Search This Blog:

Select Language To Translate Articles Here:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Monday, July 18, 2022

Sinopsis Lengkap Episode 01 Sd 10 Drama Legend Of Yun Ze 云泽传 Season 1


Season 1:

Sinopsis Episode 1:

Desa Changshui...

Ada seorang perempuan sedang menangis !

Hukum karma !

Benar-benar hukum karma !

Legend Of Yun Ze Season 1

Haus ya?

Ayo, minumlah !

Langit bergemuruh....

Jiang Zhao Yun, seorang gadis murid pertama dari sekte Wuling turun gunung setelah mendapat misi dari gurunya. Ia dibimbing oleh pedang Tange yang dibawanya sampai ke desa Changshui. 


Setelah berguru bertahun-tahun lamanya, akhirnya hari ini datang juga misi dari langit. Tapi kenapa pedang Tange justru membawaku ke tempat ini? Zhao Yun bertanya-tanya di dalam hatinya.


Ya, sudahlah. Mulai saja ! Zhao Yun mengangkat tangan kiri di depan dadanya dan mengucapkan mantera,

Formasi ! Zhao Yun lalu menarik keluar pedangnya dan mengarahkannya ke atas langit sambil mengucapkan mantera lagi,


Buka ! Berbarengan dengan itu dari pedang tersebut memancar keluar selarik sinar biru ke atas langit dan suara petir pun menggelegar.

Mendadak dari atas langit turun selarik sinar merah dan seorang gadis tiba-tiba terjatuh dari atas langit ! Gadis itu cuma memakai sehelai handuk. Tampaknya ia baru sehabis mandi !


Apa-apaan ini ? Zhao Yun bertanya-tanya di dalam hati.

Wah, alangkah cantiknya kakak bidadari ini ! kata gadis itu begitu melihat Jiang Zhao Yun. Gadis itu tertawa melihat Zhao Yun.


Kenapa dia tertawa? Zhao Yun heran.

Eh, bukannya aku lagi mandi? Kenapa aku bisa ada di sini? Tempat apa ini? Gadis itu kelihatan bingung.


Dia ini silumankah? Bukan, dia manusia biasa, pikir Zhao Yun setelah mengamati gadis itu.

Aduh, Mak ! Apa aku sedang bermimpi? kata gadis itu.


Seorang anak gadis, kenapa begitu buka mulut langsung mengucapkan kata-kata kasar? tanya Zhao Yun kepada gadis itu.

Kakak bidadari, aku mau bertanya padamu, kata gadis itu sambil maju mendekati Zhao Yun.

Berhenti ! Zhao Yun menghunuskan pedangnya di depan gadis itu.

Apakah kamu mendengar....? Belum selesai ucapan gadis itu, mendadak handuk yang membungkus tubuh gadis itu melorot jatuh dan Zhao Yun langsung memalingkan kepalanya. Gadis itu buru-buru memungut kembali handuknya itu.


Maaf, kata Zhao Yun sambil menunduk.

Oh, tidak apa-apa. Kita semua adalah perempuan. Tubuhku juga biasa-biasa saja. Mohon dimaafkan, kata gadis itu sambil tersenyum.


Kakak, numpang tanya...? Gadis itu berjalan mendekati Zhao Yun. Belum selesai ucapannya, Zhao Yun sudah mengucapkan mantera lagi lewat cincin di jari telunjuknya,


Cincin Wasiat ! Buka ! tiba-tiba di tangan Zhao Yun sudah ada seperangkat pakaian.

Cepat kenakan ! kata Zhao Yun sambil melemparkan pakaian itu kepada gadis itu.

Sudah, kakak ! kata gadis itu setelah selesai berpakaian. Ia menghampiri Zhao Yun sambil berkata,

Kakak bidadari, aku serius ingin menanyakan sesuatu kepadamu.


Zhao Yun membalikkan badannya dan sekarang mereka saling berhadapan. Setelah berpakaian lengkap, penampilan gadis itu lantas berubah. Kedua gadis itu saling memandang satu sama lain. Zhao Yun kelihatan salah tingkah.


Tiba-tiba gadis itu mendengar suara aneh di telinganya. Ia pun bertanya kepada Zhao Yun,

Eh, apakah kamu ada mendengar suara perempuan sedang menangis?

Sinopsis Episode 2:

Apakah kamu mendengar suara perempuan menangis? tanya gadis itu.

