Search This Blog:

Select Language To Translate Articles Here:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, August 21, 2024

The Glamorous Dream 浮华梦 Drama Pendek Debut Qi Xia Xia Sebagai Sutradara

Pada tahun 2024 ini, aktris drama pendek Qi Xia Xia 圻夏夏 sudah memulai debutnya sebagai seorang sutradara dengan menulis dan menyutradarai sebuah drama pendek yang dibintanginya bersama aktris drama pendek Zhi Yue 芝月, yang merupakan salah seorang co-star-nya di dalam drama Dong Lan Xue 东栏雪 yang mana tayang pada awal tahun 2023 lalu.

Sebelumnya Qi Xia Xia dan tim produksinya pernah membuat sebuah drama iklan berseri yang mempromosikan smartphone merek OPPO Reno 11 pada akhir tahun 2023 lalu yang berjudul The Stone Of Moonlight 月白之时. Tapi di dalam drama ini produksinya dilakukan secara patungan dengan melibatkan beberapa buah rumah produksi dan penyutradaraan dari drama ini juga dilakukan bersama di dalam sebuah tim. Jadi belum bisa dibilang Xia Xia yang menyutradarai drama ini sendiri.

Akan tetapi untuk drama terbarunya ini, yaitu The Glamorous Dream atau Fu Hua Meng, Xia Xia benar-benar bertindak sebagai sutradara secara penuh. Dan di sini ia juga merangkap sebagai pemain utama.

Boleh dikata, tahun 2024 ini merupakan tahun yang bersejarah bagi karir Xia Xia di dalam industri drama pendek, karena pada tahun tersebut karir Xia Xia sudah selangkah lebih maju lagi. Sekarang secara resmi ia sudah menyandang profesi barunya sebagai seorang sutradara. Walaupun produk yang ia hasilkan baru merupakan sebuah drama pendek, tapi hal ini pada hakikatnya sudah merupakan sebuah terobosan besar bagi karirnya. Mengingat Xia Xia baru beberapa tahun terjun di dalam dunia hiburan.

Cewe ini pesat sekali kemajuannya. Ia juga belajar dengan sangat cepat dari gurunya di dalam dunia perdramaan, yaitu Zhi Zhu 知竹. Xia Xia selalu menjadikan sosok Zhi Zhu sebagai guru dan mentornya. Ia belajar banyak dari Zhi Zhu di dalam lapangan, saat sedang syuting dan di dalam serba-serbi dan pernak-pernik pembuatan sebuah drama. Ia belajar bagaimana proses dan teknik pembuatan dari sebuah drama dengan sungguh-sungguh.


Xia Xia baru bekerjasama dengan Zhi Zhu sebanyak 3 kali. Dan selama periode kolaborasi mereka, cewe ini belajar dengan cepat dan berhasil menyerap ilmu penyutradaraan dari Zhi Zhu secara otodidak, hanya mengandalkan bakat dan otaknya yang memang sangat pintar dan lihai.

Bahkan sahabatnya sendiri yang juga rekan sesama aktrisnya, yaitu Sheng Wei Vivi 圣微 secara jujur dan terang-terangan juga memuji Xia Xia. Vivi bilang Xia Xia itu sangat hebat di dalam live streaming-nya di bulan Juli 2024 yang lalu .

Jadi marilah kita ucapkan selamat kepada Xia Xia atas profesinya yang baru ini.

Drama The Glamorous Dream atau Fu Hua Meng ini baru saja selesai syuting pada tanggal 01 Juli 2024 yang mana proses syutingnya dilakukan di Hengdian Studios pada bulan Juni 2024.

Di dalam drama ini, Xia Xia mengajak Zhi Yue bermain bersamanya sebagai pemeran utama. Jadi drama ini merupakan sebuah drama GL !


Wah, Xia Xia berani sekali ya. Debut pertama sudah membuat sebuah drama GL. Surprise....sekaligus kagum ya !

Tapi aku harap dramanya ini bisa sweet dan jangan dibuat macam-macam. Dan yang paling penting adalah jangan mengandung sesuatu yang sensitif dan kontroversial. Bikin saja yang sehalus mungkin sebagai sebuah drama soft GL.

Aku belum bisa menulis banyak-banyak tentang drama ini, karena dramanya baru selesai dibuat. Rencananya drama baru ini akan tayang di platform Kuaishou seperti biasa.

Xia Xia sudah menjadi seorang aktris kesayangan Kuaishou. Nampaknya Kuaishou sangat mengapresiasi prestasi dari Xia Xia ini. Buktinya dengan penghargaan sebagai aktris drama pendek terbaik yang dianugerahkan kepada Xia Xia sebanyak 2 tahun berturut-turut.

Oke deh, kita tunggu saja penayangan dari drama ini dalam waktu dekat ya (update: sudah tayang).

Oh, ya..ehem ini adalah pandanganku secara pribadi ya...

Aku agak heran juga kenapa ya Xia Xia gak memilih Vivi sebagai co-star-nya di dalam drama ini? Sepintas aku lihat, kayaknya drama ini ceritanya berlatarbelakang di zaman republik. Kalau menurut aku, Vivi cocok deh memerankan tokoh di zaman seperti ini.


Xia Xia dan Vivi kan juga sahabat baik. Seharusnya kan Xia Xia kasih peran kepada Vivi, iya gak sih teman-teman?

Dan sudah pasti jika Vivi yang main, dramanya tentu akan lebih banyak yang nonton. Karena Vivi lebih terkenal daripada Zhi Yue.

Kalau misalnya dibilang gak cocok, kayaknya gak juga ya. Cocok-cocok aja sih ya kalau menurut aku. Dan jujur aku tuh sebenarnya kepingin melihat Xia Xia dan Vivi bermain sebagai couple atau sepasang female lead di dalam sebuah drama. Karena sejauh ini jarang ada yang mau memasangkan mereka.

Sekarang kan jika Xia Xia sudah mulai menjadi sutradara, seharusnya kan sebuah kesempatan baik untuk mewujudkan mereka sebagai pasangan, ya gak?

Apalagi fans sudah memberi nama couple ini dengan sebutan 圻开得圣 (Qi Kai De Sheng). Gak mau kalah juga ya sama couple Ji Wei Jiu 吉微酒.

Tapi walau bagaimana pun, Xia Xia berhak untuk memilih siapa yang akan menjadi pasangannya di dalam drama yang ia buat. Gak papa juga sih jika ia memilih Zhi Yue. Mungkin juga karena Zhi Yue lebih cocok untuk peran ini.

Tulisan ini adalah sebuah laporan pandangan mata, jadi nanti jika dramanya sudah tayang, akan kulanjutkan kembali review-nya.

Sementara yang dimuat di sini hanyalah foto-foto selamatan dari drama tersebut.

JUDUL:

THE GLAMOROUS DREAM – 浮华梦 (Fu Hua Meng).

Tahun: 2024.

Jenis: Drama Pendek.

Genre: 

Drama Semi Klasik Republican - Fantasi - GL.

Tayang Di: Kuaishou  快手. 

Bisa Ditonton Di: Kuaishou 快手. 

Tayang Tanggal: 16 Agustus 2024.

Jumlah Episode: 32.

Durasi Per Episode: 3 Menit.

Sutradara: Qi Xia Xia 圻夏夏.

Pemain:

Qi Xia Xia 圻夏夏 sebagai Bai Meng Lin.


Zhi Yue 芝月 sebagai Gu Yue.

Sinopsis:

Review Episode 1 sd Episode 3:

Drama ini adalah sebuah drama fantasi time travel yang berlatar-belakang dunia game.

Di awal film diperlihatkan perseteruan antara seorang pria dan seorang gadis. Yang pria adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan game bernama Meng Lin 孟麟. Yang gadis bernama Zhou Zhou 周舟. Gadis ini adalah seorang seniman game yang direkrut oleh sang ayah dari pria CEO itu untuk membuat game di perusahaan mereka.


Zhou Zhou ini menciptakan sebuah game RPG klasik yang berlatarbelakang di zaman republican bernama The Glamorous Dream atau Fu Hua Meng 浮华梦.

Meng Lin ini gak suka game tersebut dan selalu menganggap game itu adalah sebuah game jadul. Pokoknya ia memandang rendah banget terhadap game tersebut. Ia menolak untuk merilis game tersebut.

Sedangkan Zhou Zhou menyindir Meng Lin gak pernah berpacaran jadi gak mengerti tentang cinta. Game The Glamorous Dream ini menurut Zhou Zhou merupakan sebuah game yang menceritakan tentang cinta.


Karena Zhou Zhou mendapat dukungan dari ayah Meng Lin, Meng Lin lalu disemprot oleh ayahnya agar jangan mempersulit Zhou Zhou dan segera merilis game tersebut. Meng Lin pun terpaksa menuruti keinginan ayahnya itu.

Saat Meng Lin lagi membuka game tersebut, mendadak dirinya malah time travel masuk ke dalam dunia game tersebut. Dan dirinya langsung masuk ke dalam sebuah karakter dari game tersebut.

Meng Lin masuk ke dalam karakter seorang wanita bernama 白梦霖 Bai Meng Lin (Qi Xia Xia). Bai Meng Lin di dalam game ini diceritakan baru saja diambil sebagai selir ketiga oleh seorang pria setengah baya yang kaya raya. Mereka baru saja menikah dan baru mau berbulan madu di dalam kamar.


Baru saja si tua bangka ini mau menyentuh selir barunya ini, sudah langsung ia dihajar oleh Meng Lin sampai pingsan.

Akhirnya di malam pengantin itu terjadi kehebohan sampai Nona kedua dari keluarga itu yang bernama 顾月 Gu Yue (Zhi Yue) mendatangi kamar ayahnya itu.

Melihat ayahnya pingsan, Gu Yue bukan hanya gak peduli dengan kondisi ayahnya, gadis ini malah sengaja menusukkan sebuah jarum akupunktur ke kulit kepala ayahnya.

Dia akan pingsan selamanya. Gak akan bangun-bangun lagi! Kata Gu Yue kepada Meng Lin.

Rupanya Gu Yue ini membenci ayahnya dan gak suka ayahnya kawin lagi. Jadi ia sengaja menyembunyikan fakta bahwa ayahnya dibuat pingsan oleh Meng Lin.


Meng Lin yang pada dasarnya memang seorang pria yang nyasar ke tubuh wanita lalu memilih kostum pria di dalam game itu. Ia mengganti pakaian pengantinnya dengan sepotong jas pria.

Namanya juga game fantasi, jadi di sini dipamerkan teknologi canggih di mana para pemain bisa memilih pakaiannya hanya dengan scroll atau menggeser-geserkan jari tangannya di depan mata, seolah-olah Tony Stark sedang mencari informasi di dalam ruang kerjanya seperti di film Ironman.

Tapi Meng Lin gak bisa kabur dari rumah itu karena ia gak tahu mau kabur ke mana. Akhirnya ia datang menemui nyonya rumah dan nyonya rumah tadinya ingin mengusirnya karena suaminya masih pingsan di dalam kamar. Tapi kedua orang putrinya mencegah ibunya melakukan hal ini, karena takut aib keluarga bakal tersiar keluar. Akhirnya si nyonya gak jadi mengusir Meng Lin.

Oke, sampai di sini, sudah terlihat betapa cerdiknya Qi Xia Xia sebagai sutradara dan salah seorang produser dari drama ini.

Cerdik apanya?


Ya, karena sebenarnya yang ia buat ini adalah sebuah drama GL. Tapi ia sengaja menciptakan tokoh pemeran utama pria yang time travel ke tubuh seorang wanita. Jiwanya memang seorang pria, cuma ia terperangkap di dalam tubuh seorang wanita.

Dengan demikian adegan GL di dalam drama ini gak akan dipersoalkan karena aslinya itu memang adalah karakter seorang pria. Jadi kalau pria dan wanita saling mencintai di dalam drama ini gak akan dipermasalahkan, walaupun si pria itu terperangkap di dalam tubuh seorang wanita.

Qi Xia Xia ingin mengamankan proyek drama GL-nya. Jadi ia sengaja menukar identitas sang tokoh pemeran utama prianya menjadi seorang wanita, dengan membuat si tokoh pria ini time travel ke dalam tubuh seorang wanita.

Lihai kan cewe ini? Tampaknya Haidao mesti belajar trik ini deh sama Xia Xia. Kreatif banget nih cewe !

Oke, reviewnya sampai di sini dulu ya. Nanti kita sambung lagi.

Review Episode 4 sd Episode 6:

Mendadak dua orang pelayan keluarga Gu masuk memberitahukan kepada nyonya Gu bahwa komandan He datang berkunjung. Akhirnya nyonya Gu gak mempersoalkan lagi masalah tuan besar yang pingsan tersebut dan membiarkan Meng Lin tinggal di situ.

Komandan He adalah seorang perwira muda, dia adalah putra kedua dari keluarga He bernama He An Zhou. Sebenarnya di antara keluarga He dan keluarga Gu sudah ada kesepakatan diam-diam untuk saling menjodohkan putra putri mereka.


Rencananya nona pertama dari keluarga Gu, yaitu Gu Ya Ru mau dijodohkan dengan putra pertama dari keluarga He yang bernama He Qi Yang. Tapi He Qi Yang ini orangnya sakit-sakitan dan berbaringan terus di ranjang. Gu Ya Ru gak mau dirinya dijodohkan dengan pemuda ini. Sebaliknya gadis ini terang-terangan menyukai si putra kedua, yaitu He An Zhou. Tapi He An Zhou ini malah jatuh cinta sama Gu Yue, si nona kedua dari keluarga Gu. Jadi Gu Ya Ru selalu cemburu sama adik tirinya ini.


Nyonya besar Gu dan Ya Ru ini memang gak menyukai keberadaan Gu Yue di rumah mereka, karena mereka berdua takut kehilangan status di keluarga Gu. Mereka takut Gu Yue mewarisi harta kekayaan keluarga Gu.

Gu Yue sendiri tidak peduli sama ibu dan kakak tirinya ini. Ia tahu He An Zhou menyukai dirinya. Jadi ia sengaja menarik perhatian pemuda itu untuk membuat ibu dan kakak tirinya itu kesal.


An Zhou datang ke rumah Gu sebenarnya karena ingin bertemu dengan Gu Yue. Tapi nyonya rumah dan Ya Ru tidak mengizinkan ia menemui Gu Yue, jadi mereka sengaja berbohong padanya bahwa Gu Yue sedang tak ada di rumah.

An Zhou lalu menitipkan hadiah yang ia bawa untuk Gu Yue kepada Ya Ru agar disampaikan kepada Gu Yue. Hal ini membuat hati Ya Ru semakin gak senang.


Tapi Gu Yue yang tahu muslihat mereka, lalu sengaja pura-pura terjatuh di depan pintu sambil membawa obat. Ia mengaku di depan An Zhou bahwa obatnya terlalu panas, jadi ia terjatuh. Ia mau mengantarkan obat itu ke kamar ayahnya yang lagi sakit. Akhirnya sandiwara ibu dan anak ini jadi ketahuan. An Zhou lalu mengajak Gu Yue untuk jalan-jalan ke luar.

Karuan hati ibu dan anak ini menjadi mangkel setengah mati. Nyonya Gu menyesali kenapa dulu ia membiarkan Gu Yue masuk ke dalam keluarga Gu.


Jadi rupanya Gu Yue ini adalah anak haram dari Tuan Besar Gu dengan wanita lain. Jadi karena ketahuan Gu Yue itu adalah anak haramnya, jadi tuan besar Gu membawa Gu Yue tinggal bersama keluarga mereka. Makanya ibu dan anak ini membenci keberadaan gadis itu di rumah mereka.

Nyonya Gu mengingatkan Ya Ru bahwa Tuan muda pertama He Qi Yang itulah ahli waris dari keluarga He, karena ia adalah anak pertama. Tapi Ya Ru ngotot gak mau dijodohkan sama pemuda ini karena Ya Ru sudah keburu jatuh cinta sama sang adik, yaitu An Zhou.

Dulu An Zhou pernah menyelamatkan Ya Ru sewaktu gadis ini diganggu oleh para berandal di jalan. Semenjak itu Ya Ru pun jatuh cinta padanya dan bertekad ingin menjadi isteri dari pemuda ini.

Makanya Ya Ru kesal banget sama Gu Yue karena adik tirinya ini berhasil merebut hati pemuda yang ia cintai.


Keadaan di keluarga Gu ini tidak terluput dari pengamatan Bai Meng Lin. Meng Lin sekali lihat langsung tahu ada cinta segitiga di antara Ya Ru, Gu Yue dan komandan He. Ia berpikir bahwa jika di dunia ini gak ada Ya Ru, tentu Gu Yue akan berhasil bersanding dengan An Zhou.

Malam itu, saat Ya Ru sedang memeriksa pembukuan, mendadak kamarnya dimasuki oleh maling. Beberapa orang pria tak dikenal tahu-tahu sudah ada di dalam kamarnya dan membuat pingsan gadis itu.


Bai Meng Lin yang sedang berjalan di lorong rumah memergoki hal ini. Ia lalu menyelinap ke dalam kamar Gu Yue dan langsung membekap mulut gadis itu, sambil menyuruh gadis itu agar tidak mengeluarkan suara karena rumah mereka kemasukan maling.

Maling-maling itu ternyata membawa selembar peta rumah. Ternyata mereka sedang mencari sebuah formula (resep) yang mereka duga disimpan di dalam kamar tuan besar Gu. Tapi mereka salah masuk ke kamar si nona besar. Karena gak berhasil menemukan formula, mereka mau mengganggu si nona besar yang pingsan itu. Tapi mereka ragu-ragu karena si nona sudah melihat wajah mereka.

