang ini berjanji akan membantu mereka mengaktifkan benda pusaka itu. Dengan begitu ia baru bisa meyakinkan Xiu Yue untuk melakukan perbuatan itu. Ketua Xuan Wu, tahukah engkau siapakah orang itu?


Tapi Ketua Xuan Wu tetap tidak menjawab.



Rencana ini bisa dibilang sempurna. Tapi siapa sangka A Ze ternyata bisa mengaktifkan Cakram Pusaka itu dan berhasil mewujudkan impian dari Ming Xin. Sehingga aku pun berhasil mendapatkan benda ini secara tidak terduga....sebuah Token Wejangan ! lanjut Zhao Yun.


Sampai di sini Ketua Xuan Wu menundukkan kepalanya dan memejamkan kedua matanya.



Janji yang sudah diucapkan harus ditepati. Setiap permintaan ada imbalannya. Hanya tetua dari Partai Gunung Wu Ling yang bisa memiliki benda ini. Ketua Xuan Wu, apakah benda ini adalah milikmu...? tanya Zhao Yun sambil membuka tangannya memperlihatkan Token Wejangan itu kepada Ketua Xuan Wu.


Kembali Ketua Xuan Wu tidak menjawab, ia hanya memejamkan kedua matanya. Beberapa saat kemudian ia membuka kembali kedua matanya dan menganggukkan kepalanya.


Benar...! jawab Ketua Xuan Wu dengan hati yang berat.


Token Wejangan itu terlepas dari tangan Zhao Yun dan jatuh di atas tanah.



Mengapa...?  tanya Zhao Yun lagi dengan hati yang hancur.


Untuk membantu Yang Mulia Dewi Siluman menemukan jalan Dao yang sejati, jawab Ketua Xuan Wu setelah berpikir sejenak.


Sementara itu dari balik pintu, Dewi Batu Mustika mendengarkan percakapan mereka dengan penuh perhatian.

Sinopsis Episode 14:

Dewi Siluman...? Jadi segala jerih payah Yang Mulia Ketua selama ini adalah agar aku kembali lagi ke jalan siluman, sehingga engkau memiliki alasan yang kuat untuk mengambil Tange kembali, benarkah begitu? tanya Zhao Yun.


Tapi Ketua Xuan Wu tidak menjawab pertanyaan Zhao Yun ini.


Tapi benar juga...! Bagaimana sebuah senjata pusaka seperti Tange bisa berada di tangan makhluk setengah siluman seperti diriku ini? Zhao Yun meneruskan kembali ucapannya.


Walau seberat apa pun hatiku, tapi kehendak langit tidak boleh ditentang, kata Ketua Xuan Wu.


Ternyata selama ini guru tidak pernah percaya padaku ! kata Zhao Yun.


Aku merasa malu dan bersalah. Tapi...aku tidak menyesalinya, jawab Ketua Xuan Wu.


Zhao Yun memejamkan kedua matanya. Ketua Xuan Wu lalu mengangkat kedua tangannya dan menjura kepada Zhao Yun sebagai wujud permintaan maafnya.


Sepuluh tahun pengajaran...sirna dalam sekejap ! kata Zhao Yun dengan penuh penyesalan.


Zhao Yun lalu berlutut di hadapan Ketua Xuan Wu. Ia mengangkat kedua tangannya di depan dada dan berkata,


Yang pertama, aku berterima kasih atas budimu sebagai guru di dalam separuh hidupku ! Kemudian Zhao Yun bersujud di atas tanah.


Yang kedua, aku berterima kasih atas pengajaranmu yang telaten ! Kembali Zhao Yun bersujud di atas tanah.


Yang ketiga, aku berterima kasih atas jawabanmu yang jujur dan terus terang ! Sekali lagi Zhao Yun bersujud di atas tanah.


Setelah melakukan sujud sebanyak tiga kali, Zhao Yun pun bangkit berdiri. Lalu ia membuka capingnya. Kini wajah Zhao Yun nampak jelas di hadapan semua orang.


Para murid langsung berseru kaget.


Ternyata benar murid kepala...!


Jiang Zhao Yun...dia adalah siluman !


Kenapa bisa begini...?


Kalau begitu...Jiang Zhao Yun dari Gunung Zi Yang meminta seseorang dari Ketua Xuan Wu !
kata Zhao Yun.


Aku ingin bertemu dengannya !
kata Zhao Yun lagi.


Ketua Xuan Wu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata,


Takutnya aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu ! kata Ketua Xuan Wu.


Aku harus bertemu dengannya ! tegas Zhao Yun sambil melangkah maju selangkah.