Omong ya omong mau apa dekat-dekat? kata Zhao Yun.


Oh, maaf kalau aku sudah berlaku sembarangan, kata gadis itu.

Sebaiknya nona cepat tinggalkan tempat ini. Tempat ini berbahaya, kata Zhao Yun.

Eh, kamu yang muncul di dalam mimpiku, kamu aja yang pergi, kata gadis itu.

Ya, sudah aku pergi, kata Zhao Yun. 


Eh, tunggu sebentar ! Pas gadis itu memegang tangan Zhao Yun, mendadak ada aliran seperti listrik naik dari tangannya membuat Zhao Yun seperti disetrum.  
 
Dia bisa menggetarkan hatiku. Siapa gadis ini sebenarnya? Jangan-jangan dia... pikir Zhao Yun.

Lepaskan tanganmu ! 


Oh, tadi tanganku bergerak reflek. Aku cuma agak takut, kata gadis itu.

Maaf, nona siapa? tanya Zhao Yun.

Namaku A Ze. Kamu? tanya gadis itu.

Aku Jiang Zhao Yun, seorang pendeta Dao. A Ze ketawa. 


Kenapa ketawa?

Pendeta Dao? Mau tanya, kak. Apakah kakak punya teman yang sealiran? 

Aku belajar di sekte Wuling. Selama ini aku cuma belajar sihir untuk membasmi siluman, jawab Zhao Yun.

Kamu belum menjawab pertanyaanku, kata A Ze.

Tidak punya, jawab Zhao Yun.

Kebetulan sekali. Aku juga belajar Dao. Halo, sahabat Dao !

Maaf, nona belajar di sekte mana? tanya Zhao Yun.

Sekte tak dikenal, jawab A Ze. Lalu ia menyambung lagi,

Sejak kecil aku dibesarkan oleh seorang pendeta Dao busuk. Tapi yang aneh adalah, aku selalu melihat hal-hal yang aneh. Makanya guruku suruh aku belajar Dao, tapi aku tak becus belajar.

 

Kamu datang darimana dan hendak pergi ke mana? tanya Zhao Yun.

Itu dia anehnya. Aku lagi mandi tiba-tiba aja aku sudah terjatuh ke tempat ini. Ini tempat apa sih? tanya A Ze.

Ini di dekat desa Changshui, jawab Zhao Yun.


Desa Changshui? Di mana desa Changshui itu? Apakah kamu benar-benar tidak mendengar ada perempuan sedang menangis? tanya A Ze.

Tapi Zhao Yun menggelengkan kepalanya.

Maukah kamu menemani aku melihat-lihat ke sana? ajak A Ze.

Sinopsis Episode 3:

Jiang Zhao Yun dan A Ze akhirnya memasuki desa Changshui. Desa Changshui sangat sepi dan lengang. Seorang wanita menghampiri mereka dan berkata,


Nona berdua tolonglah kami. Tujuh hari yang lalu, desa Changshui entah kenapa tidak bisa dimasuki. Anak perempuanku masih ada di dalam. Tolonglah dia !

Kenapa desa ini begini sepi? kata Zhao Yun.

Suara perempuan itu berasal dari dalam, kata A Ze sembari melangkah masuk.

Berhenti ! kata Zhao Yun. Jangan bergerak ! A Ze pun menghentikan langkahnya.

Zhao Yun merasakan hawa siluman yang pekat menyelubungi tempat itu. Ia lalu mengucapkan mantera,

Formasi...Pecahkan ! Seketika itu juga hawa siluman lenyap.


Ayo, kita masuk ! kata Zhao Yun. Setelah berjalan beberapa langkah tiba-tiba terdengar suara lagi. Keduanya langsung berhenti.

Sebaiknya kamu di sini aja, kata Zhao Yun kepada A Ze. Tiba-tiba A Ze mendengar suara di dalam telinganya,

Dosa kejahatanmu sangat besar. Aku ingin melihatmu mati !

Gawat ! kata A Ze. Suara itu kembali terdengar di telinga A Ze,

Cepatlah sadar ! Kumohon padamu !

Darimana asal suara itu ya? A Ze bertanya-tanya di dalam hati.