Sudah, kita habisi saja dia ! kata salah seorang penjahat. Akhirnya teman-temannya setuju.

Meng Lin menyuruh Gu Yue jangan keluar dari kamar. Gu Yue bertanya kenapa Meng Lin ada di sini dan ngapain ia membawa tali.

Aku mau menangkap maling! Jawab Meng Lin.

Kamu mau tangkap maling atau mau tangkap aku? tanya Gu Yue sambil senyum.


Aku mau melindungi kamu. Sekarang mereka lagi ada di kamar Gu Ya Ru. Kita gak usah mencampuri urusan ini! kata Meng Lin.

Dia mengira Gu Yue seorang gadis yang licik. Kalau kakaknya diganggu penjahat, tentu hal ini akan menguntungkan Gu Yue dan hubungannya dengan An Zhou tentu tidak akan menemui rintangan lagi. Meng Lin ingin membantu Gu Yue melenyapkan musuh yang menghalangi hubungannya dengan An Zhou.

Tapi tanpa ia duga, ternyata Gu Yue malah ngotot mau menolong kakaknya. Gadis itu malah pergi ke kamar kakaknya.

Kukira dia seekor serigala, gak tahunya cuma seekor kelinci...! gumam Meng Lin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


Gu Yue sampai di depan kamar kakaknya saat para penjahat sedang berniat menghabisi kakaknya. Seorang penjahat sedang menuangkan cairan racun di atas sebilah belati. Mereka akan menggorok si nona dengan belati itu.

Saat Gu Yue mau bertindak menolong kakaknya, mendadak Meng Lin sudah berseru di sampingnya.

Mau apa kalian

Karuan para penjahat itu tersentak kaget dan langsung menghentikan perbuatannya.


Kau diam aja di sini, jangan macam-macam. Kalau kau kenapa-kenapa, aku yang bakalan repot nantiPesan Meng Lin kepada Gu Yue.

Meng Lin lalu mengeluarkan sebatang pentungan. Caranya fantasi banget. Dia hanya menggerakkan tangannya sedikit, sebuah pentungan langsung muncul di dalam genggamannya. Ha..ha...maklum deh ini kan cerita game.

Kemudian perkelahian pun terjadi. Ternyata Meng Lin jago berkelahi. Sebentar aja para penjahat sudah ia lumpuhkan. 

Review Episode 7 sd Episode 10:

Gu Yue menjejalkan sebutir obat ke dalam mulut kakaknya. Ternyata itu adalah sebutir obat penawar racun yang ia buat sendiri. Ternyata gadis ini memiliki keahlian di dalam ilmu pengobatan yang sengaja ia sembunyikan di depan orang-orang.

Gu Yue mengaku di depan Meng Lin bahwa ilmu pengobatannya bisa ia gunakan untuk menyelamatkan nyawa orang tapi bisa juga untuk mencabut nyawa orang.

Kepandaianmu sangat tinggi, ngapain juga kamu mau menjadi isteri ayah yang ketiga? Tanya Gu Yue.

Tapi Meng Lin tentu saja tidak bisa berterus-terang bahwa kedatangannya di keluarga itu, karena ia sedang bermain game. Gu Yue tidak mendesak lebih jauh. Karena Meng Lin sudah menyelamatkan kakaknya, Gu Yue memutuskan untuk tidak mempersulit Meng Lin.

Tapi kalau ternyata kamu menyembunyikan maksud yang jahat, awas aja aku akan menindakmu ! ancam Gu Yue serius.

Meng Lin tersenyum mengejek. Ia mengawasi tubuh Gu Ya Ru yang masih pingsan di atas ranjang sambil berkata,


Kamu sangat baik padanya, tapi dia justru tidak menganggap kamu sebagai keluarga.

Dia dan Bibi yang membawa aku ke dalam keluarga Gu. Memangnya kenapa kalau dia memiliki keinginan pribadi? Itu kan hal yang wajar? Aku juga punya...! Balas Gu Yue.

He An Zhou, ya? tanya Meng Lin.

Betul ! jawab Gu Yue.


Ya udah, kalau kamu punya akal. Kutunggu kabar baik darimu! Kata Meng Lin sambil beranjak pergi.

Sebelum pergi, Gu Yue sempat mengancam Meng Lin lagi, agar ia tidak menceritakan hal ini kepada orang-orang. Ia takut nama baik kakaknya akan ternoda.

Awas ya, kalau kamu berani menceritakan hal ini, akan kubunuh kau !

Membunuhku? Meng Lin tersenyum mengejek di dalam hati.

CEO Meng teringat sewaktu ia rapat dengan Zhou Zhou dulu, ketika itu mereka sedang membahas tentang game The Glamorous Game.


Sebenarnya karakter Bai Meng Lin ini adalah sebuah Closed Beta Testing. Closed Beta Testing adalah software penguji yang dimasukkan ke dalam game dengan tujuan untuk mengidentifikasi bug, membersihkan game dan mendapatkan feedback dari para pemain sebelum produk game itu diluncurkan ke khalayak umum.

CEO Meng tidak setuju karakter Closed Beta Testing ini adalah seorang wanita. Tapi Zhou Zhou bersikeras bahwa karakternya harus seorang wanita, karena memang game itu adalah sebuah game cewe. Zhou Zhou berasumsi bahwa di dalam game ini tetap ada karakter pemeran utama pria yang diceritakan memiliki hubungan asmara dengan karakter pemeran utama wanita.

Akhirnya CEO Meng mengalah dan menyetujui keinginan Zhou Zhou. Zhou Zhou lalu menceritakan alur cerita yang dimainkan oleh karakter Bai Meng Lin di dalam game ini kepada CEO Meng, tapi CEO Meng tidak mau mendengar, malah langsung menyudahi rapat.

Zhou Zhou marah sekali CEO Meng tidak menghargai pekerjaannya dan malah membubarkan rapat secara sepihak.

Berkat obat yang dibuat oleh Gu Yue, Gu Ya Ru sembuh dengan cepat. Nyonya Gu marah-marah dan menyumpahi maling-maling tersebut. Nyonya Gu mengomeli Gu Yue karena takut Gu Yue salah membuat obat. Maklum karena semua orang tidak ada yang tahu bahwa kepandaian gadis itu sangat hebat di dalam ilmu pengobatan. Karena Gu Yue menyembunyikan kepandaiannya.

Gu Yue bilang nyonya Gu harus percaya padanya, karena kalau mengundang tabib, nanti akan ketahuan bahwa maling-maling itu pernah masuk ke dalam kamar kakaknya. Kalau sampai tersebar, nama baik Ya Ru pasti akan tercemar. Akhirnya Nyonya Gu diam.

Mendadak Komandan He datang berkunjung lagi ke rumah keluarga Gu. Kata pelayan, pria itu datang mencari Gu Yue. Nyonya Gu tidak senang Gu Yue menemui pria itu. Tapi Gu Yue tidak mempedulikannya dan bergegas menemui An Zhou.

Sementara itu Bai Meng Lin juga sedang kesal dengan Gu Yue karena gadis itu berani mengancamnya.


Loh buat apa aku mesti marah-marah sama karakter di dalam game ini? Mestinya aku buruan menyatukan dia dengan He An Zhou. Biar An Zhou yang melenyapkan dia. Ini baru betul ! Pikir Meng Lin. 

Komandan He mengkhawatirkan keselamatan Gu Yue, tapi Gu Yue bisa menenangkan hati pria itu bahwa para pelayan datang tepat pada waktunya di saat itu dan bisa mengatasi maling-maling itu.

Lalu di mana maling-maling itu sekarang? tanya komandan He.

Para pelayan menghajar mereka terlalu keras. Mereka sudah mati semua. Ayah sudah memerintahkan orang untuk menguburkan mayat mereka di Houshan, jawab Gu Yue.

Komandan He percaya dan tidak bertanya lagi. Ia lalu mengajak Gu Yue untuk makan di restoran. Gu Yue senang sekali, lalu mereka pun saling berpelukan.


Sepulangnya dari tempat Gu Yue, komandan He malah marah besar sama anak buahnya.

Dasar idiot! Otak babi semua! Orang-orang tak berguna yang kalian suruh itu!

Waduh, orang seperti apa sebenarnya komandan He ini?

Komandan He memerintahkan anak buahnya untuk pergi ke Houshan dan menggali mayat maling-maling itu untuk diidentifikasi identitasnya.

Sudah lama tapi aku tetap belum bisa mendapatkan resep itu! Enyah kalian dari tempat ini! Teriak komandan sambil melempari anah buahnya dengan buku di atas meja.

Bai Meng Lin meng-scroll jari tangannya di depan wajah. Ia  ingin keluar dari game ini, tapi tidak bisa. Sebaliknya sistem di game memberitahukan padanya bahwa ia tidak bisa keluar dari game itu.


Kenapa aku tidak bisa keluar !! Seru Meng Lin marah.

Mendadak wajah Zhou Zhou muncul di depan layar. Zhou Zhou bilang para pemain tidak bisa seenaknya keluar masuk di dalam game tersebut. Pemain baru bisa keluar, jika tugas yang dibebankan kepadanya sudah berhasil dituntaskan. Pemain juga boleh memilih cara apa pun untuk bisa keluar. Misalnya dengan mematikan nyawa si pemain.

Tapi ingat ya, keberlangsungan dari game ini bergantung pada tingkat real pain level anda ! Kata Zhou Zhou.

Apa maksudmu? Seru Meng Lin.

Agar keberadaanmu di dalam game ini tidak mendapat gangguan, aku sudah mengubah setelan utama di game ini. Tapi tubuhmu di dunia nyata mungkin tidak bisa bertahan lebih lanjut! Kata Zhou Zhou.


Ini namanya pembunuhan. Ini melanggar hukum, tahu! Seru Meng Lin. Tapi Zhou Zhou malah memutuskan sambungan dan lenyap dari layar.

Awas, kamu Zhou Zhou! Setelah aku pulang nanti,  kubikin mampus kamu! Seru Meng Lin kesal.

Karena tidak bisa keluar dari game, Meng Lin memutuskan untuk mati. Ia mau melompat ke dalam kolam di luar rumah keluarga Gu.

Biar aku mati saja di depanmu!

Saat ia mulai menaiki pagar kolam, mendadak terngiang kembali peringatan Zhou Zhou kepada dirinya barusan. Meng Lin menghentikan niatnya. Ia tidak mau mati kesakitan. Ia menggerakkan tangannya dan sebotol obat pun muncul di dalam genggamannya.


Biar aku mati dengan racun saja!

Meng Lin pun menelan racun dari botol ini. Tapi ia cuma muntah-muntah saja, tidak sampai mati. Kemudian Meng Lin mengeluarkan sebatang pisau dan menusukkan pisau itu ke lehernya, tapi pisau itu tertahan di udara tidak bisa digerakkan. Kemudian pisau itu pun lenyap.

Kemudian muncul peringatan di depan matanya, bahwa pemain sudah melanggar aturan permainan. Survival mode otomatis diaktifkan. Real pain level langsung disetel ke tingkat yang paling tinggi.

Jadi usaha Bai Meng Lin untuk bisa keluar dari game itu menjadi sia-sia. Ia lalu memungut pisau yang ia lempar ke atas tanah.

Mendadak ia melihat beberapa orang anak buah dari komandan He mengendap-endap di tempat itu. Mereka sedang menuju Houshan. Diam-diam Meng Lin pun mengikuti mereka.


Oh, jadi benar mereka adalah orang-orang suruhan kita? Sebab kematian mereka apa? tanya Komandan He kepada anak buahnya.

Dihajar habis dengan tongkat! Sahut anak buahnya.

Komandan He menaruh curiga tentang sakitnya tuan besar Gu. Meng Lin bisa menyaksikan pembicaraan mereka dari balik layar. Akhirnya ia tahu bahwa maling-maling itu adalah orang suruhan dari komandan He.

Kemudian seorang anak buah masuk ke dalam ruangan itu dan menyampaikan sepucuk surat rahasia dari Panglima Qin. Komandan He berpesan kepada anak buahnya, bahwa Panglima Qin Cong Shan juga menaruh orangnya di dalam keluarga Gu. Jadi jangan sampai resep itu lebih dulu ditemukan oleh orang itu.

Qin Cong Shan? Meng Lin mengernyitkan alisnya.


Hari itu ketika Meng Lin baru keluar dari kamarnya, ia melihat Gu Yue sedang berdiri di tepi kolam sambil membawa payung. Nona itu sudah berdandan rapi dan sepertinya mau keluar rumah.

Setelah menyapa Meng Lin, Gu Yue lalu berkata bahwa bisnis keluarga Gu sedang ada masalah, jadi keluarga Gu sedang keluar untuk menyelesaikannya.

Jadi sekarang tinggal kita berdua di sini, kata Gu Yue.

Kamu mau mengusirku? Aku kan pernah menolongmu. Kamu sudah lupa? Kata Meng Lin.

Betul. Siapa tahu kamu punya motif lain di sini! jawab Gu Yue.

Motif apa? Itu agar kamu cepat menikah, tahu? gerutu Meng Lin di dalam hati.


Gu Yue bilang masalah ayahnya yang pingsan itu mungkin tidak bisa disembunyikan lagi lebih lanjut. Kalau itu terjadi, diri Meng Lin bisa gawat.

Kalau begitu, aku malah gak boleh pergi. Aku adalah saksi mata satu-satunya di TKP, kata Meng Lin sambil memperlihatkan sebuah jam tenteng yang sudah rusak.

Jam tenteng itu milik Gu Yue yang terjatuh saat mereka sedang mengangkat tubuh tuan besar Gu ke atas ranjang. Meng Lin lalu balik mengancam Gu Yue akan menyebarkan peristiwa ini keluar.

Kalau begitu kamu tidak punya kesempatan lagi untuk pergi. Karena aku akan....terus mengawasimu! Balas Gu Yue.

Kamu sangat menyukai He An Zhou, ya? tanya Meng Lin.

Ngapain kamu tanya? Balas Gu Yue.


Dia pria yang ideal dan berambisi. Pandanganmu sangat bagus, kata Meng Lin.

Gu Yue hanya tersenyum dan meninggalkan tempat itu.

Ah, cuma sebuah game doang! Apa itu moralitas? Turunin sedikit juga gak apa-apa! Pikir Meng Lin di dalam hati.

Meng Lin teringat pada pengintaiannya di tempat komandan He pada saat itu. Waktu itu anak buah komandan He bertanya kepada si komandan, kenapa komandan malah menyukai si nona kedua, bukannya si nona pertama.

Komandan He berkata bahwa Gu Yue adalah gadis yang polos dan lebih mudah untuk dikendalikan. Gadis itu juga adalah penerus tunggal dari keluarga Jiang. Keluarga Jiang turun-temurun adalah keluarga tabib yang tersohor. Resep pil surga yang berada di tangan tuan Gu itu juga berasal dari keluarga Jiang. Kalau bisa memperisteri nona Gu, maka semua harta dan bisnis keluarga Gu akan jatuh ke dalam tangan komandan He.


Resep pil surga? Pikir Meng Lin di dalam hati.

Sekarang Qin Cong Shan, si anjing tua ini juga sedang mengincar Gu Yue! Kata Komandan He.

Obat bius yang aku suruh kausiapkan itu apakah sudah tersedia? Tanya komandan He kepada anak buahnya.

Anak buahnya lalu menyerahkan obat tersebut. Komandan He berkata, bahwa tuan Gu berpura-pura tidak tahu niat dirinya untuk memperisteri Gu Yue. Pria itu sengaja menggantungkan masalah ini.

Jadi jangan salahkan aku, jika aku duluan turun tangan! Kata komandan He.

Sementara itu, dari balik layar Meng Lin sedang mengawasi gerak-gerik dari pria ini.

Review Episode 11 sd Episode 16:

Di kota Yangcheng tempat mereka tinggal sedang heboh berita tentang lenyapnya sejumlah wanita. Salah seorang dari wanita yang lenyap itu, mayatnya ditemukan di tepi sungai.

Konon sebelum meninggal ia kedapatan mengonsumsi pil surga (pil ekstasi). Jadi orang-orang ramai membicarakan tentang pil surga ini. Katanya pil ini bisa membuat mereka melayang-layang di surga. Mereka jadi penasaran terhadap pil ekstasi ini dan kepingin menjajal pil ini.

Saat komandan He mengajak Gu Yue datang ke sebuah restoran, ada beberapa orang yang sedang membahas berita tentang pil ekstasi di situ. Bai Meng Lin juga duduk di restoran itu. Ia sedang menguntit komandan He dan Gu Yue.

Seorang tuan muda bernama Cheng Ze Sheng datang berkunjung ke tempat itu dan si wanita pemilik restoran yang bernama Yan Huo sendiri yang keluar menyambutnya. Yan Huo memerintahkan seorang gadis penghibur bernama Zhang Xiao Qin untuk menemani mereka.

Tapi cewe ini malah tertarik pada Meng Lin. Ia datang menghampiri Meng Lin dan mempromosikan minuman yang dibuat oleh bartender baru mereka kepada Meng Lin. Tapi untung bosnya memanggilnya lagi dan ia pun bergegas meninggalkan Meng Lin.


Komandan He membubuhkan obat bius yang dibawanya ke dalam gelas minuman Gu Yue selagi gadis itu permisi ke kamar kecil. Tapi perbuatannya dipergoki oleh Meng Lin. Begitu Gu Yue kembali, ia pun minum dari gelas itu.

Sebentar kemudian Gu Yue mulai merasa pusing. Komandan He memapahnya ke atas loteng restoran. Meng Lin berpikir-pikir apakah sebaiknya ia menolong gadis itu. Tapi pikirannya mencegah dia berbuat hal itu. Karena bukankah hal ini akan mempercepat gadis itu bersatu dengan komandan He? Tapi akhirnya ia tetap mengkhawatirkan keselamatan gadis itu, ia pun segera naik ke atas loteng.