Suasana menjadi tegang. Yan Qi yang cemas melihat keadaan ini lalu cepat-cepat berlutut di atas tanah.


Mohon Ketua Xuan Wu pertimbangkan kembali masa sepuluh tahun tersebut dengan memberi jalan keluar ! Lalu Yan Qi bersujud di hadapan gurunya.


Ketua Xuan Wu kelihatan bingung dan serba salah. Akhirnya ia mengangkat tangannya di hadapan murid-muridnya sambil berkata,


Kalian semua tinggalkan tempat ini !


Baik, guru !
seru murid-muridnya sambil memberi hormat.


Yan Qi, kamu juga ! kata Ketua Xuan Wu.

Baik, guru ! seru Yan Qi. Setelah memandang Zhao Yun sekilas Yan Qi pun meninggalkan tempat itu.


Ketua Xuan Wu lalu memberi hormat kepada Zhao Yun sambil berkata,


Bukan aku tidak bersedia mengabulkan permintaanmu. Tapi...aku benar-benar tidak tahu apa yang dikehendaki oleh Dewi Batu Mustika!


Mohon bantuan Ketua Xuan Wu untuk menanyakan kepadanya !
pinta Zhao Yun.


Ketua Xuan Wu lalu membalikkan tubuhnya. Sekarang ia berdiri menghadap pintu. Ia memberi hormat dengan kedua tangannya dan berkata,


Yang Mulia Dewi, sudikah engkau keluar sebentar?


Ada urusan apa? tanya sang dewi.


Jiang Zhao Yun, majikan asli dari Pedang Tange mohon bertemu ! jawab Ketua Xuan Wu.


Masuklah ! kata sang dewi.

Sinopsis Episode 15:

Zhao Yun membuka pintu aula. Di dalam aula sudah ada Ketua Xuan Wu dan Dewi Batu Mustika.


Jiang Zhao Yun ! sapa sang dewi yang berdiri membelakangi Zhao Yun.


A Ze ! panggil Zhao Yun.


Dewi Batu Mustika membalikkan tubuhnya. Wajahnya persis sama dengan wajah A Ze. Rupanya roh dari Batu Mustika telah  bermanifestasi di dalam tubuh A Ze.


Sudah melihat dengan jelas? Di dunia ini tidak ada A Ze lagi ! kata sang dewi dengan dingin.


Zhao Yun melangkah perlahan-lahan menuju tempat sang dewi. Ia tidak menjawab tapi memandang sang dewi dengan tajam.


Siluman kecil macam kamu ini sebaiknya cepat pergi dari sini, kalau tidak kamu akan mati ! kata sang dewi lagi.


Siluman kecil ? A Ze tidak pernah meremehkan diriku hanya karena aku ini siluman. Dia selalu ceria dan terbuka. Murah hati dan lapang dada, kata Zhao Yun sambil berjalan perlahan-lahan.


Lihatlah dirimu ini, setan berwujud manusia. Sedikit pun tidak mirip dia ! hardik Zhao Yun.


Kamu cari mati ! kata sang dewi dingin.


Sang dewi lalu berkelebat ke arah Zhao Yun dan menusuk gadis itu dengan Pedang Tange.


Ajaib ! Pedang menancap di dada Zhao Yun, tapi tidak menembus kulitnya. Zhao Yun sama sekali tidak mengelak. Ia malah memandang Tange dan berkata kepada pedang itu.



Benar tidak, Tange?


Sang dewi menarik Tange kembali. Lalu ia menusuk dada Zhao Yun kembali, kali ini mengarah ke dada sebelah kanan. Pedang kembali menancap pada sasaran tanpa perlawanan sama sekali dari Zhao Yun. Tapi kembali pedang itu tidak menembus kulit Zhao Yun.


Zhao Yun meremas Tange dengan tangan kanannya. Pedang melukai kulit tangannya. Darah menetes-netes dari tangan Zhao Yun dan jatuh ke lantai.


Mendadak pedang Tange mengeluarkan sinar merah yang menyelimuti pedang itu. Sinar merah ini lalu menerpa wajah dari sang dewi.


Lihat tidak? Tange juga menganggap begitu ! seru Zhao Yun.

Sang dewi mencabut Tange dari dada Zhao Yun.


Tidak tahu adat. Matilah kau! seru sang dewi.


Sang dewi lalu menusuk Zhao Yun kembali. Kali ini ia mengarahkan Tange ke kepala Zhao Yun.