Tanpa sadar ia terus berjalan. Tiba-tiba ia mendengar bunyi langkah di belakangnya. A Ze pun menengok ke belakang. Seorang nenek ternyata sudah berdiri di belakangnya. A Ze kaget dan menyapa nenek itu,

Nenek, engkau ada keperluan?

Apakah nona punya air? tanya nenek itu. Aku sangat haus. Anak dan menantuku keluar mencari air. Sudah 2 hari mereka tidak kembali.


Nenek, aku juga tidak punya air, jawab A Ze. 

Tiba-tiba wajah nenek itu berubah. Mendadak ia mencengkram lengan A Ze dan berteriak,

Kalau begitu serahkan nyawamu !

Ma mi ma mi uh...! Enyahlah ! kata A Ze sembari menampar wajah nenek itu.


Serah...kan! nenek itu terlihat linglung.

Serahkan kepalamu...! kata A Ze. Nenek itu seperti lemas. A Ze mengguncang-guncang kedua bahu si nenek seraya menyadarkannya.

Nenek, nenek...sadarlah ! Tiba-tiba si nenek mengangkat kepalanya dan kedua tangannya langsung mencekik leher A Ze.

Mati aku ! A Ze mengeluh di dalam hati. Tenaganya sungguh kuat. Ia tidak bisa melepaskan diri dari cekikan si nenek


Matilah kamu ! kata si nenek.

Sebuah jari tangan menyentuh dahi si nenek dan sebuah telapak tangan menghantam dadanya. Cekikan si nenek langsung terlepas dan ia terjatuh di atas tanah. Jiang Zhao Yun sudah berdiri di depan A Ze.

Si nenek lalu bangun dan berusaha menangkap tangan Zhao Yun. Akan tetapi lagi-lagi dengan mudah ia dijatuhkan kembali oleh Zhao Yun.

Bedebah ! Qing Ping ! seru Zhao Yun dan sebuah pedang langsung muncul di tangannya.


Kak, jangan bunuh dia ! Dia cuma kerasukan ! teriak A Ze sambil berlari menghampiri Zhao Yun. Zhao Yun kembali mengucap mantera.

Semuanya ! Zhao Yun mengelebatkan pedangnya ke arah si nenek dan sebuah bayangan hitam langsung keluar dari tubuh si nenek. Nenek itu langsung roboh.

Nenek ! A Ze berlari menghampiri si nenek. Ia meletakkan jarinya di depan hidung si nenek untuk memastikan si nenek masih hidup.


Engkau sudah tidak apa-apa kan? tanya Zhao Yun kepada si nenek. Nenek itu sudah sadar dan duduk di atas tanah.

Nona, kenapa aku bisa berada di tempat ini? tanya si nenek kepada Zhao Yun.

Di luar tidak aman. Sebaiknya engkau pulang saja. Ini pil pembersih hati yang bisa menjaga kesadaranmu, kata Zhao Yun sambil mengeluarkan sebutir pil. Si nenek mengucapkan terima kasih.


Aku sangat haus. Aku tidak bisa berjalan lagi. Kumohon...tolonglah temukan keluargaku, kata si nenek.

Nenek, engkau jangan panik. Kami akan membantumu menemukan mereka, kata A Ze.

Ayo, ke sinikan tanganmu! A Ze meletakkan jarinya di atas tangan si nenek dan setitik cahaya merah muncul di dahi A Ze.

Sebuah penglihatan berkelebat di dalam kepala A Ze. Di situ terlihat anak dan menantu si nenek pergi keluar mencari air dan mereka berdua tidak kembali lagi.

Akan kucari mereka, kata A Ze dan ia langsung berdiri dan berjalan pergi.

Tiba-tiba angin berhembus. Zhao Yun langsung berseru kepada A Ze,

Berhenti !

Ayo, kita pergi ! kata A Ze kepada Zhao Yun.

Tapi Zhao Yun merasakan ada sesuatu yang aneh pada diri A Ze. Ia menghampiri A Ze dan jarinya langsung bergerak di tubuh A Ze. A Ze pun langsung jatuh tertidur. Zhao Yun langsung merangkul A Ze.

Sinopsis Episode 4:

Zhao Yun membopong A Ze yang sedang tertidur ke sebuah rumah kosong. Ia menyenderkan kepala gadis itu pada sebuah pilar kayu. Kemudian ia membaca mantera,


Formasi ! Seberkas cahaya biru berkelebat di depan pekarangan rumah.