Sampai di atas loteng, ia tidak menemukan kedua orang itu. Malah sebaliknya ia menabrak tuan muda Cheng Ze Sheng yang lagi berjalan. Topi Meng Lin terjatuh dan jam tenteng yang ia bawa juga tersenggol jatuh. Tuan muda Cheng terkesima memandang Meng Lin. Ia meminta maaf pada Meng Lin, tapi Meng Lin tidak menghiraukannya. Ia bergegas memungut topinya dan pergi dari situ.

Meng Lin lupa memungut jam tenteng itu. Tuan muda Cheng memungut jam rusak itu. Tiba-tiba sebuah kenangan masa kecil melintas di kepalanya. Suara seorang anak perempuan kecil terngiang di telinganya. Anak perempuan itu bilang jam itu diukir oleh kakeknya. Lalu terdengar suara seorang anak laki-laki sedang menghiburnya. Anak laki-laki itu bilang bahwa ia akan melindungi si anak perempuan. Tunggu kamu sudah dewasa, baru kaulindungi aku, kata si anak perempuan itu.

Yan Huo, si wanita pemilik restoran sedang bercakap-cakap dengan si nona Zhang saat tamunya sudah pergi. Yan Huo bilang ia melihat komandan He sedang memapah Gu Yue ke dalam sebuah kamar. Nona Zhang kaget, karena kamar itu adalah kamarnya panglima Qin. Berarti komandan He ingin mempersembahkan Gu Yue kepada panglima Qin?

Ternyata benar. Ketika Gu Yue sudah dimasukkan ke dalam kamar panglima Qin, komandan He lalu keluar dari kamar dan panglima Qin pun terlihat mendatangi kamar itu. Pria hidung belang ini tampak tertawa senang.

Bukahkah He An Zhou mencintai Gu Yue? Kata nona Zhang heran.

Prakkk ! tiba-tiba terdengar gelas sloki pecah diremuk orang. Ternyata saking marahnya mendengar pembicaraan mereka, Meng Lin telah meremas hancur gelas sloki di dalam tangannya.


He An Zhou ! geram Meng Lin sambil membalikkan badannya.

Layar game pun terbuka kembali dengan tulisan Fighting Mode sedang diaktifkan. Pemain diperingatkan agar tidak sampai terluka karena keberlangsungan game ini bergantung pada Real Pain Level pemain.

Meng Lin tiba di depan lorong kamar panglima Qin. Tapi di sekitar lorong itu dijaga ketat oleh sebarisan perwira anak buah dari panglima Qin. Mereka berteriak agar Meng Lin tidak mendekat dan mereka siap menembak. Tapi Meng Lin melapisi dirinya dengan tameng bayangan anti peluru, sehingga peluru dari pistol mereka tidak bisa menembus sasaran.

Karena pistol mereka tidak berfungsi sebagaimana mestinya, para perwira lalu serentak melemparkan pistol mereka. Mereka mencabut tongkat pentungan mereka dan menyerang Meng Lin. Meng Lin melemparkan topinya dan menyambut serangan mereka dan terjadilah baku hantam di antara mereka. Meng Lin mengeluarkan sebatang pentungan. Dan sebentar saja para perwira itu sudah berhasil ia lumpuhkan.

Meng Lin lalu membuka pintu kamar panglima Qin dan memanggil-manggil nama Gu Yue. Matanya langsung terbelalak dengan pemandangan di depannya. Sementara itu di belakang Meng Lin, seorang perwira sedang membidikkan pistolnya pada tubuh gadis itu.

Komandan He mendatangi rumah keluarga Gu. Ia bertemu Gu Ya Ru di depan pintu. Komandan He menanyakan tentang keadaan Gu Yue. Ya Ru bilang tabib sudah dipanggil ke rumah. Komandan He meminta maaf telah lalai menjaga Gu Yue. Ia menghibur Ya Ru dan bilang pada gadis itu agar selanjutnya jangan memanggilnya dengan sebutan komandan He lagi, tapi panggil saja dengan namanya langsung. Karuan hati Ya Ru senang sekali mendengar ucapannya ini.

Tabib berpesan pada nyonya Gu agar nona kedua minum obat dengan teratur. Nyonya Gu bilang pada pelayannya, ia tidak tahu apa yang terjadi pada diri Gu Yue. Gadis itu tidak mau bicara apa-apa sewaktu dibawa pulang.

Pelayannya bilang keadaan sekarang lagi gawat, sampai panglima Qin juga kena disergap oleh orang tidak dikenal sampai menderita luka-luka. Tapi katanya orang yang menyergapnya itu juga terkena tembakan. Kemungkinan besar orang itu juga pasti gak selamat. Selain itu juga banyak wanita yang lenyap mendadak secara misterius. Jadi mereka harus berhati-hati.

Tiba-tiba Meng Lin memasuki kamar Gu Yue dan berkata bahwa bagaimana Gu Yue bisa sampai terluka, kan gadis itu memiliki kepandaian. Darah menetes-netes dari luka di tubuh Meng Lin, tapi Meng Lin malah memperingati Gu Yue bahwa Ya Ru sedang mencoba memanfaatkan kesempatan ini untuk merebut komandan He dari Gu Yue.

Gu Yue lalu membuka balutan di kepalanya. Ternyata sama sekali tidak ada luka di kepalanya itu. Dia hanya berpura-pura saja. Pasti Meng Lin sangat kecewa ya melihat dirinya tidak terluka, kata Gu Yue.

Kita kilas balik pada peristiwa di restoran itu.

Ternyata Gu Yue diam-diam bertemu dengan nona Zhang  di dalam kamar. Mereka sedang menyelidiki identitas dari Bai Meng Lin. Kata nona Zhang, Meng Lin adalah mata-mata dari panglima Qin Cong Shan. Mereka curiga kedatangan Meng Lin di keluarga Gu adalah karena ingin mendapatkan resep pil ekstasi itu.

Nona Zhang menceritakan bahwa ia melihat Meng Lin mengendap-endap di dalam restoran dan ia mendapat kabar bahwa panglima Qin juga datang malam ini. Nona Zhang menyuruh Gu Yue agar waspada.

Apa yang telah dilihat oleh Meng Lin di dalam kamar panglima Qin itu?

Ternyata adalah tubuh panglima Qin yang tergeletak di atas ranjang. Ternyata Gu Yue sudah memiliki persiapan, pikir Meng Lin.


Kamu melihat kan, bahwa ia menaruh obat di dalam minuman itu dan membawaku pergi. Tapi kamu malah tidak berusaha mencegahnya. Meng Lin, kukira kita adalah teman! Kata Gu Yue.

Oh, jadi ia tidak mencintai He An Zhou! Pikir Meng Lin.

Baiklah, aku minta maaf padamu! Kata Meng Lin sambil ngeloyor pergi. Tapi baru berjalan beberapa langkah, ia malah jatuh pingsan.

Meng Lin! Teriak Gu Yue terkejut.

Anak buah komandan He memberitahu pada komandan He bahwa usaha mereka menyodorkan Gu Yue kepada panglima Qin tidak berhasil pada malam itu. Panglima Qin mengamuk-amuk dan memerintahkan orang-orangnya untuk mencari orang yang menyergapnya itu ke seluruh kota.

Sudah barang diantar di depan mulut, masih gak bisa dimakan juga. Memang goblok si tua bangka ini! kata komandan He.

Dokter keluar dari kamar tuan muda He yang pertama dan berpesan kepada nyonya He, agar infus putranya tidak boleh dihentikan.

Komandan He bertanya apakah ibunya bisa tidur nyenyak. Ibunya bilang ia bisa tidur berkat bunga yang dikirimkan oleh komandan He. Ibunya berpesan pada putranya agar menjaga kesehatan.


Asal kakak terus dalam kondisi seperti ini. Mengorbankan seorang Gu Yue juga gak apa-apa! Pikir komandan He.

Gu Yue sedang mengobati Meng Lin di dalam kamarnya. Luka tembakan di punggungnya itu membuat tubuh Meng Lin banyak mengeluarkan darah. Gu Yue mengolesi obat di punggung Meng Lin dengan telaten.

Di sini tidak ada obat bius. Mengeluarkan peluru di badan itu akan sangat sakit. Apakah kamu bisa menahannya? Tanya Gu Yue.

Lakukan saja. Aku tak akan mati! kata Meng Lin sambil menggigit gulungan kain kasa di mulutnya.

Gu Yue lalu mengoperasi Meng Lin. Ia mengeluarkan peluru di punggung Meng Lin. Meng Lin berusaha menahan sakit yang amat sangat. Akhirnya peluru itu berhasil dikeluarkan. Kemudian ia membalut luka Meng Lin itu dengan gulungan kain kasa.

Beberapa hari ini, kamu tidur saja di kamarku. Biar aku lebih leluasa merawatmu, kata Gu Yue.

Tadinya Meng Lin menolak, tapi Gu Yue suruh gadis itu agar menurut.

Orang yang menyelamatkan aku di dalam kamar itu adalah kamu, kan? tanya Gu Yue.


Gu Yue mengikat tangan Meng Lin. Ia sedang menginterogasi Meng Lin di atas ranjang. Gu Yue heran, karena selama ini Meng Lin selalu menjadi pengamat di luar arena, tapi kenapa sekarang ia malah terlibat dan ikut campur di dalam persoalan ini dan memutuskan untuk menyelamatkannya.

Meng Lin bilang tadinya ia mengira Gu Yue dan komandan He saling mencintai. Jadi ia ingin membantu mereka. Tapi ternyata komandan He itu adalah seorang pria yang busuk.

Lalu untuk apa kamu datang ke keluarga Gu? Tanya Gu Yue.

Meng Lin mengaku bahwa awalnya ia disuruh oleh panglima Qin masuk ke keluarga Gu adalah demi mencuri resep pil ekstasi.

Lalu sekarang? Desak Gu Yue.

Sekarang cuma demi kamu saja, agar kamu bisa menikah dengan orang baik-baik, jawab Meng Lin.

Demi aku...? seru Gu Yue bingung.

CEO Meng! Waktumu sudah tidak banyak lagi! Kalau kamu tidak bisa menyelesaikan misimu, kamu selamanya gak akan bisa kembali lagi ke dunia nyata ! Kata Zhou Zhou.


Meng Lin tersadar dari mimpinya. Ternyata ia sekarang sedang tidur di atas ranjang berdua dengan Gu Yue.

Komandan He meminta maaf kepada Gu Yue atas insiden tersebut. Ia mendesak Gu Yue untuk mengingat kembali wajah dari orang yang telah masuk ke dalam kamar itu. Tapi Gu Yue bilang ia tidak bisa mengingat apa-apa karena kepalanya saat itu lagi pusing.

Saat mau pulang, pria itu bertemu dengan Ya Ru. Ya Ru memperlihatkan sepucuk surat undangan dari keluarga Cheng kepada komandan He.

Tuan Cheng baru saja pulang. Saat tuan besar Cheng pergi, putra angkatnya yaitu tuan muda Cheng yang menggantikan ayahnya.

Ya Ru berniat membawa ayahnya untuk berobat kepada tuan Cheng. Komandan He menawarkan diri untuk menemani Ya Ru ke rumah keluarga Cheng. Sudah tentu Ya Ru senang sekali.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan mereka. Seorang pria berpayung keluar dari mobil itu. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Xu Shi Nian, sekretaris dari Cheng Ze Sheng.

Sebuah mobil berhenti di depan rumah keluarga Cheng. Sang supir keluar dari mobil.


Di dalam mobil, Cheng Ze Sheng sedang memandang jam tenteng rusak di tangannya itu sambil berkata,

Ini adalah jodoh kita. Sebentar lagi kita akan berjumpa!

Kemudian sekretarisnya yaitu Xu Shi Nian masuk ke dalam mobil itu dan berkata kepada bosnya, bahwa dengan statusnya yang tuan muda keluarga Cheng, mungkin  ini akan mengagetkan orang-orang. Ia menawari bantuan kepada bosnya itu.

Gu Yue dan Meng Lin sedang berdiskusi di dalam kamar. Meng Lin bilang orang bisa berakting pura-pura mencintai. Tapi Gu Yue menimpalinya, bahwa orang tidak bisa menyembunyikan perasaan cinta yang sesungguhnya. Reaksi tubuh tidak bisa membohongi orang. Misalnya, degup jantung dan pancaran sinar mata.

Gu Yue meminta Meng Lin meraba degup jantungnya Gu Yue yang berdetak amat normal. Meng Lin menjadi salah tingkah. Jangan malu-malu, kita kan sama-sama perempuan, kata Gu Yue. Kemudian Gu Yue memeluk pinggang Meng Lin untuk balik mendengarkan degup jantung Meng Lin.

Degup jantungmu sangat kencang! Apakah ada sesuatu yang gak enak di tubuhmu? Tanya Gu Yue. Meng Lin menjadi semakin salah tingkah.


Mendadak Gu Yue melepaskan pelukannya dan berseru,

Mana jam rusak itu?

Meng Lin baru sadar jam tenteng itu sudah hilang. Dia menyangka jam itu terjatuh saat ia sedang berkelahi di lorong itu. Jangan sampai ketahuan kamu yang menjatuhkannya, kita bisa gawatkata Gu Yue.

Setelah memperkenalkan diri kepada komandan He dan Ya Ru, sekretaris Xu berkata bahwa ia datang untuk mencari orang. Komandan He lalu pamit pulang.

Sekretaris Xu lalu mengeluarkan jam rusak itu dan bertanya kepada Ya Ru, apakah pemilik dari jam itu tinggal di sini. Ya Ru mengenali jam itu adalah milik Gu Yue. Ia bingung kenapa jam itu bisa ada di tangan pria ini. Ya Ru lalu mengajak pria itu masuk.

Ketika Ya Ru hendak mencari Gu Yue, ia bertemu dengan Meng Lin. Ia bertanya Gu Yue ada di mana, tapi Meng Lin bilang ia tidak tahu. Ya Ru bilang jam itu ada di tangan pria itu, sambil menunjuk pada sekretaris Xu yang sedang duduk di ruangan itu.

Meng Lin kaget sekali. Ia memandang pria itu dengan terperanjat. Lalu ia menghampiri pria itu dan bertanya, darimana pria itu mendapatkan jam itu.


Pria itu balik bertanya siapa Meng Lin. Tapi Meng Lin ngotot minta jam itu dikembalikan padanya. Tapi pria itu gak mau memberikannya.

Mendadak muncul Gu Yue di tempat itu dan mengaku dialah pemilik dari jam itu. Sekretaris Xu lalu mengembalikan jam itu kepada Gu Yue sambil memperkenalkan diri serta menyerahkan sepucuk surat undangan dari tuan muda Cheng kepada Gu Yue. Pria itu meminta Gu Yue sendiri yang menanyakannya kepada tuan muda Cheng.

Siapa lagi tuan muda Cheng itu? Sekarang muncul seorang Xu Shi Nian. Banyak amat tokoh pria di dalam game ini ! Pikir Meng Lin.

Surat undangan itu ternyata adalah sebuah undangan pesta perjamuan kembalinya tuan Xu ke kota Yangcheng. Para tamu menduga-duga siapa wanita yang akan dipilih menjadi pendamping tuan muda Xu ini.

Sekretaris Xu membisiki tuan muda Xu bahwa pacar tuan Xu sudah datang. Meng Lin juga hadir di pesta itu dengan topi dan baju serba hitam. Tapi yang mengejutkan adalah penampilan dari Gu Yue. Gadis ini datang dengan mengenakan pakaian tradisional.

Ketika Gu Yue melangkah masuk, para tamu langsung mengenalinya sebagai gadis yang sering terlihat bersama komandan He An Zhou. Bukankah gadis ini adalah pacarnya komandan He? Jadi gadis ini adalah pendamping dari tuan muda Cheng?


Cheng Ze Sheng lalu mengajak Gu Yue melantai. Musik pun dipasang.

Oh, jadi pria inilah si Cheng Ze Sheng itu? Dari tampangnya saja kelihatan ia bukanlah orang baik-baik! Xu Shi Nian itu juga sami mawon ! Pikir Meng Lin.

Tuan Cheng bertanya kepada Gu Yue apakah benar jam rusak itu adalah milik Gu Yue. Memangnya punya siapa kalau bukan punyaku?, jawab Gu Yue.

Tuan Cheng bilang ia tahu Gu Yue sedang menyelidiki sesuatu. Di tempat Tuan Cheng ada banyak petunjuk. Jadi ia mau barter informasi dengan Gu Yue. Sebagai gantinya, ia ingin Gu Yue mempertemukannya dengan seseorang. Orang itu adalah orang yang telah menyelamatkan Gu Yue di kamar panglima Qin.

Aku sangat mengagumi orang itu ! kata tuan Cheng.


Maaf, aku tidak mengenali orang itu! kata Gu Yue. Kemudian gadis itu mohon pamit.

Tapi Meng Lin sudah keburu cemburu sama tuan Cheng ini. Saat ia mau pergi, ia sengaja menyenggol tubuh tuan Cheng dengan bahunya.

Tuan Cheng pun menoleh ke belakang. Meng Lin sengaja memperlambat langkahnya dan menengok ke belakang. Kedua orang ini pun jadi saling memandang.

Review Episode 17 sd Episode 19:

Tuan Cheng pun langsung pamit dengan Gu Yue dan mengejar Meng Lin. Seorang pria bule bernama Gosha menghampiri Gu Yue dan mengajak gadis itu bicara, jadi perhatian Gu Yue pun teralihkan.

Tuan Cheng berhasil mengejar Meng Lin. Ia menegur Meng Lin dengan gembira. Tuan Cheng ternyata jatuh cinta kepada Meng Lin dan merasa gembira bisa bertemu lagi dengan gadis itu.