Tapi kali ini Tange tidak menurut. Tusukannya mendadak terhenti di tengah jalan, hanya selisih beberapa sentimeter dari wajah Zhao Yun. Saat itu Tange masih diselubungi oleh sinar merah tersebut.


Sang dewi lantas mengerahkan tenaganya lebih kuat, tapi Tange tetap tidak bergeming. Sinar merah dari Tange kembali menerpa wajah dari sang dewi.


Mendadak pandangan sang dewi mulai kabur. Lalu terdengar suara dari Zhao Yun menggema di telinganya.


A Ze...biarkan aku membawamu pulang ke kota Lingchuan. Bagaimana...?


Pemandangan ini tak luput dari penglihatan Ketua Xuan Wu. Ia mulai cemas melihat keadaan dari sang dewi.


Gawat ! Dewi mulai terpengaruh....!



Ketua Xuan Wu lalu berkelebat dan sekali tangannya mengebut, Zhao Yun langsung terhempas dan jatuh ke lantai.


Mengingat kamu pernah menjadi muridku, hari ini aku tidak akan membunuhmu. Kamu pergilah, tinggalkan tempat ini ! kata Ketua Xuan Wu.


Perlahan-lahan Zhao Yun bangkit berdiri. Dengan garang ia menatap Ketua Xuan Wu.

Apa itu pertalian antara guru dan murid? Apa itu takdir dari langit? Pokoknya hari ini aku harus membawa A Ze pergi ! seru Zhao Yun dengan tegas.


Ketua Xuan Wu terperanjat mendengar ucapan Zhao Yun ini. Sama sekali ia tidak menyangka Zhao Yun berani berkata seperti itu.


Kemudian Zhao Yun memutar tubuhnya dan berseru kepada Tange.


Tange, kembali !


Ajaib Tange langsung bergetar di dalam genggaman sang dewi. Kemudian pedang itu mendadak terlepas dari tangan sang dewi dan terbang meluncur ke tempat Zhao Yun berdiri. Pedang melintas hanya beberapa sentimeter dari kepala Ketua Xuan Wu sampai akhirnya disambar oleh tangan Zhao Yun.



Mulai saat ini aku, Jiang Zhao Yun akan tetap dengan wujud asliku ini dan berjalan di jalur dewi siluman ! seru Zhao Yun tegas.


Ketua Xuan Wu lalu menyerang Zhao Yun dengan pukulan jarak jauhnya, tapi serangannya ini bisa dihempaskan kembali oleh Zhao Yun.


Yang Mulia Dewi Siluman, tahukah engkau? Engkau tidak akan menang di sini ! kata Ketua Xuan Wu.


Tentu saja aku tahu. Tapi Ketua Xuan Wu, dia itu juga adalah A Ze ! kata Zhao Yun sambil memandang sang dewi.


Mungkin di dalam hatimu, dia hanyalah alat yang dikorbankan demi kejayaan Tange. Tapi di dalam hatiku, dia adalah orang yang paling penting di dunia. Hari ini aku tetap akan membawanya pergi. Apa engkau akan tetap merintangiku? kata Zhao Yun dengan tegas.


Sehabis mengucapkan kata-kata ini, Zhao Yun melangkah perlahan-lahan menuju tempat sang dewi. Tapi mata Zhao Yun tetap tertuju kepada Ketua Xuan Wu. Matanya mengawasi dengan waspada semua gerak-gerik dari Ketua Xuan Wu.


Di dalam hatinya Ketua Xuan Wu tidak menyangka bahwa Zhao Yun berani bertindak sejauh ini. Terjadi pergulatan batin yang hebat di dalam hati Ketua Xuan Wu. Antara mempertahankan Tange demi kejayaan partai atau melepaskan Zhao Yun demi kemanusiaan.


Saat Zhao Yun melewati Ketua Xuan Wu, tak ada reaksi apa-apa dari Ketua Xuan Wu, sehingga Zhao Yun bisa melewatinya tanpa halangan apa-apa.


Akan tetapi saat Zhao Yun sampai di depan sang dewi, mendadak Ketua Xuan Wu memutar tubuhnya dan dengan secepat kilat ia menyergap Zhao Yun dari belakang.


Tangan Ketua Xuan Wu menyambar Zhao Yun dari belakang. Tapi sambarannya tidak mengenai sasaran, karena tangannya keburu ditahan oleh sang dewi.


Zhao Yun terkejut melihat tindakan sang dewi ini. Tak pelak mulutnya langsung berseru.


 

A Ze...!


Ketua Xuan Wu terkejut melihat serangannya luput karena ditahan oleh sang dewi. Sebelum Ketua Xuan Wu menyadari sesuatu, sang dewi sudah menghantam balik tubuhnya, membuat tubuh Ketua Xuan Wu terhuyung mundur beberapa langkah.