Kenapa setiap memandangi wajahnya hatiku selalu merasa tidak tenang? Zhao Yun memandang wajah A Ze sambil berpikir.

Tak lama kemudian A Ze terbangun dari tidurnya. Zhao Yun cepat-cepat mengalihkan pandangannya.


Kamu sudah sadar? tanya Zhao Yun kepada gadis itu.

Aku...di mana ini? tanya A Ze.

Kamu dikuasai hawa siluman. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa, jawab Zhao Yun.


Zhao Yun menggerakkan tangannya dan sebutir pil merah pun muncul di tangannya.

Minumlah obat ini, kata Zhao Yun sambil menyodorkan obat itu kepada A Ze.

Obatnya gede amat? kata A Ze. 

Zhao Yun kembali menggerakkan tangannya dan sebuah poci teh tiba-tiba sudah ada di tangannya.

Nih ! Poci teh itu disodorkannya kepada A Ze.

Cincin Wasiat? Wah, asyik nih ! A Ze tertawa senang. Ia langsung minum obat itu.

Perutku sudah lapar. Aku ingin makan, kata A Ze sambil tertawa.

Zhao Yun menggerakkan tangannya lagi dan sepotong bakpao langsung muncul di tangannya. Ia menyodorkan bakpao itu kepada A Ze.

Aku tidak mau makan ini. Kamu sudah terbiasa ya makan bakpao? A Ze mendorong balik tangan Zhao Yun.


Orang yang belajar Dao harus belajar menahan keinginan, menahan hawa nafsu, kata Zhao Yun.

Aku tidak setuju ! Misalnya aku mau mengurangi berat badan.  Tidak mungkin kan aku sengaja menahan lapar tidak makan apa-apa? Kalau perutku kenyang, aku baru punya tenaga untuk diet, kata A Ze sambil tertawa.


Kamu sudah kurus, tidak perlu diet lagi, kata Zhao Yun.

Bukan begitu. Maksudku segala sesuatu ada batasnya, paham?

Ngawur ! Sejak masuk perguruan, aku selalu mengingat baik-baik kelima pantangan itu. Tidak pernah kulanggar sekalipun, kata Zhao Yun.


Kenapa sih kamu belajar ilmu Dao? tanya A Ze.

Kamu sendiri kenapa? balas Zhao Yun.

Demi menolak bala, jawab A Ze.


Omong-omong, aku belum pernah melihat ilmu yang kamu gunakan tadi terhadap orang tua itu, kata Zhao Yun.

Itu bakat alam yang kumiliki. Namanya ilmu penembus jiwa, kata A Ze sambil tertawa.

Ilmu penembus jiwa?


Misalnya begini, A Ze mengulurkan tangannya hendak menyentuh tangan Zhao Yun, tapi gadis itu buru-buru menarik tangannya.

Ai ya, biarkan aku meraba tanganmu. Dengan begitu aku bisa mengetahui apa yang kamu pikirkan di dalam hati, rengek A Ze.

Aku tidak punya beban pikiran, jawab Zhao Yun.


Dasar sensitif ! A Ze pun ngambek.

Aku lihat kondisimu sudah membaik, kata Zhao Yun sambil bangkit berdiri.

Ah, belum kok. Kepalaku masih pusing, kata A Ze.


Seluruh desa ini diselimuti oleh hawa siluman. Ini harus disingkirkan. Aku mau keluar sebentar melihat keadaan. Kamu tunggu aja di sini, kata Zhao Yun sambil melangkah pergi.

Tunggu, aku ikut denganmu, kata A Ze.

Jangan, kamu ikut malah jadi beban nanti, kata Zhao Yun.


Aku harus ikut. Aku tahu kamu tidak bisa mendengar suara tangisan perempuan itu. Tapi aku jelas-jelas dapat merasakannya. Dia sedang berduka, putus asa, tidak rela dan sangat sedih. Aku ingin tahu apa yang terjadi pada dirinya, kata A Ze.

Paling juga roh halus yang berulah, kata Zhao Yun.

Roh halus itu tadinya manusia juga. Manusia itu tidak semuanya baik, siluman juga tidak semuanya jahat, kata A Ze.


Manusia adalah manusia. Siluman adalah siluman, kata Zhao Yun.

Aku pergi sendiri aja. Kamu tak usah mengurusiku, kata A Ze kesal. Ia bergegas meninggalkan Zhao Yun.