Tapi Meng Lin justru menyerang pria itu dan menyudutkannya ke tembok sambil berkata, kenapa Tuan Cheng tidak meminta bala bantuan kepada anak buahnya yang sedang berjaga-jaga di lantai bawah.

Oh, ternyata Tuan Cheng telah salah mengenali Meng Lin sebagai gadis teman di masa kecilnya itu. Karena tempo hari Meng Lin menjatuhkan jam tenteng milik gadis teman Tuan Cheng itu, sehingga Tuan Cheng mengira Meng Lin adalah teman di masa kecilnya itu.

Tuan Cheng merasa Meng Lin yang sekarang tidak sama dengan Meng Lin yang dulu. Untung jam tenteng itu masih ada, pikir tuan Cheng. Meng Lin baru sadar tuan Cheng ini adalah pria yang ia tabrak di dalam restoran waktu itu.


Kamu jangan takut. Aku sudah dewasa sekarang. Aku sudah bisa melindungi kamu! kata Tuan Cheng.

Oh, ternyata orang yang dia cari itu adalah Gu Yue! Pikir Meng Lin.

Orang yang seharusnya kamu lindungi itu adalah Gu Yue, bukannya aku! kata Meng Lin. Akhirnya Tuan Cheng mengerti apa yang Meng Lin maksud. Meng Lin lalu menyuruh Tuan Cheng kembali ke tempat Gu Yue.

Cowo bule bernama Gosha itu ternyata sedang mencari seorang guru perempuan bernama Nona Fu. Gosha bertanya kepada Gu Yue apakah Gu Yue tahu di mana Nona Fu berada.

Gu Yue teringat kepada guru Fu yang sudah meninggal itu. Ia lalu bilang kepada Gosha, bahwa guru Fu sudah mati dan Gu Yue tidak bisa melindungi gadis itu. Setelah mendengar kabar ini, Gosha pun pergi.

Tuan Cheng kembali lagi ke tempat Gu Yue. Ia kagum Gu Yue bisa kenal dengan Gosha, yang adalah seorang ketua cabang dari sebuah yayasan asing di China.

Tuan Cheng bilang ia sudah bertemu dengan orang yang ia cari. Dan ia akan mengantarkan sendiri benda yang diinginkan oleh Gu Yue itu.


Apa Tuan Cheng kenal dengan Meng Lin? Tanya Gu Yue.

Aku hanya menemukan seorang teman lama! jawab Tuan Cheng.

Mendadak pintu terbuka dan masuklah komandan He bersama seorang wanita. Wanita itu menyematkan tangannya di siku komandan He. Ternyata wanita ini adalah Gu Ya Ru.

Orang-orang di tempat itu yang mengenali mereka dibuat bingung akan pemandangan ini. Mereka mengenali Gu Yue sebagai teman wanita dari komandan He. Tapi sekarang Komandan Gu malah menggandeng Gu Ya Ru dan Gu Yue malah sekarang menjadi teman wanita dari tuan Cheng.

Tuan Cheng ingin menyelamatkan muka Gu Yue. Ia menawari tangannya untuk digandeng oleh Gu Yue. Para tamu malah penasaran, kenapa tuan besar Gu justru tidak hadir di sini dan malah mewakilkan kehadirannya kepada dua orang putrinya di situ.

Kedua pasang muda mudi ini lalu berjalan saling menghampiri. Komandan He mengawasi Gu Yue dengan tajam. Tapi Gu Yue pura-pura cuek seolah-olah tidak memperhatikan kehadiran pria itu.

Tuan Cheng mengajak calon isteriku sebagai pendamping, bukankah hal ini tidak pantas? Semprot komandan He.

Kukira komandan He sudah memiliki seorang wanita cantik di sisimu. Wah, seperti mendapat durian runtuh nih! Sindir Tuan Cheng.

Masalah pernikahan adikku belum ditentukan. Kami hadir di sini juga demi etiket dan tata krama. Mohon kalian jangan menggunakan kehormatan wanita sebagai bahan candaan! Kata Gu Ya Ru.

Benar sekali ucapan Nona Gu ini. Mohon maafkan ucapanku tadi. Tapi, komandan He, aku mendengar beberapa hari yang lalu, ada seseorang yang telah melukai panglima Qin di depan matamu. Kamu juga jangan bisanya cuma menerima gaji saja, tapi mengabaikan tugas dan tanggung jawab! Balas tuan Cheng.

Mendengar ucapan tuan Cheng ini, para tamu mengangguk-angguk setuju. Kota Yangcheng sekarang memang lagi gak aman, kata orang-orang.

Apa maksudmu ucapanmu ini, tuan Cheng? Tanya komandan He marah.

Tapi Cheng Ze Sheng tidak mempedulikannya lagi. Tuan Cheng lalu memperkenalkan Gu Yue di hadapan para tamunya. Ia memperkenalkan Gu Yue sebagai nona kedua dari keluarga pemilik toko obat Gu sekaligus juga pewaris tunggal dari keluarga Tabib Jiang. Tuan Cheng juga memperkenalkan gadis itu sebagai sahabat baiknya.


Setelah mengenalkan gadis itu, tuan Cheng lalu mengajak Gu Yue meninggalkan tempat itu. Sebelum pergi Gu Yue masih sempat berkata kepada komandan He, bahwa hal ini terjadi bukan atas keinginannya, dan dia akan menyelesaikan kesalahpahaman ini berdua dengan komandan He beberapa hari kemudian.

He An Zhou marah lalu pamit kepada Ya Ru dan bergegas meninggalkan tempat itu.

Gu Yue mengucapkan terima kasih kepada tuan Cheng karena telah menyelamatkan mukanya. Sementara itu, Gu Ya Ru merasa sangat kecewa dengan Komandan He. Para tamu juga mengumpat perbuatan komandan He yang tidak sopan meninggalkan Gu Ya Ru sendirian di pesta itu.

Xu Shi Nian lalu menghampiri Gu Ya Ru dan memperkenalkan diri kepada gadis itu sebagai seorang bisnisman dari Asia Tenggara yang juga seorang teman dari Tuan Cheng.

Sepulang dari pesta, Gu Yue lalu mencecar Meng Lin dengan pertanyaan, ada hubungan apa antara Meng Lin dengan tuan Cheng.

Aku tidak kenal sama dia. Tapi kelihatannya dia itu lebih baik daripada si He An Zhou. Lebih baik kamu pertimbangkan dia! kata Meng Lin.


Berkat kamu loh, dia memberiku sebuah hadiah yang besar. Ini dia, sebuah dokumen pembelian bahan baku obat-obatan di pasar gelap. Resep pembuatan pil ekstasi itu juga diambil dari bahan-bahan ini. Kemudian resep ini jatuh ke tangan ayah dan disimpan di dalam gudang obat keluarga, kata Gu Yue.

Meng Lin menasihati Gu Yue agar jangan mengurusi hal-hal seperti ini, lebih baik ia menikah saja. Gu Yue lalu mengajak Meng Lin pergi ke sebuah tempat.

Nanti kamu akan tahu apa sebabnya, kata Gu Yue.

Mendadak pelayan mengabari mereka, bahwa Tuan Cheng datang untuk mendiskusikan sesuatu dengan Gu Yue. Gu Yue lalu meninggalkan Meng Lin sambil tersenyum-senyum. Membuat hati Meng Lin menjadi cemburu.

Tuan Cheng datang menyerahkan kepada Gu Yue sejumlah dokumen bukti persekongkolan antara komandan Cheng dengan panglima Qin di dalam bisnis pil ekstasi. Komandan Cheng yang mencarikan pasarnya, sedangkan panglima Qin yang menangani pembuatan obatnya.


Gu Yue memuji usaha Tuan Cheng yang bisa mengumpulkan bukti yang amat kuat dan rahasia. Gu Yue lalu bertanya apa sebenarnya yang diinginkan oleh tuan Cheng sebagai barter atas dokumen-dokumen rahasia ini.

Aku ingin membawa Meng Lin meninggalkan keluarga Gu! Kata Tuan Cheng. Gu Yue terhenyak mendengar perkataan tuan Cheng ini.

Sementara itu Meng Lin yang penasaran ingin tahu apa sebenarnya yang dibicarakan antara Gu Yue dengan tuan Cheng, lalu mengendap-endap ke kamar Gu Yue untuk mencuri dengar pembicaraan mereka.

Meng Lin kaget sekali, karena ternyata mereka sedang barter tentang dirinya.

Kalau soal cinta, aku tidak bisa memaksa! Kata Gu Yue.


Tuan Cheng kecewa mendengar ucapan Gu Yue ini. Pria itu menekan cawan tehnya dan menghentakkannya dengan keras di atas meja sambil berkata dengan marah,

Kalau begitu aku tidak akan merepotkan nona Gu lagi. Aku bisa mencari jalanku sendiri!

Baiklah! Asalkan dia bersedia, aku tidak akan menghalangi jalannya! Kata Gu Yue.

Cinta apaan? Memaksa apaan? Mereka lagi omongin apa sih? tanya Meng Lin di dalam hati.

Gu Yue mengajak Meng Lin pergi ke sebuah tempat. Meng Lin mengawasi Gu Yue terus-menerus di sepanjang jalan.

Ternyata dia itu cantik juga! kata Meng Lin di dalam hati.

Ngelihat aku ya? tanya Gu Yue.

Siapa bilang? jawab Meng Lin.


Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita memanggil Gu Yue. Orang itu ternyata adalah nona Zhang, gadis penghibur di restoran itu. Tapi kali ini dandanannya seperti gadis biasa.

Dia adalah Xiao Qin, kata Gu Yue sambil mengenalkan nona Zhang kepada Meng Lin. Xiao Qin masih mengenali Meng Lin.

Kak Meng Lin, kita pernah bertemu di restoran, kata Xiao Qin. Meng Lin baru teringat kepada nona Zhang yang pernah merayunya di restoran itu.

Xiao Qin lalu menarik tangan Gu Yue menuju ke sebuah rumah. Di dalam rumah itu penuh dengan orang-orang. Sepertinya tempat itu adalah sebuah rumah makan. Terlihat meja-meja dan beberapa orang sedang memasak.

Kak Gu Yue, engkau sudah pulang? sapa orang-orang itu begitu melihat Gu Yue.

Makan apa ya yang enak hari ini? tanya Gu Yue kepada orang-orang di situ.

Wah, tempat ini sepertinya cuma perempuan semua! Pikir Meng Lin setelah masuk ke dalam. Di dalam ada seorang wanita sedang mengajari murid perempuannya menulis. Di dalam juga ada beberapa orang wanita sedang menjemur kain-kain yang amat panjang.



Kelihatannya di sini gak ada pria saingan, nih! Pikir Meng Lin.

Kamu pernah tanya kan, kenapa aku tidak ingin menikah, malah mengurusi masalah obat? Sebabnya adalah karena orang-orang ini! kata Gu Yue.

Gu Yue lalu menceritakan riwayat hidupnya kepada Meng Lin.

Walaupun Gu Yue terlahir dari sebuah keluarga pengusaha yang kaya. Tapi masa kecilnya justru dilewatkan di lingkungan orang-orang miskin. Ibu Gu Yue meninggal di masa-masa yang penuh dengan kekacauan.

Para tentara menangkapi para wanita dan dijadikan sebagai budak dan kelinci percobaan untuk menguji kemanjuran dari obat ekstasi. Tidak sedikit wanita-wanita itu yang mati karena keracunan obat.

Walaupun dunia yang kejam ini tidak bisa diselamatkan, tapi tetap saja ada orang baik yang ingin melakukan hal itu. Walaupun orang baik ini akhirnya harus mengorbankan jiwanya sendiri.

Paling tidak, aku masih bisa menyelamatkan orang-orang ini, semampu aku, kata Gu Yue.

Jadi kamu membangun tempat ini. Tempat di mana kaum wanita bisa saling berkumpul dan membantu satu sama lain? Tanya Meng Lin.

Sebuah keluarga, jawab Gu Yue.

Keluarga? Ulang Meng Lin.

Mendadak Xiao Qin berdiri dan menegur seorang wanita. Wanita yang ditegurnya ini bernama Wang Mei Ling. Wanita ini sedang duduk mengupas kulit kacang dan kulitnya itu dibuang berserakan di atas tanah. Xiao Qin mengomeli wanita ini dan menyuruhnya jangan membuang sampah di atas tanah.

Tapi perempuan ini malah ngeyel. Nanti kan masih bisa disapu, kata perempuan itu. Perempuan ini gak mau diatur-atur di dalam bekerja. Karena dia masih membawa sifat nona besarnya itu. Akhirnya perempuan ini ribut dengan Xiao Qin. Tapi Gu Yue tidak mau ikut campur, karena ia sudah tahu bagaimana sifat Mei Ling itu. Gu Yue lalu mengajak Meng Lin masuk ke dalam rumah.


Komandan He sedang membahas tentang resep pil ekstasi dengan anak buahnya. Ayah Gu Yue, Gu Chang Ping masih belum mau menyerahkan resep itu kepada komandan He. Panglima Qin mengincar Gu Yue. Jadi ia rela menukar resep itu untuk mendapatkan Gu Yue.

Tiba-tiba seorang anak buah masuk ke dalam ruangan sambil menyerahkan sepucuk surat dari Gu Chang Ping kepada komandan He. Isinya tuan Gu setuju untuk menyerahkan Gu Yue kepada panglima Qin, asal mereka tidak meminta resep pil ekstasinya itu.

Anah buahnya memperingati komandan He. Siapa tahu ini hanyalah sebuah muslihat.

Takut apa? Dia kan hanya seorang wanita, kata komandan He.

Di dalam kamar, Gu Yue sedang berdiskusi dengan Meng Lin. Gu Yue memberitahu Meng Lin bahwa ia sudah menulis sepucuk surat kepada komandan He memakai nama ayahnya yang isinya akan berpura-pura menyerahkan diri sebagai pertukaran dengan resep pil ekstasi.

Jika muslihat ini berhasil, maka esok malam mereka sudah bisa memasuki rumah panglima Qin.

Ini hal yang berbahaya. Kamu mau pergi sendiri? tanya Meng Lin dengan cemas.

Justru karena berbahaya, jadi aku tidak bisa membiarkan orang lain menempuh bahaya demi aku. Siapa suruh aku menjadi orang yang paling lihai di sini? kata Gu Yue sambil tersenyum.

Selihai-lihainya orang juga gak mungkin segalanya ditanggung sendiri, kata Meng Lin.

Meng Lin lalu mengeluarkan sepucuk pistol dan menyerahkannya kepada Gu Yue.

Simpan ini. Kamu bisa menggunakannya, kan? tanya Meng Lin.

Melihat pistol itu, Gu Yue lalu teringat kepada ibunya. Sebelum meninggal, ibunya menyuruh Gu Yue lari menyelamatkan diri. Kemudian ibunya Gu Yue mati ditembak oleh seorang pria.

Review Episode 20 sd Episode 21:

Malam itu Panglima Qin sedang duduk menunggu kedatangan Gu Yue. Komandan He menyindir pria itu, jangan sampai mangsa yang sudah di depan mulut terbang lagi. Tapi panglima Qin malah senang dengan perilaku gadis yang seperti Gu Yue ini.


Komandan He memperingatkan Panglima Qin untuk tidak melupakan kesepakatan yang sudah dibuat di antara mereka. Tapi panglima Qin malah tertawa mendengar ini. Seorang anak buah memberitahu mereka, bahwa nona Bai Meng Lin sudah datang.

Komandan He mengingatkan panglima Qin untuk tidak memperlihatkan kelemahannya. Ketika komandan He keluar dari kamar, ia berpapasan dengan Meng Lin. Untung ia tidak pernah melihat wajahku di rumah keluarga Gu, pikir Meng Lin.

Begitu melihat Meng Lin, Panglima Qin langsung menagih resep pil ekstasi pada gadis itu. Memikirkan bahwa pada malam ini, ia akan mendapatkan dua buah keuntungan, resep pil ekstasi dan diri Gu Yue, Panglima Qin senang sekali. Ia tertawa-tawa gembira.

Tapi mendadak suara tertawanya terhenti, karena Meng Lin sudah menggampar wajah pria itu dan membuat pria itu pingsan seketika.


Seorang anak buah mengantarkan Gu Yue masuk ke dalam kamar panglima Qin. Begitu masuk ke dalam kamar, Gu Yue melihat Meng Lin sedang menendang-nendangi tubuh panglima Qin yang telah pingsan di atas lantai. Meng Lin terus melampiaskan kemarahannya pada tubuh pria itu, tidak tahu bahwa Gu Yue sudah tiba di situ dan sedang mengawasi perbuatannya.

Kamu carilah bukti. Biar aku yang berjaga-jaga di depan pintu! Kata Meng Lin kepada Gu Yue.

Gu Yue menuruti perkataan Meng Lin dan langsung memeriksa laci meja panglima Qin satu persatu. Akhirnya di dalam sebuah laci, gadis itu menemukan sejumlah dokumen. Itulah bukti-bukti kejahatan dari panglima Qin.

Gu Yue memeriksa dokumen-dokumen itu. Dari salah satu dokumen itu tertulis bahwa penyakit yang diderita oleh ayah Gu Yue itu adalah disebabkan oleh pil ekstasi.


Setelah menemukan apa yang ingin mereka cari, Gu Yue dan Meng Lin pun meninggalkan tempat itu. Sementara itu tubuh panglima Qin yang tergeletak pingsan sudah ditemukan oleh para anak buahnya. Mereka pun berteriak-teriak dengan panik.