Sang dewi memalingkan wajahnya pada Zhao Yun dan berkata,


Kak Zhao Yun...?


Zhao Yun senang sekali sekaligus lega bahwa A Ze sudah sadar kembali. Kelihatannya roh dari Batu Mustika sudah keluar dari tubuh A Ze.


Ketua Xuan Wu sangat terperanjat melihat keadaan ini. Ia kelihatan bingung dan ragu, tak tahu harus berbuat apa.


Sehabis memanggil Zhao Yun, mendadak tubuh A Ze terkulai dan langsung jatuh pingsan. Tapi Zhao Yun bergerak cepat merangkul tubuhnya sehingga tubuh A Ze tidak sampai jatuh ke lantai.


Engkau sudah melihat kan? A Ze masih hidup. Apakah engkau masih ingin membunuhnya sekali lagi? seru Zhao Yun kepada Ketua Xuan Wu.


Meskipun aku ini siluman, tapi aku selalu bertindak mengikuti  Dao. Sudah kayak begini, engkau masih mau menghalangi aku?


Setelah hening sejenak tidak ada reaksi dari Ketua Xuan Wu, Zhao Yun lalu mengangkat tubuh A Ze yang masih pingsan itu. Ia membopong A Ze dan berjalan keluar dari aula itu, tanpa mempedulikan lagi Ketua Xuan Wu.



Sedangkan Ketua Xuan Wu masih tetap berdiri bengong di tempat itu. Ia membiarkan Zhao Yun melewatinya dan ia tidak menghalangi gadis itu lagi.



Setelah Zhao Yun berjalan melewatinya, Ketua Xuan Wu memejamkan matanya. Setelah itu ia menengok pada Zhao Yun dan berkata,


Zhao Yun, apa yang kuputuskan hari ini akan berdampak pula ke Gunung Qing Yuan. Jika aku salah mengambil keputusan, aku sendiri yang akan menanggung akibatnya. Hanya kematian yang bisa menebusnya.


Sehabis mengucapkan perkataan ini, Ketua Xuan Wu kembali memejamkan matanya.


Setelah mendengar perkataan dari mantan gurunya ini, Zhao Yun melanjutkan kembali langkahnya sambil tetap membopong tubuh A Ze keluar dari aula itu.


Malam pun menjelang. Bulan terlihat di angkasa, walaupun sebagian tertutup oleh bayangan pepohonan.



Zhao Yun dan A Ze berjalan beriringan menuruni undak-undakan batu.


Rupanya A Ze sudah sadar kembali. Tapi jiwanya masih belum pulih. Ia kelihatan pendiam dan pandang matanya masih kosong tak bersemangat.

Mendadak seseorang muncul dari belakang mengejar kedua orang gadis itu.

Zhao Yun...! ternyata orang itu adalah Yan Qi. Zhao Yun menghentikan langkahnya.


Kalian mau pergi ke mana? tanya Yan Qi sambil memandang A Ze.


Zhao Yun menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia lalu menengok pada A Ze dan bertanya kepada gadis itu.


A Ze, kamu mau pergi ke mana? Tapi A Ze diam saja tidak menjawab.


Bagaimana kalau aku membawamu pulang ke kota Ling Chuan? tanya Zhao Yun lagi.


Tapi A Ze tetap tidak menjawab. Hanya matanya saja yang bergerak-gerak. Melihat hal ini, Zhao menangkapnya sebagai sebuah isyarat.


Baiklah, aku anggap kamu sudah setuju, kata Zhao Yun. A Ze lagi-lagi tidak menjawab.



Zhao Yun mengangguk kepada Yan Qi. Yan Qi lalu menepuk-nepuk pundak Zhao Yun tanda ia sudah mengerti.


Zhao Yun merangkul bahu A Ze dan meneruskan kembali perjalanan mereka.


Yan Qi memandang kepergian mereka dari tempat itu. Samar-samar dia masih mendengar suara Zhao Yun yang sedang bertanya kepada A Ze, sampai bayangan kedua orang gadis itu tidak kelihatan lagi.


A Ze, ada makanan enak apa di kota Ling Chuan?


Pendeta tua itu galak tidak ya?


Kalau sampai beliau tahu aku sudah membuat dirimu sampai begini, beliau akan memukuliku tidak ya?


Kamu lelah tidak?


Mau tidak makan dulu?

 

T A M A T

 


********

 

Sumber Foto: https://sogou.com

 

No comments:

Post a Comment