Tunggu dulu !

Apa lagi? A Ze membalikkan badannya.


Zhao Yun menggerakkan tangannya dan tahu-tahu sebatang seruling sudah ada di tangannya.

Ini Seruling Nyanyian Angin. Bisa menjaga pikiran. Jika seruling ini ditiup, aku bisa merasakannya. Di dalam seruling tersimpan sebilah pisau roh. Bisa digunakan untuk menjaga diri, kata Zhao Yun seraya memberikannya kepada A Ze.

Kamu rela memberikan benda sebagus ini kepadaku? tanya A Ze. Zhao Yun kelihatan salah tingkah.


Kalau begitu terima kasih, deh ! kata A Ze lagi.

Kupinjamkan kepadamu, jawab Zhao Yun. A Ze memalingkan mukanya sambil tersenyum.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar. Mereka berdua bergegas keluar dari rumah itu untuk mencari sumber suara yang datangnya dari sebuah tempat yang mirip seperti gudang.


Zhao Yun membuka pintu dan melongok ke dalam. Begitu pintu terbuka, ia langsung membalikkan tubuhnya seraya mengangkat tangan kirinya di depan mata A Ze,

Jangan melihat ! kata Zhao Yun. Tapi A Ze menurunkan tangan Zhao Yun dan melihat ke dalam.

Di dalam tampak 2 orang manusia. Seorang wanita dan seorang pria. Kepala pria itu ada di atas paha wanita itu. Tangan pria itu terkulai dan ada darah di tangannya.

Sinopsis Episode 5:

Jangan melihat ! kata Zhao Yun.

Tidak apa-apa, kata A Ze.


Wanita dan pria tersebut ternyata sudah meninggal. Di dekat mayat kedua orang itu ada sebilah pisau dapur. Dan di sekitar mayat terlihat darah berceceran.

A Ze teringat bahwa ia pernah melihat kedua orang ini saat ia menerawang si nenek. Pria dan wanita tersebut adalah anak dan menantu si nenek yang pergi meninggalkan rumah dan tidak kembali.


A Cheng ! Cepatlah sadar. Kumohon padamu....! Suara-suara ini pernah didengar oleh A Ze di dalam penglihatannya.

A Ze menghampiri mayat pria itu. Ia merangkapkan kedua jari tangannya sembari berucap,


Beristirahatlah dengan tenang...! Maafkan kelancanganku...

Kemudian ia mengarahkan kedua jari tangannya pada dahi pria itu dan mengerahkan mata batinnya. Cahaya merah muncul di atas dahi pria itu dan A Ze pun mendapatkan penglihatan kembali.


Tampak seorang gadis mendatangi rumah A Cheng sambil memohon-mohon di depan pintu,

Paman Cheng, kumohon padamu...Aku tidak mau menikah dengan si tua itu !


Bai Ling, kita tidak boleh menyinggung hati Kepala Desa. Kamu minta pertolongan saja sama yang lain, kata A Cheng sambil buru-buru menutup pintu.

Paman Cheng....Paman Cheng....! Gadis itu berteriak-teriak, akan tetapi A Cheng sudah menutup pintunya rapat-rapat.


A Ze tersadar kembali. Kemudian ia mengarahkan jari tangannya kembali, kali ini pada dahi wanita itu.

Di dalam penglihatannya, A Ze melihat lagi si gadis bernama Bai Ling itu sedang berbicara dengan wanita itu di jalan. Bai Ling memohon-mohon kepada wanita itu,


Bibi...Bibi...kumohon padamu! Tolonglah bantu aku menjelaskannya kepada Kepala Desa....!

Soal ini...bibi tidak bisa membantu. Kamu tumbuh dewasa berkat nasi keluarga Bai. Kita semua sudah membantu semampu kita, kata wanita itu sambil meninggalkan Bai Ling.


Bibi...Bibi...! Bai Ling masih terus memanggil-manggil.

Pada hari pernikahannya, Bai Ling dipaksa oleh warga desa untuk melakukan upacara pernikahan dengan Kepala Desa.


Aku tidak mau. Kumohon lepaskan aku...! Bai Ling memohon-mohon sambil menangis. Tapi tak ada orang yang berani menolongnya.