Setelah kabur dari tempat itu, Gu Yue dan Meng Lin sampai di sebuah tempat yang mirip dengan sebuah gudang. Di sana tidak ada jalan keluar lagi. Meng Lin tahu ia mesti bertarung malam ini. Ia menyuruh Gu Yue menunggunya di gudang itu, lalu ia menunggu musuh-musuhnya di depan gudang.

Muncul seorang prajurit menyerang Meng Lin. Tapi prajurit itu bukanlah lawan yang setimpal bagi Meng Lin. Dengan cepat orang itu sudah dirobohkan.

Kemudian muncul lagi seorang prajurit membokong Meng Lin dari belakang. Gu Yue berteriak memperingatkan Meng Lin. Punggung Meng Lin kena digebuk, tapi gadis itu segera membalikkan tubuhnya dan menghajar prajurit itu sampai roboh.

Mendadak Gu Yue teringat dengan peristiwa kematian ibunya. Tiba-tiba Gu Yue mengangkat pistol yang diberikan oleh Meng Lin kepadanya waktu itu dan membidikkan senjata itu kepada Meng Lin.  Meng Lin mengira Gu Yue berniat menembak dirinya, lalu berseru,

Gu Yue, kau... !


Dorrr...! Pistol pun meletus. Tapi bukan Meng Lin yang roboh di atas tanah, melainkan tubuh seorang prajurit yang ingin menembak Meng Lin dari belakang.

Meng Lin, kamu tidak apa-apa? Seru Gu Yue sambil menghampiri Meng Lin dengan cemas.

Ayo, kita pergi! Kata Meng Lin sambil menarik tangan Gu Yue meninggalkan tempat itu.

Setibanya di rumah, Gu Yue lalu memasak obat untuk Meng Lin dan mengobati punggung Meng Lin yang terluka. Ia hendak  menyuapi obat itu ke mulut Meng Lin. Tapi Meng Lin tidak mau meminum obat itu.

Cuma luka kecil, gak usah! Kata Meng Lin.

Luka lama belum sembuh, mendapat luka baru lagi. Gak minum obat, bagaimana bisa cepat sembuh. Ini...sudah kutambahi dengan madu, sudah gak pahit rasanya ! Bujuk Gu Yue sambil menyuapi Meng Lin.


Akhirnya Meng Lin mau minum juga. Tapi belum sempat obat itu ditelan habis, dia sudah mau muntah. Ternyata obat itu tetap pahit!

Eh, jangan dimuntahin. Rebusnya lama tahu! Seru Gu Yue. Akhirnya Meng Lin terpaksa menelannya.

Tukang bohong kamu! Umpat Meng Lin.

Nih, minum lagi pil ini! Kata Gu Yue sambil menyodorkan sebutir pil ke mulut Meng Lin.

Kali ini kau tidak bisa membohongiku lagi! Kata Meng Lin sambil memalingkan mukanya.


Mendadak terdengar suara pelayan yang berteriak-teriak di depan pintu.

Tuan Cheng, ini kamar nyonya ketiga!

Jangan rintangi aku! Terdengar suara seorang pria.

Kemudian Tuan Cheng menerobos masuk ke dalam kamar. Sudah kularang masuk, tapi ia tetap bersikeras! Kata si pelayan.

Dia datang mencari kamu? Kata Meng Lin sambil memandang Gu Yue.

Ternyata Meng Lin salah. Tuan Cheng datang untuk mencari Meng Lin.


Buat apa kamu mencari aku? Seharusnya kamu mencari Gu Yue! Kata Meng Lin di depan Tuan Cheng.

Meng Lin, kamu telah salah paham mengenai hubunganku dengan Gu Yue! Kata Tuan Cheng sambil berpindah duduk lebih dekat dengan Meng Lin.

Apa maksudmu? Tanya Meng Lin sambil menggeser duduknya menjauhi Tuan Cheng.

Setelah tahu kamu terluka, aku langsung menyadari bahwa aku tidak bisa lagi menunda ucapanku ini. Sejak kecil aku sudah bersumpah. Setelah dewasa aku pasti bisa menemukan dirimu! Kata Tuan Cheng sambil menyambar tangan Meng Lin.


Meng Lin menarik tangannya dengan cepat. Ia berpikir dengan hati bingung.

Bukankah aku sudah menjelaskan padanya, bahwa orang yang dia cari itu adalah Gu Yue?

Apakah kamu bersedia ikut denganku meninggalkan tempat ini? Tanya tuan Cheng sambil menyambar tangan Meng Lin kembali.

Eh, apa otaknya sedang sakit ya? Kudukku pada merinding semua mendengar ucapannya ini! Pikir Meng Lin sambil buru-buru bangkit berdiri.

Aku tahu dirimu sudah banyak menderita! Kata Tuan Cheng. Tiba-tiba tuan Cheng menyambar kedua tangan Meng Lin dan berseru,


Meng Lin, aku masih ingat saat aku masih kecil dan gelandangan dulu, engkaulah yang merawat aku. Aku cinta padamu. Meng Lin, kelak tidak akan ada lagi orang-orang yang menindas diri kita!

Menindas kepalamu! Umpat Meng Lin di dalam hati. Meng Lin lalu mendorong tubuh tuan Cheng dengan sekuat tenaga. Tuan Cheng langsung terhempas dengan keras ke atas lantai.

Enyah kau dari sini! Bentak Meng Lin dengan bengis.

Gu Yue dan pelayannya ada di depan pintu. Mereka kaget menyaksikan adegan ini. Tuan Cheng menengok ke arah Gu Yue. Gu Yue pun tersipu-sipu malu sambil berkata,

Eh, kami baru tiba kok!


Kami tidak mendengar apa-apa! Timpa si pelayan juga sambil tersenyum.

Tuan Cheng menjadi salah tingkah. Ia lalu bangkit berdiri dan ngeloyor pergi dari tempat itu tanpa bisa berkata apa-apa lagi.

Setelah tuan Cheng pergi, Meng Lin menjadi uring-uringan. Ia melompat-lompat dan menonjok-nonjokkan tangannya dengan emosional.

Bukankah sudah disepakati, tidak ada unsur cinta di sini ! Geram Meng Lin.

Gu Yue mengantar Tuan Cheng keluar dari kamar. Gadis itu mencoba menghibur tuan Cheng dengan berkata,


Tuan Cheng, jangan bersedih. Dengan kualitasmu yang seperti ini, kelak engkau pasti bisa menemukan pasangan yang cocok dengan dirimu.

Mungkin karena aku tidak bisa melupakan kenangan di masa kecilku itu, kata tuan Cheng.

Oh, ya! Bisa tolong sampaikan suratku ini kepada nyonya He? Kata Gu Yue sambil menyerahkan sepucuk surat kepada tuan Cheng.

Nyonya He? Tanya tuan Cheng dengan bingung.

Tapi sebelum Gu Yue menjawab, tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut di luar.

Kepung rumah keluarga Gu ini!


Segerombolan prajurit memasuki pekarangan rumah keluarga Gu dan di belakang prajurit-prajurit itu nampak komandan He sedang berjalan masuk.

He An Zhou...! Seru Gu Yue di dalam hati.

Nyonya Gu dan Gu Ya Ru muncul menyambut komandan He. Mereka kebingungan komandan He membawa banyak prajurit memasuki rumah.

Ada apa ini, komandan He? Apa yang terjadi? Tanya nyonya Gu.

He An Zhou, mau apa kamu bawa-bawa prajurit ke sini? Seru Gu Ya Ru marah.

Kak An Zhou, apa yang telah terjadi? Tanya Gu Yue.

Gu Yue, kamu masih berpura-pura? Gak asyik lagi deh kalau kamu terus berpura-pura ! Bisik komandan He di telinga Gu Yue.

Review Episode 22 sd Episode 23:

Komandan He menjelaskan kepada semua orang, bahwa kedatangannya adalah untuk membawa Gu Yue, karena gadis itu dicurigai sebagai tersangka yang telah menyebabkan peristiwa pingsannya panglima Qin di dalam kamar pada malam itu.


Tuan Cheng berusaha untuk menolong Gu Yue dengan menyatakan bahwa belum tentu juga gadis itu adalah pelakunya, mengingat musuh dari panglima Qin itu sangatlah banyak.

Tapi komandan He tetap bersikeras hendak membawa Gu Yue untuk diinterogasi. Akhirnya tuan Cheng kehabisan akal untuk mencegah lagi. Gu Yue pun dibawa paksa ke kantor untuk diinterogasi.

Saat gadis itu dibawa pergi, Meng Lin sedang mengawasi kepergian mereka dari atas loteng. Tapi saat itu Meng Lin juga tidak bisa mencegah perbuatan mereka, karena pada saat itu Meng Lin sedang kehabisan ‘invisibility skill’ dan ‘bulletproof skill’.

Sekarang aku cuma bisa menunggu kesempatan untuk beraksi, pikir Meng Lin.


Gu Yue didudukkan di atas kursi pesakitan. Kedua tangannya diikat di samping kursi.

Aku sudah terlalu meremehkan dirimu, Gu Yue. Ternyata dari awal sampai akhir kamu cuma bersandiwara saja, kata komandan He.

Bukankah kau juga begitu, komandan He? Kita ini sama-sama! Kata Gu Yue.

Perempuan yang dijadikan eksperimen obat itu telah berhasil kausembuhkan, ya? Sebagai cucu keturunan dari tabib Jiang, kau tidak memalukan nama besar dari keluarga kakekmu. Aku saja yang terlalu meremehkan ilmu pengobatanmu, kata komandan He.

Terima kasih atas pujianmu! Balas Gu Yue.


Baiklah, Yue Yue. Asal kamu mau menyerahkan resep pil ekstasi itu, aku akan segera membebaskan dirimu. Lalu kau akan kunikahi secara resmi dan terhormat. Kita bisa membina hubungan seperti dulu lagi, bagaimana? Bujuk komandan He.

Kau jangan bersandiwara lagi, komandan He. Ucapanmu ini sungguh memuakkan diriku. Kau sama sekali tidak berniat membiarkan aku keluar hidup-hidup dari tempat ini. Memang benar aku bisa menyembuhkan pasien eksperimen obat. Berarti kakakmu itu juga bisa aku sembuhkan. Oh, tapi nyonya He mungkin belum tahu tentang hal ini dan siapa dalang yang menyebabkan putranya sakit yang tak lain tak bukan adalah putra angkatnya sendiri yang tidak tahu membalas budi ini ! Kata Gu Yue.

Walaupun tebakanmu benar juga tidak ada gunanya. Kamu tidak memiliki bukti sama sekali bahwa itu semua adalah perbuatanku! Kata Komandan He.

Gak apa-apa jika kamu tidak mau menyerahkan resep itu. Kamu tinggal aja di sini dan menjadi kelinci percobaan dari obat baruku ini. Jangan khawatir, rasa sakit yang akan kaualami itu cuma sebentar! Kata Komandan He lagi.


Komandan He lalu memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan sebuah jarum suntik.

Tiba-tiba seorang anak buahnya masuk ke dalam ruangan, memberitahukan kepadanya, bahwa ibunya komandan He ingin bertemu dengan komandan He di rumah.

Baiklah, aku pulang dulu. Tapi nona Gu Yue nampaknya belum pernah merasakan bagaimana rasanya pil ekstasi ini. Obat ini juga peninggalan dari keluarga Jiang, bukan?

Komandan He lalu mengeluarkan sebotol obat dari saku bajunya. Ia mengeluarkan semua pil yang ada di dalam botol itu dan menjejalkannya semua dengan paksa ke dalam mulut Gu Yue. Gu Yue berusaha untuk melawan, tapi tetap aja obat-obat itu tertelan semua di dalam mulutnya.

Makanlah yang banyak! Habiskan satu botol ini! Jangan disia-siakan, ya!


Sebelum pergi, komandan He lalu berpesan kepada anak buahnya agar mengawasi Gu Yue baik-baik. Jangan biarkan dia mati ! katanya kepada anak buahnya.

Kemudian dua orang pria memegang tangan Gu Yue dan berusaha menyuntikkan cairan pada lengan gadis itu. Gu Yue meronta-ronta meminta-minta dibebaskan, tapi orang-orang itu tidak mempedulikan teriakannya.

Tapi sebelum jarum suntik itu mengenai lengan Gu Yue, kedua pria itu mendadak roboh di atas lantai. Dan Gu Yue melihat Meng Lin sudah berdiri di sampingnya.

Meng Lin, aku tahu kau pasti datang menyelamatkanku. Kita jangan pulang lagi ke rumah keluarga Gu! Kata Gu Yue.

Meng Lin segera melepaskan ikatan yang membelenggu tangan dan tubuh Gu Yue.


Jangan bicara lagi. Nanti bisa menyusahkan diriku! Kata Meng Lin.

Meng Lin lalu membawa Gu Yue ke sebuah tempat yang aman, yaitu rumah penampungan yang dibangun oleh Gu Yue itu.

Malam itu Gu Yue kesakitan dan menderita halusinasi karena efek dari pil ekstasi itu mulai bekerja. Ia merintih-rintih memanggil-manggil ibu dan kakaknya di atas ranjang.

Ibu, jangan tinggalkan diriku...! Rintih Gu Yue.

Badan Gu Yue panas sekali. Membuat Meng Lin menjadi bingung. Meng Lin lalu memanggil Xiao Qin dan menyuruh gadis itu untuk memeriksa kondisi Gu Yue.

Setelah memeriksa kondisi Gu Yue, Xiao Qin memberitahu Meng Lin bahwa kemungkinan besar Gu Yue sudah dipaksa meminum pil ekstasi dalam jumlah yang banyak sebagai kelinci percobaan.


Meng Lin menjadi panik dan ia mendesak Xiao Qin bagaimana caranya mereka bisa menyelamatkan Gu Yue. Xiao Qin bilang pada awalnya obat itu akan memberi efek di seluruh badan seperti digigit semut.

Sementara itu Gu Yue terus berhalusinasi. Ia seperti melihat ibunya yang sedang sekarat. Ia juga melihat mendiang ibu guru yang menjadi sahabatnya itu. Gu Yue terus memanggil-manggil ibunya dalam keadaan setengah sadar.

Sehabis itu, kepalanya akan terasa sakit sekali. Tapi ia harus melewati efek dari obat ini, baru ia bisa minum obat! Kata Xiao Qin.

Mana obatnya? Mana..! Desak Meng Lin dengan cemas.

Ada...di dapur. Di sana ada bahan baku untuk obatnya ! Jawab Xiao Qin.


Meng Lin segera lari ke dapur untuk mengambil bahan obat itu. Sementara itu Gu Yue terus merintih-rintih kesakitan.

Kakak...ada bahaya! Kakak jangan pergi ke sana! Kumohon padamu...jangan tinggalkan diriku...!

Aku akan pergi merebus obat. Kamu jaga dia di sini! Pesan Meng Lin kepada Xiao Qin sebelum keluar dari kamar itu.

Mendadak Gu Yue bangkit dari ranjangnya dan berjalan menghampiri Xiao Qin. Kali ini di dalam halusinasinya, Gu Yue seolah melihat wajah pria yang telah menembak mati ibunya itu. Pria itu adalah Gu Chang Ping, ayah dari Gu Yue sendiri atau tuan besar dari keluarga Gu.

Gu Chang Ping, kubunuh kau...! Seru Gu Yue sambil menyerang Xiao Qin.


Kubunuh kau, binatang...! Seru Gu Yue sambil terus menyerang Xiao Qin. Xiao Qin pun terjatuh ke atas lantai saking kagetnya.

Tapi untung Meng Lin balik lagi ke kamar dan langsung menahan tubuh Gu Yue.

Kau pergilah merebus obat. Cepat pergi...! Perintah Meng Lin kepada Xiao Qin.

Aku akan membunuhmu. Membalaskan dendam ibuku. Lepaskan aku. Aku akan membunuhmu! Gu Yue berteriak-teriak histeris.

Aduh, kepalaku sakit sekali! Teriak Gu Yue sambil memegangi kepalanya.


Kemudian Gu Yue melepaskan dirinya dari pelukan Meng Lin dan langsung menabrakkan kepalanya pada tiang. Tapi Meng Lin keburu mencegahnya. Meng Lin memeluk tubuh Gu Yue dari belakang dan menariknya untuk menjauhi tiang.

Jangan lakukan ini, Yue Yue...! Jangan lakukan...! Seru Meng Lin.

Meng Lin terus memeluk tubuh Gu Yue. Sementara itu Gu Yue terus-menerus berteriak,

Jangan tinggalkan aku....!Jangan tinggalkan aku...!

Ada aku di sini. Aku tidak akan meninggalkan dirimu...! Hibur Meng Lin sambil terus memeluk tubuh gadis itu.

Jangan takut...ada aku di sini...! Kata Meng Lin lagi.

Setelah Gu Yue sudah mulai tenang, Meng Lin lalu membaringkan kembali tubuh gadis itu di atas ranjang.

Sementara itu di dalam ruang interogasi, Komandan He yang baru pulang baru tahu bahwa Gu Yue sudah tidak ada lagi di tempat itu. Pria itu menjadi sangat marah dan kesal pada anak buahnya yang tidak becus menjaga Gu Yue. Pria itu lalu menggampar anak buahnya itu.

Gu Yue tahu tentang kondisi dari He Qi Yang. Ini tidak boleh dibiarkan! Kata komandan He kepada anak buahnya.

Review Episode 24 sd Episode 25:

Gu Yue tidur dengan tenang. Efek pil ekstasi itu sudah mereda. Meng Lin tidak tidur malam itu dan tetap menjaga di sisi gadis itu. Meng Lin duduk di samping tempat tidur Gu Yue dan terus mengawasi wajah Gu Yue yang sedang tidur itu.


Bulu matanya lentik sekali, kata Meng Lin di dalam hati.