Keesokan harinya, Bai Ling yang berpakaian merah-merah berjalan ke arah sumur di belakang rumah. Ia naik ke atas sumur dan berkata,


Aku...Bai Ling akan tinggal di dalam sumur ini...menemani kalian seumur hidup sampai kalian mati ! Setelah menyelesaikan ucapannya, Bai Ling meloncat ke dalam sumur.

A Ze tersadar kembali. Dengan lemas ia berjalan ke tempat Zhao Yun.


Kamu kenapa? tanya Zhao Yun.

Kita pergi ke sumur ! Sudah tidak keburu lagi. Nanti kujelaskan sambil berjalan, jawab A Ze sambil menarik tangan Zhao Yun.


Seorang pria setengah tua berjalan linglung ke arah sumur. Sembari berjalan ia terus-menerus bergumam,

Haus...haus sekali...! Pria ini lalu naik ke atas sumur.


Tahan ! teriak A Ze yang berlari-lari tiba di tempat itu bersama Zhao Yun.

Pria itu lalu turun dari sumur dan berjalan perlahan ke arah mereka. Ketika melihat A Ze, ia tertawa lalu berkata,


Nona yang cantik...Isteriku...!

Puiihhh ! Tak sudi....Muak aku ! Siapa sudi jadi istrimu...! Dasar tua bangka !!! teriak A Ze.


Sehabis mengucapkan perkataan tadi, A Ze baru sadar bahwa ia sudah kelewatan. Ia memandang Zhao Yun yang juga sedang menatapnya dengan heran.


Maafkan aku...! Habis aku sudah tidak tahan lagi, kata A Ze.

Tapi, kurasa aku sudah bisa menebak siapa orang ini ! lanjut A Ze.


Hmm...! Zhao Yun mengangguk-anggukkan kepalanya.

Tiba-tiba pria itu berjalan mendekati mereka. Ia mengulurkan kedua tangannya ke arah kedua orang gadis itu sambil berkata,


Malam pengantin...indah sekali...! Kamu bertahanlah dulu...sebentar juga lewat !

Tiba-tiba pria itu langsung menghambur ke arah mereka. Tapi Zhao Yun langsung menendangnya jatuh ke tanah.


Sudah tidak tahan lagi ! kata Zhao Yun. Lalu ia menghampiri pria itu dan menyentuhkan jarinya ke dahi pria itu sambil mengucapkan mantera,

Sadar ! Seketika itu juga pria itu tersadar dari mimpinya. Ia lalu bersimpuh di atas tanah dan berkata,


Pendeta...Bodhisattva hidup...kumohon tolonglah aku! Itu siluman rubahnya! Ia yang terus-menerus mengganduli aku! Dia ada di belakang kalian! kata pria itu sambil menunjuk ke belakang.


Zhao Yun dan A Ze saling memandang satu sama lain. Kemudian tampak segulung asap hitam keluar dari balik sebuah rumah dan terbang pergi dari tempat itu.


Asap itu lalu terbang ke arah pria itu dan menerpa kepalanya. Seketika itu juga pria itu kehilangan lagi kewarasannya. Ia lalu memungut sebuah batu besar dan bangun berdiri.


Zhao Yun dan A Ze yang sedang berdiri membelakangi pria itu tidak mengetahui bahwa pria itu tengah menghampiri mereka dengan batu besar di tangan.
 

Pria itu lalu menghantamkan batu itu ke arah mereka. Tapi di saat itu mendadak A Ze membalikkan tubuhnya.

Sinopsis Episode 6:

Kilas balik setengah bulan sebelumnya:

Bai Ling ini semakin dewasa semakin cantik. Sayang, kedua orang tuanya sudah lama meninggal. Kalau tidak tentu urusan pernikahannya bisa berjalan dengan baik. Sayang sekali....!


Pada suatu hari Bai Ling pergi berdoa di depan sebuah arca batu.

Semua orang berkata bahwa engkau adalah dewa pelindung dari desa ini. Mohon engkau lindungi ayah ibuku di surga agar mereka bisa beristirahat dengan tenang. Ling Er pasti akan memberikan sesajen kepadamu setiap hari.



Setelah selesai berdoa, Bai Ling mengeluarkan sebuah apel dari kantong kain yang dibawanya. Ia mengusap-usap kulit apel itu sambil berkata,

Aku tidak punya makanan apa-apa. Tapi buah apel ini sangat manis. Semoga engkau berkenan menerimanya.