Tanpa sadar, timbul keinginan di hati Meng Lin untuk mencium wajah gadis itu. Perlahan-lahan Meng Lin pun mendekatkan wajahnya ke wajah Gu Yue.

Belum sempat Meng Lin mencium, tiba-tiba terdengar suara Xiao Qin memanggil-manggil Meng Lin.

Ya ampun, apa yang hendak kulakukan ini? Kata Meng Lin sambil menutupi wajahnya dengan tangan.

Meng Lin lalu membuka pintu kamar. Di luar para wanita di rumah penampungan itu sudah berkumpul semua. Mereka sibuk menanyakan keadaan Gu Yue kepada Meng Lin.


Kami akan menjaga di luar. Jika butuh bantuan kami, katakan saja langsung, kata Xiao Qin sambil menyerahkan secangkir obat kepada Meng Lin.

Kalian sudah menjaga semalaman, ya? tanya Meng Lin kepada para wanita itu.

Kami semua sangat mengkhawatirkan keadaan Gu Yue. Kami semua tidak bisa tidur. Jadi kami menunggu di sini, kata Xiao Qin.

Minggir kalian! Biarkan aku masuk dan melihat keadaannya! Mendadak Wang Mei Ling muncul di depan pintu. Ia melongok ke dalam kamar, kemudian berkata,


Apa kubilang? Keadaan nona besar baik-baik saja, kok. Memangnya sakit apa? Kalian pada gak tidur semua. Terus ribut-ribut sampai aku pun terbangun juga. Ngapain sih kalian pada ribut? Gerutu Wang Mei Ling.

Xiao Qin buru-buru menarik tangan Wang Mei Ling dan menariknya pergi dari situ. Meng Lin lalu membawa mangkok obat itu ke dalam kamar.

Di luar orang-orang pada sibuk bekerja, tapi Wang Mei Ling malah sibuk mengomel. Perempuan ini mengomeli seorang wanita yang tangannya lagi menenteng sebuah poci obat yang airnya masih panas. Wang Mei Ling takut air obat itu akan menumpahi tangannya.

Meng Lin keluar dari kamar sambil membawa sebuah ember kayu. Xiao Qin buru-buru menghampiri Meng Lin.

Kak Meng Lin, mau mengambil air ya? Mari kubantu! Kata Xiao Qin menawarkan bantuan.


Gak usah! Kata Meng Lin.

Obat ini bau sekali...! Kata Wang Mei Ling, masih mengomel.

Wang Mei Ling ini...bagaimana asal usulnya? Tanya Meng Lin kepada Xiao Qin.

Wang Mei Ling itu kasihan juga sebenarnya. Dulunya perempuan itu adalah anak orang kaya. Lalu keluarganya jatuh miskin. Lalu perempuan itu dijual oleh ayahnya sebagai kelinci percobaan untuk menguji obat-obatan. Perempuan ini hampir saja mati. Kak Gu Yue yang menyelamatkannya, kata Xiao Qin.


Waktu itu aku juga terkena wabah penyakit. Kak Gu Yue juga yang menyelamatkan aku. Semua orang yang ada di sini juga diselamatkan oleh kak Gu Yue. Sebenarnya nona Gu Yue bisa hidup mewah dan senang. Tapi dia malah sibuk mengurusi orang-orang malang seperti kami. Dia selalu menempuh bahaya demi menolong kami. Kami sangat berterima-kasih padanya juga mengkhawatirkan dirinya. Tapi kami tidak bisa membantu apa-apa. Tapi untung ada kamu sekarang. Jadi dia tidak sendirian lagi, kata Xiao Qin.

Jadi demikianlah Meng Lin merawat Gu Yue di rumah penampungan itu. Semua wanita di situ bekerja sama dan saling membantu. Bekerja dan memasak bersama-sama. Gak heran jika Gu Yue pulih dengan cepat. Mereka tinggal bersama di tempat itu dengan hati gembira.

Pakaian-pakaian ini untuk kalian semua. Kalian pilih saja sendiri, kata Wang Mei Ling pada suatu hari. Wanita ini membuka sebuah koper di hadapan semua orang dan di dalam koper tersebut ada begitu banyak pakaian.


Orang-orang itu langsung mengerubuti koper itu. Mereka memilih pakaian yang mereka sukai. Kelihatan sekali bahwa mereka sangat senang bisa mendapatkan pakaian baru yang akan membuat mereka terlihat lebih menarik. Wang Mei Ling juga terlihat sangat senang melihat reaksi dari orang-orang itu.

Ada yang selesai membuat bantal dan menunjukkannya kepada semua orang.

Bantal ini untuk kak Gu Yue! Kata Xiao Qin.

Gu Yue senang sekali melihat hal ini. Ia tersenyum gembira. Meng Lin yang berdiri di sampingnya juga bisa merasakan kebahagiaan dari orang-orang di situ. Meng Lin ikut tersenyum di sisi Gu Yue.

Lalu Gu Yue mengajak semua orang untuk berkumpul. Ternyata Gu Yue ingin membuat foto bersama orang-orang di situ. Gu Yue menyuruh Meng Lin yang menjadi juru foto untuk mereka. Meng Lin pun memotret mereka.


Malam itu Xiao Qin baru pulang sambil membawa lentera. Tiba-tiba ia merasa seperti ada orang yang mengikuti dirinya. Xiao Qin pun menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang. Tapi gadis itu tidak melihat bayangan siapa pun di situ. Akhirnya Xiao Qin meneruskan kembali langkahnya.

Hari itu Meng Lin dan Gu Yue sedang bercakap-cakap di dalam kamar.

Kelihatannya kamu lebih suka tinggal di tempat ini daripada di rumah kamu, kata Meng Lin.

Benar. Setelah ibuku tewas dibunuh, aku yang masih kecil menjadi gelandangan di kota Yangcheng selama beberapa waktu. Saat ibuku meninggal, ada orang yang membawaku ke tempat ini. Di tubuh orang itu ada cahaya terang. Cahaya itulah yang menyalakan lilin untukku. Aku pun hidup kembali. Lalu cahaya itu lenyap. Aku pun meniru perbuatannya. Aku menyalakan banyak api lilin di tempat ini. Walaupun cahaya itu tidaklah amat terang, tapi cahayanya amat hangat! Kata Gu Yue.


Nanti aku akan menemanimu menyalakan lebih banyak lagi api lilin di sini! Kata Meng Lin dengan serius.

Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut di luar. Ternyata serombongan prajurit bersenapan menerobos masuk sambil berseru,

Jangan biarkan seorang pun lolos dari tempat ini! Kepung tempat ini ! Geledah tempat ini ! Tangkap dan bawa ke mari orang itu !

Di belakang para prajurit itu tampak komandan He berjalan masuk. Semua wanita di tempat penampungan itu langsung lari menyelamatkan diri.

Para prajurit mengobrak-abrik tempat penampungan itu. Para wanita berteriak-teriak ketakutan.


Xiao Qin, apa yang terjadi? Teriak para wanita itu.

Orang itu bersembunyi di sini ! Pantas aku kesulitan menemukannya ! Kata komandan He.

Gu Yue, aku tahu kamu ada di sini. Ayo, keluar! Teriak komandan He.

Tapi gak ada yang keluar dari rumah itu. Tiba-tiba komandan He melihat Wang Mei Ling berdiri di depan pintu.

Hei, kamu perempuan yang berdiri di depan pintu, kamu mau ke mana? Bentak komandan He.


Seorang prajurit menarik tangan Wang Mei Ling ke tempat komandan He berdiri. Wang Mei Ling berteriak-teriak.

Lepaskan aku! Kalian telah memasuki rumah penduduk secara paksa. Aku akan melaporkan perbuatan kalian!

Dorr...dorr...! Senapan pun meletup. Para wanita itu menjerit-jerit ketakutan.

Gak ada yang mau bicara? Bentak komandan He.


Komandan He lalu menarik tubuh Xiao Qin dan menempelkan senapan di kepala gadis itu sambil berseru,

Ayo, katakan! Di mana Gu Yue?

Aku tidak kenal dengannya! Jawab Xiao Qin.

Mau mati kamu? Seringai komandan He.

Tiba-tiba Wang Mei Ling berseru di depan orang-orang,

                                  

Zhang Xiao Qin, kamu ini orang bodoh atau apa? Yang paling penting itu nyawamu, bego! Tuan ini kan hanya mencari Gu Yue dan bukan ingin membunuhnya!

Wang Mei Ling, tutup mulutmu! Kamu bisa mencelakai kak Gu Yue! Seru Xiao Qin.

Wang Mei Ling lalu memandang komandan He dan berkata,

Di dalam rumah ini ada sebuah terowongan bawah tanah. Aku tahu di mana letaknya. Biar aku yang menunjukkan jalannya pada kalian!


Komandan He lalu melepaskan Xiao Qin dan mendorong gadis itu. Kemudian ia bersama anak buahnya mengikuti Wang Mei Ling masuk ke dalam rumah.

Jangan tembakkan senapan. Ada yang sakit jantung! Teriak wanita-wanita itu.

Selagi orang-orang di tempat itu lagi panik dan bingung apa yang harus dilakukan, terlihat Meng Lin dan Gu Yue sedang mengendap-endap keluar dari tempat itu. Tapi keberadaan mereka segera terlihat oleh prajurit di tempat itu.

Cepat cegat mereka! Minggir atau kutembak kalian! Teriak prajurit-prajurit itu.


Mendengar keributan itu, komandan He yang ada di dalam rumah menghentikan langkahnya.

Tembak saja mereka! Terdengar lagi suara prajurit-prajurit itu.

Seketika itu juga komandan He tersadar, bahwa ia sudah ditipu oleh Wang Mei Ling. Wanita ini ingin memberi kesempatan pada Meng Lin dan Gu Yue untuk melarikan diri. Jadi ia sengaja memancing pria itu untuk masuk ke dalam rumah.

Dorr...! Komandan He menembak dada Wang Mei Ling. Wanita itu langsung roboh di atas lantai.


Perempuan busuk, berani kau mempermainkan aku! hardik komandan He marah.

Di luar kamar pun terjadi pembantaian masal. Para prajurit menembak-nembaki para wanita di tempat itu. Sementara itu Wang Mei Ling berusaha menarik kaki komandan He agar pria itu tidak bisa keluar dari kamar itu.

Dorr...! Komandan He melepaskan tembakan kedua. Kali ini peluru mendarat di tengah-tengah kening wanita itu. Wang Mei Ling tewas seketika.

Orang-orang hina, mau lari ke mana kalian? Geram komandan He.


Di dalam keributan itu, Xiao Qin masih sempat membuka pintu gerbang untuk membantu Meng Lin dan Gu Yue kabur dari tempat itu. Setelah kedua orang gadis itu keluar, Xiao Qin buru-buru menutup kembali pintu gerbang itu. Tentu saja Xiao Qin juga tidak bisa meloloskan diri dari kematian.

Beberapa butir peluru mendarat di tubuh Xiao Qin yang masih berdiri di depan pintu gerbang.

Kak Gu Yue, akhirnya kami bisa menyelamatkan dirimu kali ini...! Nyawa kami ini adalah pemberianmu. Jadi biarkan kami mengembalikannya kepadamu lagi. Engkau harus hidup dengan baik...! Seru Xiao Qin di dalam hati sebelum ia tewas.


Meng Lin dan Gu Yue berhasil menyelamatkan diri di hutan. Melihat banyak orang yang telah menjadi korban karena melindungi mereka, hati kedua orang gadis ini menjadi sedih sekali. Apalagi mereka teringat pada pengorbanan Xiao Qin dan Wang Mei Ling untuk diri mereka.

Jadi ketika mereka tahu, bahwa komandan He datang mencari mereka, saat itu mereka melihat Wang Mei Ling sudah berdiri di depan mereka.

Gu Yue, lekaslah kalian melarikan diri. Orang-orang di luar itu hendak menangkap kalian. Kalian jangan lagi tinggal di sini karena bisa mencelakai semua orang yang ada di sini! Kata Wang Mei Ling.

Kalau aku pergi, He An Zhou tidak akan melepaskan kalian! Kata Gu Yue.


Gu Yue dan Meng Lin ingin keluar dari kamar itu. Tapi Wang Mei Ling mendadak mengebutkan sapu tangannya di wajah Gu Yue. Asap putih langsung menerpa wajah Gu Yue yang langsung menjadi pusing seketika.

Wang Mei Ling, apa yang kaulakukan ini? Teriak Meng Lin terkejut.

Kamu jaga saja dia baik-baik. Aku masih harus melindungi Zhang Xiao Qin, si gadis penakut itu! Jawab Wang Mei Ling sambil keluar.

Wang Mei Ling, jaga dirimu baik-baik! Kata Meng Lin.


Tapi apa yang mereka khawatirkan telah terjadi. Para wanita di tempat penampungan itu sudah menjadi korban karena melindungi mereka berdua.

Meng Lin dan Gu Yue terkenang pada masa mereka tinggal di rumah penampungan itu bersama Xiao Qin dan Wang Mei Ling. Mereka pernah menjalani kehidupan yang menyenangkan bersama kedua orang wanita itu. Saat itu Xiao Qin dan Mei Ling sedang membuat bantal.

Aku ingin menjadi orang yang bisa melindungi kak Gu Yue. Tapi sayang, kemampuanku tidaklah mencukupi. Aku cuma bisa membuatkan bantal untuk dirinya! Kata Xiao Qin.

Ngawur kamu! Masa nyawa orang lebih penting daripada nyawamu? Awas ya, kalau kamu menghadapi bahaya, aku tidak akan mengurusimu ! Ancam Mei Ling.


Siapa yang mau diurusi oleh kamu? Balas Xiao Qin.

Gu Yue tersenyum melihat kedua orang wanita ini bekerja sambil bercanda.

Tapi sekarang pemandangan seperti ini tidak akan pernah ia saksikan lagi, karena kedua orang wanita ini sudah meninggal dunia.

Tempat itu sudah berubah menjadi tempat pembantaian. Darah berceceran memenuhi tempat itu. Darah dari orang-orang yang mereka sayangi.

Selembar foto hitam putih terlempar ke dalam kubangan darah. Foto kebersamaan mereka yang terakhir yang akan menjadi salah satu saksi bisu dari peristiwa berdarah ini.

Review Episode 26 sd Episode 27:

Cari sampai ketemu ! Mereka pasti bersembunyi di sekitar tempat ini ! Perintah komandan He kepada anak buahnya untuk mengejar Gu Yue yang berhasil melarikan diri itu.


Saat melewati sebuah gang, seorang prajurit mencurigai Meng Lin dan Gu Yue sedang bersembunyi di situ. Prajurit itu  lalu mengendap-endap masuk ke dalam gang itu sambil mengokang senapan.

Meng Lin dan Gu Yue yang sedang bersembunyi di tempat itu bisa melihat prajurit itu. Setelah sudah dekat, Meng Lin lalu menghantam tubuh prajurit itu dengan sebatang kayu. Prajurit itu berteriak kesakitan. Suara teriakannya terdengar oleh komandan He yang langsung menyusul ke tempat itu. Meng Lin berhasil merobohkan prajurit itu. 

Ketemu juga kalian ! Bisik komandan He sambil berjalan menghampiri tempat itu.


Seorang prajurit sudah berdiri di tempat itu sambil mengokang senapannya ke arah Meng Lin yang saat itu sedang berdiri membelakangi mereka.

Begitu melihat Meng Lin, komandan He merasa wajah dari wanita ini pernah ia lihat di sebuah tempat. Ia pun mengingat-ingat. Akhirnya ia teringat, wanita ini pernah datang menemui panglima Qin pada malam itu.

Ternyata orang inilah yang mengkhianati panglima Qin! Kata komandan He sambil membidikkan senapannya kepada Meng Lin.

Tapi sebelum pria itu sempat menembak, tiba-tiba terdengar seruan seorang wanita di tempat itu.


He An Zhou, apa yang kaulakukan ini !

Wanita ini ternyata adalah nyonya He, ibu angkat dari komandan He. Nyonya He marah sekali melihat perbuatan anak angkatnya ini yang telah membantai begitu banyak wanita di rumah penampungan itu.

Nyonya He menampari wajah komandan He berkali-kali. Komandan He berlutut di depan ibu angkatnya dengan wajah tertunduk tanpa berani melawan.

Binatang! Siapa yang mengizinkan dirimu sembarangan membunuhi orang-orang yang tidak berdosa ini? Bentak nyonya He.


Ibu...aku tidak sembarangan membunuh. Aku sudah menyelidikinya dengan seksama bahwa mereka inilah dalang yang membunuh panglima Qin! Jawab komandan He.

Qing Cong Shan itu orang seperti apa? Mereka ini hanyalah perempuan-perempuan yang lemah. Aku rasa kamu tidak layak lagi untuk menjabat posisi ini! Kata nyonya He.

Ibu, aku....! Komandan He berusaha membela diri. Tapi nyonya He kembali menampar wajah anak angkatnya ini.

Diam kamu! Ayo, cepat bersujud minta maaf di depan mayat-mayat ini! Perintah nyonya He.


Gu Yue dan Meng Lin perlahan-lahan berjalan memasuki rumah penampungan itu.

Nona Gu, keluarga Gu telah salah mendidik anak. Ganti rugi apa yang bisa kami berikan kepada dirimu? Katakan saja terus terang. Kami turut berduka cita atas semua ini...! Kata nyonya He.

Saat itu Gu Yue sudah terlampau sedih, jadi gadis itu tidak bisa mengucapkan apa-apa lagi.

Mengenai pengobatan Qi Yang, kutunggu kabar darimu....! Kata nyonya He lagi.


Bawa dia pergi ! Perintah nyonya He kepada para prajurit sebelum meninggalkan tempat itu. Komandan He lalu dibawa pergi oleh para anak buahnya.