Bai Ling meletakkan buah apel itu di atas lengan kanan dari arca itu. Kemudian ia menyembah arca itu sekali lagi.

Pada suatu hari, saat Bai Ling sedang bermain ayunan, kepala desa melihatnya. Pria setengah tua ini tertawa terkekeh-kekeh dan di saat itu juga terbersit sebuah niat jahat di otaknya.


Ia menghampiri gadis yang sedang duduk di atas ayunan itu dan tangannya menepuk bahu gadis itu.

Bai Ling kecil, menikahlah dengan aku. Jadilah istri mudaku. Aku jamin kamu tidak akan kekurangan sandang pangan lagi seumur hidupmu, kata pria ini.


Cerita kembali lagi ke masa sekarang:

Pada saat pria ini hendak menghantamkan batu itu ke arah A Ze dan Jiang Zhao Yun, mendadak gerakannya terhenti dan batu itu jatuh ke atas tanah. Dari mulut pria ini menetes keluar darah segar dan ia lalu roboh di atas tanah.


Sebuah tangan berlumuran darah ditarik keluar dari punggung pria ini dan seorang gadis berbaju putih yang berwajah pucat sudah berdiri di belakang pria itu. Rupanya tangan tersebut adalah milik gadis ini.

Gadis ini adalah Bai Ling yang mati bunuh diri di dalam sumur. Akhirnya Bai Ling yang sudah menjadi hantu ini berhasil membalaskan dendamnya kepada si kepala desa.


A Ze dan Zhao Yun menatap Bai Ling dengan tajam. Lalu Zhao Yun berkata,

Pembunuhan adalah dosa yang amat berat ! Apakah kamu tahu kesalahanmu?


Mereka semua layak mati ! teriak Bai Ling.

Engkau sudah terjerumus ke jalan sesat ! kata Zhao Yun sambil mencabut payung saktinya.


Zhao Yun membuka payungnya. Payung itu lalu berputar-putar. Kemudian Zhao Yun melepaskan payungnya. Payung itu lalu terbang dan berputar-putar di atas kepala Bai Ling.


Payung Pengusir Roh...Masuk ! Zhao Yun mengucapkan mantera. Ajaib ! Tubuh Bai Ling langsung tersedot masuk ke dalam payung yang sekarang sudah berada di tangan Zhao Yun kembali.

Pendeta, tolong...tolonglah aku ! Pria itu ternyata belum mati.


Aku hanya bisa menangkap siluman, tidak bisa menolong manusia, kata Zhao Yun. Lalu ia menengok ke A Ze sambil bertanya,

Kamu bisa tidak?


Aku juga tidak bisa, jawab A Ze.

Kalau begitu, apa boleh buat ! kata Zhao Yun sambil melangkah pergi yang diikuti oleh A Ze.


Kak, aku tetap merasa aneh. Rasanya ada sesuatu yang tidak beres, kata A Ze sambil berjalan. Zhao Yun memandang ke sekeliling dan berkata,

Penduduk di desa ini saling membunuh. Ini semua adalah perbuatan iblis. Tapi hawa iblis yang ada di tubuh gadis itu berbeda. Bukan berasal dari sumber yang sama.


Sehabis mengucapkan ini mendadak sang arca batu yang pernah disembahyangi oleh Bai Ling itu muncul di depan mereka.

Arca...arca batu ! teriak A Ze. Tiba-tiba arca itu bisa berbicara,

Kembalikan dia kepadaku !


Wujud roh tingkat pertama, gumam Zhao Yun. Setelah menatap arca batu itu sejenak, Zhao Yun berkata lagi,

Ternyata engkau rupanya! Baru saja menjadi roh, engkau sudah membunuh orang. Engkau sudah tahu dosamu?

Kembalikan dia kepadaku ! teriak arca batu itu lagi.


Kak, hajar saja dia ! kata A Ze.

Zhao Yun mencabut pedang Tange dan mengelebatkan pedang ke arah arca batu itu. Selarik sinar biru menghantam arca itu. Arca itu langsung lenyap.

Heran, si bedebah ini sepertinya sengaja mencari mati, pikir Zhao Yun di dalam hati.


Para penduduk desa baru tersadar dari mimpi mereka.

Aih, kenapa aku bisa berada di sini?

Kenapa aku tidak bisa mengingat apa-apa?