Gu Yue berjalan sempoyongan melewati mayat-mayat temannya. Langkah gadis itu terhenti di samping kubangan darah tersebut. Foto hitam putih itu masih tergeletak di situ.

Gu Yue lalu berlutut di depan kubangan darah itu. Ia memungut foto hitam putih itu dari dalam kubangan darah. Gu Yue lalu menempelkan foto itu ke dadanya.

Hanya perlu sedikit waktu lagi....mereka tentu tidak akan mati...hanya perlu sedikit waktu lagi...!


Gu Yue lalu jatuh pingsan di samping kubangan darah itu. Foto itu lalu terlepas dari genggamannya.

Api lilinku sudah padam semua...!

Tuan Cheng dan sekretarisnya, Xu Shi Nian mendatangi keluarga Gu untuk melaporkan tentang peristiwa ini kepada nyonya Gu.

Apa? He An Zhou ingin membunuh Gu Yue? Biar aku yang pergi menyelamatkannya! Kata Gu Ya Ru sambil buru-buru meninggalkan tempat itu.


Kembali kamu! Ceritaku belum selesai! Kata sekretaris Xu sambil menarik tangan Ya Ru.

Sekarang Gu Yue sudah aman di dalam perlindungan nyonya He. He An Zhou juga sudah ditahan! Kata sekretaris Xu.

Lalu kenapa Gu Yue masih belum pulang juga? Ini kan sudah lewat beberapa hari! Tanya nyonya Gu.

Berikan pada Gu Yue lebih banyak waktu lagi untuk menemani  teman-temannya itu! Kata Tuan Cheng.


Teman seperti apa, kok segitu pentingnya! Padahal kita semua di sini sangat mengkhawatirkan keadaannya ! Kata nyonya Gu.

Mungkin mereka itu tidak sekedar teman, melainkan sudah seperti keluarganya sendiri...! Kata tuan Cheng.

Meng Lin dan Gu Yue lalu menguburkan mayat teman-temannya di dalam hutan itu. Belasan pusara tertancap di atas makam, yaitu gundukan-gundukan tanah yang baru saja selesai digali.

Gu Yue dan Meng Lin lalu bersembahyang di samping makam teman-temannya. Mereka meletakkan makanan di depan makam dan membakari kertas-kertas sembahyang. Gu Yue menebarkan kertas-kertas sembahyang di sekeliling makam-makam itu.


Aku akan hidup dengan baik demi kalian. Semoga kita masih bisa menjadi keluarga di kehidupan mendatang! Kata Gu Yue setelah mereka selesai bersembahyang.

Kalian tenanglah. Masih ada aku di sini. Aku tidak akan membiarkan Gu Yue sendirian! Kata Meng Lin.

Mendengar ucapan Meng Lin ini, hati Gu Yue menjadi terharu. Ia lalu menghampiri Meng Lin dan memeluk gadis itu. Mereka pun saling berpelukan.

Ingatlah janjimu ini ! Kata Gu Yue.


Masih ada aku yang akan menemanimu! Kata Meng Lin.

Aku akan pergi ke rumah keluarga He untuk mengobati He Qi Yang. Kalau dia sudah sadar, dia bisa membuktikan bahwa He An Zhou lah yang meracuninya. Dengan demikian, nyonya He tidak akan mengampuninya lagi! Kata Gu Yue.

Apakah kamu yakin bisa melakukannya? Tanya Meng Lin.

Ini adalah kesempatanku yang terakhir. Aku akan membuat orang itu membayar atas semua ini! Jawab Gu Yue sambil meninggalkan hutan itu.

Gu Yue kembali ke rumah keluarga Gu. Ia menceritakan kepada Meng Lin tentang kondisi He Qi Yang yang sudah mulai sadar. Meng Lin berpesan kepada Gu Yue agar berhati-hati bila datang ke rumah keluarga He.

Tuan Cheng berkunjung ke rumah keluarga Gu. Ia menenteng sebuah koper di tangannya. Kelihatannya Tuan Cheng ingin melakukan perjalanan yang jauh. Tuan Cheng lalu menghampiri Meng Lin yang sedang membantu Gu Yue menggiling obat dan berkata kepada gadis itu,

Meng Lin, kedatanganku ini mungkin adalah yang terakhir untuk bertemu denganmu, kata Tuan Cheng.


Tuan Cheng lalu mengalihkan pandangannya pada Gu Yue. Gu Yue maklum, bahwa tuan Cheng hanya ingin berbicara empat mata saja dengan Meng Lin. Gu Yue lalu minta izin untuk pamit, akan tetapi Meng Lin buru-buru menarik tangan gadis itu dan berkata,

Kamu jangan pergi!

Katakan saja terus terang apa keperluanmu! Kata Meng Lin kepada tuan Cheng.

Apakah kamu tetap tidak bersedia ikut denganku meninggalkan tempat ini? Tanya tuan Cheng kepada Meng Lin sambil berjalan mendekati gadis itu.


Eh, kamu jangan mendekat. Balik sana ke tempatmu. Sana...sana...! Seru Meng Lin. Tuan Cheng kelihatan sangat kecewa, tapi pria itu mengikuti keinginan Meng Lin.

Bukankah aku sudah bilang padamu, bahwa jam tenteng itu bukan kepunyaanku, melainkan milik Gu Yue. Kakeknya Gu Yue adalah Jiang Ming Yu. Asal usul dari huruf ‘Yu’ itu, masa sih kamu gak tahu? Kirain kamu orang pintar! Kata Meng Lin.

Oh ya, satu hal lagi. Aku ini sama sekali tidak menyukai laki-laki...! Kata Meng Lin dengan tegas.

Mendengar ucapan Meng Lin yang terakhir ini, wajah tuan Cheng langsung berubah hebat.  Pria itu berdiri bengong di depan Meng Lin tidak bisa berkata apa-apa lagi.


Sementara itu, Gu Yue yang sedang berpura-pura memberesi barang di rak, diam-diam tersenyum geli mendengar ucapan Meng Lin ini.

Tuan Cheng, lebih baik kamu pergi sekarang. Nanti kamu bisa ketinggalan kapal loh! Kata Meng Lin sambil terus menggiling obat.

Gu Yue lalu balik kembali ke sisi Meng Lin. Ia tersenyum-senyum senang mendengar ucapan Meng Lin ini.

Pria busuk ini setelah dewasa, sungguh menjengkelkan! Pikir Gu Yue di dalam hati.


Kedua orang gadis ini pun melanjutkan kembali pekerjaannya tanpa mempedulikan tuan Cheng lagi. Akhirnya tuan Cheng meninggalkan rumah keluarga Gu dengan lunglai.

Sebenarnya jam tenteng itu hanyalah alasan yang dicari-cari. Aku sudah tahu tentang hal ini. Tapi nona Bai, kalau kita tidak bisa bersatu, aku tetap berdoa, semoga kamu bisa hidup dengan bahagia! Kata tuan Cheng di dalam hati, sebelum ia masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan tempat itu.

Malam itu Gu Yue menuliskan sebuah pesan pada secarik kertas kecil. Kertas itu lalu ia gulung-gulung kecil dan dimasukkannya ke dalam sebuah toples obat.


Gu Yue lalu mengetuk pintu kamar Meng Lin untuk menyerahkan toples obat tersebut kepada gadis itu.

Ini aku. Aku sengaja membuatkan ini untukmu. Aku tahu kamu gak bisa makan yang pahit-pahit. Tapi yang ini sih rasanya manis, kata Gu Yue sambil menyodorkan toples itu kepada Meng Lin.

Terima kasih, kata Meng Lin sambil tersenyum.

Oh ya, besok aku ingin mengajak kamu minum secangkir...! Tapi gadis itu tidak meneruskan ucapannya, melainkan malah menghampiri Meng Lin dan melingkarkan kedua lengannya ke leher Meng Lin dengan manja.


Maukah kamu menemaniku...? Mau ya...? Masa sih aku pergi sendiri...? Rajuk Gu Yue dengan manja.

Meng Lin tidak menjawab. Ia malah memandang Gu Yue dengan bengong. Soalnya Meng Lin salah tingkah, jadi ia tidak tahu harus menjawab apa.

Mau ya, Meng Lin...? Kata Gu Yue masih merajuk. Akhirnya Meng Lin menganggukkan kepalanya.

Jadi besok ya kita ketemuan...! Kata Gu Yue lagi. Meng Lin menganggukkan kepalanya lagi. Baru Gu Yue meninggalkan tempat itu.


Meng Lin masih berdiri bengong di dalam kamar sambil memandangi toples di tangannya itu. Sementara itu, setelah keluar dari kamar Meng Lin, Gu Yue juga sedang berpikir.

Kemudian terdengar suara Zhou Zhou memperingatkan Meng Lin.

CEO Meng, harap jangan khawatir. Ini cuma alarm anti kecanduan. Saat alarm ini sudah mencapai angka ‘0’, engkau akan otomatis dikeluarkan dari permainan ini. Saat kamu sudah keluar dari permainan, kamu tidak akan bisa masuk kembali!

Otomatis Meng Lin melihat alarm di tangannya itu. Di tangannya itu lalu muncul angka ‘3’.


Hari kencan pertama kedua orang gadis ini pun tibalah. Hari itu Gu Yue mengenakan busana gadis barat dan sebuah topi berwarna merah.

Ternyata Meng Lin sudah menunggu Gu Yue di ruang tamu. Begitu melihat Meng Lin, Gu Yue langsung menyapa gadis itu.

Meng Lin...!

Meng Lin membalikkan tubuhnya. Gu Yue langsung tersenyum manis begitu melihat Meng Lin.

Review Episode 28 sd 30:

Aku sengaja memesan tempat duduk di dekat jendela. Terserah kamu mau makan dan minum apa, aku yang traktir! Kata Gu Yue ketika mereka sudah sampai di restoran.


Nona Gu Yue dan nona Meng Lin, silahkan diminum arak ini. Anggap saja sebagai hadiah dari aku dan Xiao Qin, kata si wanita pemilik restoran sambil menyuguhkan dua gelas arak di hadapan Gu Yue dan Meng Lin.

Terima kasih, kata Gu Yue sambil tersenyum.

Tuan Cheng sudah meninggalkan kota Yangcheng, kata Meng Lin.

Aku tahu. Memangnya kenapa? Tanya Gu Yue.

Jadi...aku mencarikan kamu pasangan yang statusnya cocok dengan kamu, kata Meng Lin.


Apa maksudmu? Gu Yue langsung mengernyitkan alisnya.

Mendadak seorang pria melangkah masuk ke dalam restoran. Pria itu langsung menghampiri meja Gu Yue dan Meng Lin.

Maaf, apakah anda nona Gu Yue? Tanya pria itu kepada Gu Yue.

Benar, anda ini siapa? Tanya Gu Yue sambil mengawasi pria itu.

Aku Zhao Tian Yu dari maskapai perusahaan Yanghang, jawab pria itu.


Kita pernah bertemu sewaktu di pesta perjamuan tuan Cheng tempo hari. Saat itu aku merasa anda wanita yang spesial, nona Gu! Kata tuan Zhao lagi.

Kalian mengobrollah, aku pergi dulu! Kata Meng Lin sambil bangkit dari tempat duduknya.

Meng Lin...! Kamu jangan pergi...! Seru Gu Yue sambil menarik tangan Meng Lin.

Tapi Meng Lin hanya memandang Gu Yue sekilas, lalu melepaskan tangannya dari Gu Yue dan tetap meninggalkan tempat itu.


Pertemuan ini bisa terlaksana adalah berkat temannya nona Gu Yue yang mengatur semua ini ! Kata tuan Zhao tanpa mempedulikan Gu Yue yang masih memandang kepergian Meng Lin dengan bingung.

Begitu keluar dari restoran, Meng Lin terus berpikir sambil berjalan.

Dia kutinggalkan seorang diri di situ...apa tidak berbahaya, ya? Ah, gak apa-apalah. Gu Yue, gadis yang lihai...! Pikir Meng Lin.

Meng Lin lalu memandang alarm di tangannya. Sekarang alarm sudah mencapai angka ‘2’.


Semua ini hanyalah sebuah permainan. Kenapa aku menganggapnya begitu serius? Pikir Meng Lin.

Tapi Meng Lin justru membalikkan tubuhnya dan berlari kembali menuju restoran.

Nona Gu Yue, boleh tahu apa hobi anda? Tanya tuan Zhao sambil mengangkat gelas minumannya.

Tapi Gu Yue yang masih galau tidak menjawab pertanyaan pria ini. Tuan Zhao masih terus berbicara seorang diri.


Kudengar anda sangat pandai menari. Saat di pesta itu, aku tidak punya kesempatan untuk mengajakmu melantai. Apakah malam ini aku memiliki kehormatan ini? Tuan Zhao lalu bangkit dari kursinya dan mengajak Gu Yue melantai.

Maaf, aku merasa gak enak badan. Aku mau pulang! Kata Gu Yue sambil bangkit berdiri.

Tuan Zhao merasa tersinggung. Ia mencengkram lengan Gu Yue dan berseru,

Nona Gu Yue...! Maksudmu apa? Apa kamu merasa aku tidak sepadan dengan keluarga Cheng dan keluarga He!


Tolong lepaskan tanganmu! Bentak Gu Yue.

Suara percakapan mereka yang keras itu ternyata telah menarik perhatian orang-orang yang ada di dalam restoran. Kebetulan pria barat bernama Gosha itu juga sedang duduk di dalam restoran itu. Meja Gosha berada di depan meja Gu Yue hanya terhalang sebuah tirai. Setelah mengenali Gu Yue, pria barat itu langsung berdiri dan menghampiri mereka.

Di seluruh kota Yangcheng ini, siapa yang tidak tahu tentang hubunganmu dengan Cheng Ze Sheng dan He An Zhou? Tapi cuma aku seorang yang masih berani menginginkanmu! Kata tuan Zhao.


Memangnya kamu ini siapa? Aku juga tidak sudi menerima cintamu. Lepaskan aku ! Bentak Gu Yue.

Akhirnya tuan Zhao melepaskan tangan Gu Yue dan mendorong gadis itu. Gosha yang ada di belakang Gu Yue langsung menahan tubuh gadis itu, sehingga Gu Yue tidak sampai terjatuh.

Leave her alone ! Kata Gosha kepada tuan Zhao.

Orang bule darimana ini? Pikir tuan Zhao kesal.

Excuse me? Kata tuan Zhao kepada Gosha.


I said, leave her alone ! Ulang Gosha sambil mendekati tuan Zhao.

Tuan Zhao yang marah langsung menarik kerah baju Gosha dan mengepalkan tinjunya untuk memukul pria bule itu. Tapi begitu melihat banyak orang yang menonton tingkah laku mereka, akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk memukuli pria barat itu.

Sekarang lagi banyak orang. Jadi aku tidak akan perhitungan padamu!

Sehabis mengucapkan ini, tuan Zhao langsung meninggalkan tempat itu. Gosha lalu bertanya kepada Gu Yue,


Are you okay?

I am okay! Jawab Gu Yue.

Bagus! Aku punya sesuatu untukmu. Foto ini. Mungkin kamu lebih membutuhkannya daripada aku! Kata Gosha sambil menyodorkan selembar foto kepada Gu Yue.

Tahukah kamu? Jika kamu mencintai seseorang, kamu harus cepat memberitahukan kepadanya. Jangan seperti aku ! Kata Gosha.

Pas Gosha selesai berkata, Meng Lin pun tergesa-gesa masuk ke dalam restoran. Begitu melihat Gu Yue aman-aman saja bersama Gosha, Meng Lin pun merasa lega.


Aku tahu, gadis ini adalah pemeran utama wanita dari permainan ini. Tapi kenapa di game ini malah kekurangan pemain pria yang bisa melindungi dirinya! Pikir Meng Lin kesal.

Begitu melihat Meng Lin, Gu Yue lalu mengangguk kepada Gosha dan pergi meninggalkan restoran itu.

Game ini benar-benar...! Kenapa begitu banyak pria di dalam permainan ini...! Pikir Meng Lin kesal.

Meng Lin pun menyusuli Gu Yue meninggalkan restoran ini.


Gosha lalu duduk kembali di mejanya. Ia termenung di depan botol arak yang ada di atas meja. Kemudian muncul bayangan seorang gadis di hadapannya. Gadis itu adalah si guru wanita yang pernah menyelamatkan diri Gu Yue itu. Gadis itu lalu duduk di depan meja dan menyulang segelas arak kepada Gosha.

Baru Gosha ingin mengangkat gelas araknya, mendadak bayangan gadis itu sudah lenyap dari hadapannya....!

Gu Yue, semoga kamu tidak seperti aku. Aku bahkan belum sempat mengucapkan isi hatiku kepada gadis itu....! Sejak aku pertama kali memandang gadis itu, aku sudah ingin memberitahukan padanya. Tapi sayang sekali...!

Gosha menarik napas panjang, ketika mengenang gadis itu....

Begitu sampai di rumah, Gu Yue langsung protes kepada Meng Lin.


Aku tidak mau berkenalan dengan orang-orang seperti itu. Aku sudah mempunyai pilihan hati ! Kata Gu Yue.

Zhao Tian Yu ini berwatak buruk. Aku yang salah mengenali orang. Esok aku sudah membuat janji dengan beberapa orang. Kamu temui saja mereka! Kata Meng Lin.

Bai Meng Lin ! Kamu sakit, ya? Kamu aja yang bertemu dengan mereka! Seru Gu Yue marah. Gu Yue lalu bergegas meninggalkan tempat itu. Tapi Meng Lin keburu menarik tangan gadis itu.

Kalau gak, kamu bilang saja padaku, kamu menyukai pria yang seperti apa. Nanti aku bisa bantu carikan! Kata Meng Lin.


Memangnya kamu gak tahu orang seperti apa yang aku sukai? Atau kamu yang berlagak bodoh ! Seru Gu Yue kesal.

Kalau gak ada aku, nanti juga bakalan ada orang yang akan menemani di sisimu! Kata Meng Lin.

Kamu ingin meninggalkan aku? Tanya Gu Yue penasaran. Meng Lin tidak bisa menjawab.

Penipu...! Kamu penipu...! Kalau kamu mau pergi, ya udah pergi aja sana! Aku tidak peduli lagi! Kata Gu Yue yang lalu pergi dengan hati kecewa.

Tapi...sebenarnya aku juga ingin menemani di sisimu! Kata Meng Lin di dalam hati.


Malam itu hujan disertai petir. Gu Yue tidak bisa tidur. Gadis itu duduk menangis di atas ranjang.

Meng Lin membuka toples obat yang diberikan oleh Gu Yue itu. Meng Lin menemukan gulungan kertas yang ditulis oleh Gu Yue itu. Meng Lin membuka gulungan kertas itu dan membaca isinya. Kertas itu bertuliskan begini:

Apakah kamu bersedia menjadi api lilin yang senantiasa menyala untukku?

Aku bersedia...! Kata Meng Lin di dalam hati.


Keesokan paginya, Gu Yue keluar dari kamarnya dan ia melihat kakaknya, Gu Ya Ru sudah duduk di ruang tamu sedang memberikan instruksi kepada pegawai mereka.

Ini resep obat yang terbaru, kata Gu Yue sambil menyerahkan sebotol guci kecil kepada pegawai itu.

Gu Ya Ru lalu menyuruh pegawai itu pergi meninggalkan mereka berdua.

Bagaimana dengan resep yang kuberikan tempo hari itu, bagus tidak? Tanya Gu Yue kepada Ya Ru.

Tak kusangka ilmu pengobatanmu demikian hebat. Aku sampai malu sendiri, kata Ya Ru.


Ah, aku tidak sehebat kakak. Kakak bisa mengurusi keluarga ini dengan begitu baik. Kakak bahkan lebih hebat daripada si tua bangka itu! kata Gu Yue.

Gu Ya Ru tersenyum, lalu berkata,

Dulu aku selalu berpikir, bahwa wanita itu harus mencari seorang suami yang baik, itu yang paling penting. Tapi sekarang aku justru berpikir bahwa hal ini justru menggelikan!

Gu Yue tersenyum mendengar ucapan kakaknya ini. Tiba-tiba Meng Lin masuk ke dalam ruangan itu. Begitu melihat Meng Lin, Gu Yue pun langsung pamit sama kakaknya.


Aku berangkat dulu ya, kak!

Eh, hati-hati sama He An Zhou itu! Pesan Ya Ru kepada Gu Yue.

Gu Yue...! Meng Lin menyapa Gu Yue. Tapi Gu Yue malah mengibaskan tangannya dan berlalu tanpa memandang Meng Lin sama sekali.

Ada apa dengan kalian? Kalian lagi ribut, ya? Tanya Gu Ya Ru kepada Meng Lin. Tapi Meng Lin diam saja tidak menjawab.

Gu Yue memang pergi ke rumah keluarga He untuk mengobati He Qi Yang.

Nyonya besar, jangan khawatir. Setelah lewat beberapa hari, dia sudah bisa di-akupunktur! Kata Gu Yue.


Kondisi Qi Yang semakin hari semakin membaik. Nona Gu Yue, aku sangat berterima-kasih kepadamu. Engkau tidak menyimpan dendam kepada kami! Kata nyonya He.

Ini sudah kewajibanku sebagai seorang tabib, kata Gu Yue.

Tiba-tiba seorang prajurit datang berteriak-teriak menghampiri mereka.

Nyonya besar, gawat...gawat...! Makam tuan He sudah dihancurkan orang!

Apa...? Seru nyonya He kaget.


Nona Gu, hari ini aku tidak bisa mengantarmu pulang. Tunggu aja sampai aku pulang esok, aku akan datang sendiri menjemputmu! Kata nyonya He kepada Gu Yue sebelum pergi dengan prajurit itu.

Tanpa mereka sadari, di balik tembok, He An Zhou sedang menguping pembicaraan mereka. Pria itu sedang mengawasi Gu Yue dengan rencana jahat di kepalanya.

He An Zhou berhasil menangkap Gu Yue. Gadis itu disekap di dalam sebuah kamar tahanan. Gu Yue duduk di atas lantai dalam keadaan kedua tangan terikat. Sedangkan He An Zhou kini duduk santai di atas sebuah kursi sambil memegang sebatang pisau.


Yue Yue, jangan mencoba melepaskan diri lagi. Ternyata gak mudah ya berurusan dengan kamu. Kalau aku tidak turun tangan sekarang, begitu He Qi Yang bangun, tentu bisa gawat aku, kata An Zhou.

Kalau aku ketahuan menghilang oleh nyonya He esok, beliau pasti akan mencurigaimu. Kalau gak mau hidupmu berakhir dengan tragis, lebih baik cepat lepaskan aku! Kata Gu Yue.

Tapi An Zhou malah tertawa terbahak-bahak.

Melepaskan kamu? kau yang bodoh atau kau menganggapku orang bodoh? Yue Yue-ku yang baik, kau harus tahu bahwa kali ini, kau bukanlah targetku satu-satunya! Kata An Zhou sambil mengelus pipi Gu Yue.


Sementara itu, Meng Lin sedang memikirkan Gu Yue di dalam kamarnya.

Kalau gak salah, hari ini adalah hari terakhir dari permainan ini. Sampai sekarang aku belum berhasil menemukan pasangan yang bisa menggantikan aku untuk menemani Gu Yue. Gu Yue sedang marah padaku. Aku juga tidak ada waktu lagi untuk pamit dengannya ! Pikir Meng Lin gelisah.

Tiba-tiba pintu kamar Meng Lin terbuka dan Gu Ya Ru masuk sambil berseru,

Meng Lin, baru saja ada orang yang mengabarkan ke mari, bahwa Gu Yue telah dibawa oleh He An Zhou ke dalam kamar tahanan! Aduh, gimana ini?


Apa? Dia lagi dia lagi! Meng Lin langsung bangkit berdiri dan buru-buru keluar dari kamar.

Alarm dari sistem langsung memberikan peringatan keras kepada Meng Lin:

PERINGATAN:

MISI INI BERBAHAYA ! PARA PEMAIN DILARANG MENGGUNAKAN SENJATA APA PUN ! SENJATA HANYA DAPAT DIGUNAKAN SATU KALI SAJA DALAM KEADAAN KRITIS ! PEMAIN BOLEH BEBAS MEMILIH ! JIKA PEMAIN TEWAS, DIA TIDAK AKAN BISA HIDUP KEMBALI ! SAYANGI JIWAMU, PIKIRKAN BAIK-BAIK !


Tapi Meng Lin tidak bisa berpikir lagi lama-lama. Ia langsung menerima misi tersebut tanpa berpikir panjang lagi.

Meng Lin berhasil masuk ke dalam kamar tahanan itu dan melihat Gu Yue duduk di atas sebuah kursi dalam keadaan mulut tersumpal dan tangan terikat.

Gu Yue ! Seru Meng Lin begitu melihat Gu Yue. Gu Yue menggeleng-gelengkan kepalanya, maksudnya mau menyuruh Meng Lin pergi dari situ.

Nyonya ketiga...! Ini adalah jalan menuju rumah tahanan. Tapi kau bisa datang dengan begitu mudah. Tidakkah kau merasa ini mencurigakan? Oh, karena kau sudah bertekad untuk menyelamatkan orang. Sungguh membuat hatiku terharu! Kata He An Zhou.


He An Zhou berjalan mendekati Meng Lin. Pas pria itu sudah sampai di belakang Meng Lin, gadis itu baru menyadari bahwa ia tidak bisa menggunakan senjata apa pun di dalam misi penyelamatan ini.

Gawat! Aku lupa aku gak bisa lagi menggunakan senjata! Seru Meng Lin di dalam hati.

Secepat kilat Meng Lin membalikkan tubuhnya untuk memukul He An Zhou, tapi sekali tangan An Zhou bergerak, tangan Meng Lin sudah ditangkap oleh pria itu, dan dengan secepat kilat juga sebilah pisau langsung ditusukkan dengan telak ke perut Meng Lin.


Nyonya ketiga, kau datang mau menyelamatkan orang? Kau gak bisa datang tanpa membawa senjata. Bukankah engkau sangat hebat? Kukira kau sehebat apa...! Kata He An Zhou sambil menusukkan pisau itu berkali-kali ke perut Meng Lin.

Darah keluar dari mulut Meng Lin dan tumpah ke tangan He An Zhou. Sementara itu Gu Yue menjerit-jerit dengan mulut tersumpal melihat adegan itu.

Salah kalian sendiri. Kalian sendiri yang memaksaku melakukan hal ini. Aku tahu kau pasti akan datang ke sini, nona Bai! Kata He An Zhou sambil menarik pisaunya. Meng Lin pun sempoyongan jatuh di atas lantai.


Terdengar suara alarm permainan mengeluarkan peringatan:

TERDETEKSI:

PEMAIN DALAM KONDISI KRITIS ! SENJATA SIAP DIGUNAKAN!

Gu Yue, jangan takut...! Kata Meng Lin sambil berusaha untuk berdiri kembali.

Suara alarm berbunyi kembali:

PEMAIN SUDAH MEMILIH SENJATANYA!


Gu Yue, aku bersedia....! Kata Meng Lin sebelum ia roboh lagi di atas lantai.

Gu Yue menangis sambil menjerit-jerit. Karena mulutnya tersumpal, jadi teriakannya terdengar aneh.

Aku tahu bahwa semua ini hanyalah sebuah permainan belaka. Tapi di dalam hatiku...aku benar-benar mencintaimu....! Kata Meng Lin sebelum ia roboh lagi di atas lantai.

He An Zhou... kubunuh kau...! Teriak Gu Yue sambil menangis.

Mau membunuhku? Ayo, silahkan...! Aku tunggu....! Kata He An Zhou sambil tertawa-tawa.


Seret mayat perempuan ini ke kamar He Qi Yang! Perintah He An Zhou kepada anak buahnya.

Sementara itu alarm di tangan Meng Lin langsung bergerak dengan cepat dari hitungan 3, lalu 2, 1 dan....akhirnya mencapai angka 0 !

Suara alarm pun berbunyi kembali:

TOKOH YANG DIMAINKAN OLEH PLAYER SUDAH MATI. MISI SUDAH GAGAL. RIWAYAT PERMAINAN AKAN SEGERA DIHAPUS !

Kita kembali lagi ke kamar He Qi Yang.


Suara tembakan itu ternyata tidak menyasar kepada He Qi Yang melainkan pada diri He An Zhou sendiri.

Apa yang terjadi sebenarnya?

Saat He An Zhou melepaskan tembakan, ternyata pistolnya macet karena sudah tidak ada peluru lagi di situ. An Zhou sempat dua kali melepaskan tembakan, tapi tidak ada satu pun peluru yang keluar dari pistolnya itu. Berbarengan dengan tembakan yang dilepas oleh An Zhou, Gu Yue juga melepaskan tembakan ke tubuh An Zhou dari belakang. Peluru Gu Yue menembus punggung An Zhou dengan telak dan pria itu langsung roboh di atas lantai.


Setelah An Zhou roboh, Gu Yue masih terus menembaki tubuh pria itu seperti orang kalap. Gadis itu terus menembak sambil menjerit-jerit histeris.

Setelah puas menembak, Gu Yue menatap tubuh An Zhou sambil terus memegangi pistolnya. An Zhou menggelinjang sekarat dan dari mulutnya terus mengeluarkan darah segar. Nyonya He sangat terguncang melihat keadaan putranya ini.

Jangan menembak lagi...! Kata nyonya He kepada Gu Yue.

Nyonya He lalu berjongkok di samping tubuh He An Zhou dan berkata,


An Zhou, kau bisa mendengar suara ibu?

Mendengar pertanyaan ibunya, An Zhou memandang ibunya dan ia teringat kembali akan kenangan di masa lalu antara ibu dan anak.

Ibu, apakah engkau bisa tidur dengan nyenyak? Tanya An Zhou kepada nyonya He.

Untung ada bunga penenang pikiran yang kau kirimkan itu. Jadi ibu bisa tidur. Terima kasih atas perhatianmu! Jawab nyonya He.

Bunga...itu sudah mekar..! Kata An Zhou dengan susah payah.


Antarkan bunga ini kepada ibu! Perintah An Zhou kepada anak buahnya.

Mulai sekarang kau adalah putraku. Margamu adalah He sekarang. Tidak ada seorang pun yang bisa menyakitimu lagi!

Bunga...itu sudah mekar..! Ulang An Zhou lagi dengan suara terbata-bata.

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, nyawa He An Zhou pun melayang. Nyonya He menutup mata An Zhou dengan tangannya sambil menangis.


Setelah hatinya mulai tenang, Gu Yue mengalihkan pandangannya kepada mayat Meng Lin. Perlahan-lahan Gu Yue berjalan mendekati mayat gadis itu.

Sudah gak apa-apa lagi, ibu...! He Qi Yang berusaha menenangkan hati nyonya He.

Berikanlah sedikit waktu untuk nona Gu, kata He Qi Yang lagi.

Gu Yue lalu berlutut di samping mayat Meng Lin. Gadis itu meraba wajah Meng Lin sambil berkata,


Meng Lin...! Masih ingatkah kamu saat kita pertama kali bertemu? Saat itu aku sudah tahu bahwa kamu adalah seorang penipu. Aku tahu kamu tidak menyukai tempat ini. Mari kuantar kamu pulang!

Gu Yue lalu memeluk tubuh Meng Lin sambil menangis.

Ayo, kita pulang...! Kata Gu Yue.

Gu Yue teringat lagi perkataan Meng Lin kepada dirinya waktu itu.


Jangan takut...!

Ada aku di sini....!

Jangan takut, Yue Yue...!

Gu Yue, aku bersedia...!


Ayo, kuantar pulang...! Kau peluk aku yang erat...! Peluk aku yang erat...! Kata Gu Yue sambil terisak.

Sementara itu, di atas ranjangnya, He Qi Yang menangis melihat adegan Gu Yue yang menangisi kematian Meng Lin.

Tuan Cheng, ada surat untukmu ! Seorang pelayan menyerahkan sepucuk surat kepada tuan Cheng.

Ternyata surat itu dari Gu Yue yang memberitakan tentang kematian Meng Lin kepada tuan Cheng. Setelah membaca surat tersebut, mata tuan Cheng pun berkaca-kaca.


Gu Yue menguburkan mayat Meng Lin di tempat yang sama dengan makam teman-temannya di hutan. Ia baru saja mau bersembahyang di samping makam Meng Lin.

Meng Lin, kamu lihat hari ini sepertinya akan turun hujan. Jadi aku harus secepatnya menyalakan lilin ini, kata Gu Yue.

Tapi baru saja Gu Yue hendak menyalakan lilinnya, hujan pun turun. Tapi Gu Yue tetap berusaha untuk menyalakan lilin. Tapi tentu saja korek apinya tidak bisa menyala karena basah oleh air hujan.


Akhirnya Gu Yue menghentikan usahanya. Gadis itu lalu menatap pusara Meng Lin sambil berkata,

Bai Meng Lin, engkau penipu besar! Tapi...aku sangat merindukanmu. Aku sangat merindukanmu....!

Gu Yue menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis tersedu-sedu.



Sementara itu hujan masih turun dengan derasnya, tapi Gu Yue masih tetap menangis di makam Meng Lin.

Meng Lin, aku sangat merindukanmu....! Kata Gu Yue lagi sambil terus menangis.

Seorang pria dengan payung di tangan terlihat berjalan perlahan-lahan menghampiri Gu Yue. Pria itu lalu berjongkok di samping Gu Yue.



Gu Yue mengalihkan wajahnya pada pria itu. Pria itu ternyata adalah He Qi Yang.

He Qi Yang...? Sapa Gu Yue dengan keheranan.

Ada orang yang menitipkan pesan kepadaku untuk disampaikan kepadamu! Kata He Qi Yang.



Gu Yue memandang He Qi Yang dengan keheranan. Loh apa pula ini?

Cahaya lilin tidak akan pernah padam...! Kata He Qi Yang.

Oh, ternyata pesannya seperti ini!

Dia...akan selamanya menyala di dalam hatimu! Kata He Qi Yang lagi.



SPOILER !

BACA ARTIKEL INI SAMPAI AKHIR YA, TEMAN-TEMAN! KARENA TULISAN DI BAWAH INI SANGATLAH PENTING! YANG GAK MAU BACA AKAN RUGI SENDIRI !


CEO MENG MENGHAMPIRI ZHOU ZHOU DAN BERKATA,

BOLEHKAH AKU BERTEMU LAGI DENGAN GU YUE? KUMOHON PADAMU, ZHOU ZHOU...!

MENDENGAR SUARA PRIA YANG TADINYA ANGKUH DAN SUKA MENGHINA INI MENDADAK MENJADI LEMBUT DAN BERHATI-HATI, ZHOU ZHOU LALU BERHENTI MENGETIK DI ATAS KEYBOARD DAN MEMEGANG DAGUNYA.

SEBUAH SENYUM KEMENANGAN MUNCUL PADA BIBIRNYA YANG TERSEMBUNYI DI BALIK TOPENG.

OKE, TAPI KAMU BUKANLAH BAI MENG LIN LAGI...!



T  A  M  A  T


**********

 

Sumber Foto: https://sogou.com