Ah, kepalaku sakit....!


A Ze dan Zhao Yun memandang ke sekeliling. Mereka mendengar suara-suara dari para penduduk desa yang keheranan.

Eh, apa itu? tanya A Ze sambil menunjuk ke depan.

Keduanya langsung menuju ke tempat itu. Sebuah benda kecil berbentuk seperti kelereng tampak tergeletak di atas tanah.


Itu mungkin mutiara roh yang ditinggalkan oleh arca batu itu, kata Zhao Yun.

A Ze ingin memungut mutiara itu, tapi keburu dicegah oleh Zhao Yun.

Jangan sentuh sembarangan ! Zhao Yun memegang tangan A Ze. Dua pasang mata bertemu dan A Ze tersenyum. Zhao Yun menjadi salah tingkah, buru-buru dilepas kembali tangan A Ze.


Tidak apa-apa, kata A Ze. Lalu ia memungut benda itu.

Mutiara ini bisa meninggalkan sebuah kesan yang mendalam di hatiku, kata A Ze yang langsung mengerahkan tenaga batinnya dan sebuah penglihatan lantas muncul di dalam kepalanya.

Bai Ling...adalah seorang nona yang baik hati, kata arca batu itu di dalam hati.


Apel hari ini juga sangat manis, kata Bai Ling sambil menaruh apel di atas lengan arca itu.

Setelah Bai Ling meninggalkan tempat itu, arca batu itu lalu menjelma menjadi seorang pemuda. Bai Ling tidak bisa melihat pemuda ini. Pemuda ini mengikuti Bai Ling ke mana-mana. Ia duduk bersama Bai Ling sambil memakan apel itu. Saat Bai Ling bunuh diri, ia juga ada di sumur itu.


Aku...menerima sesajen yang tulus darinya. Sebagai roh...aku menjaganya. Karena dia menderita sendirian...tiada sandaran apa-apa...Bai Ling, jangan bersedih...Aku akan menemanimu...Jangan melompat ! Kalian semua...harus menggantikannya dengan nyawa kalian...!

Demikianlah roh arca batu ini membantu Bai Ling membalas dendam. Ia membuat semua penduduk desa Changshui menjadi tidak sadar dan saling membunuh.


Kini sudah jelas semua kronologis peristiwa dan misteri di balik suara-suara yang didengar oleh A Ze pun sudah terungkap semuanya.

Benar-benar hukum karma...!

Tujuh hari yang lalu, entah kenapa orang-orang tidak bisa keluar masuk di desa ini !


A Cheng, cepatlah sadar ! Kumohon....!

Matilah kamu !

Haus...!

Arca...arca batu !

Kembalikan dia kepadaku...kembalikan dia kepadaku....kembalikan dia kepadaku...!


Heran, si bedebah ini sepertinya sengaja mencari mati?

Penglihatan A Ze berakhir sampai di sini. A Ze membuka kembali matanya. Ia memandang Zhao Yun sambil berkata,

Aku ingin menanyakan sesuatu padamu...apakah gadis ini masih bisa menebus dosanya?

Sinopsis Episode 7:

Malam harinya, A Ze dan Jiang Zhao Yun beristirahat di sebuah hutan. Mereka menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh.


Jika berhasil menebus dosa, rohnya akan naik sendiri. Tapi jika rohnya jatuh, berarti gagal, kata Zhao Yun sambil menyalakan sebuah lilin.


Mereka sepakat untuk membantu roh Bai Ling menebus dosa. Zhao Yun memandang A Ze untuk meminta persetujuan. A Ze menganggukkan kepalanya tanda setuju.


Payung Pengusir Roh...Buka ! Zhao Yun mengeluarkan payungnya dan mengucapkan mantera.

Roh Bai Ling langsung keluar dari dalam payung, kali ini berbentuk orang-orangan dari kertas putih.


Bai Ling....! seru A Ze.

Zhao Yun lalu membakar secarik kertas jimat dan mengucapkan mantera. Selarik sinar biru keluar dari orang-orangan kertas itu lalu naik ke atas langit dan menggumpal menjadi satu di langit. Akan tetapi tak lama kemudian, sinar itu merosot jatuh dan masuk kembali ke dalam orang-orangan kertas itu.


Zhao Yun menghentikan manteranya. Mereka berdua saling memandang satu sama lain.

Rasa dukanya belum lenyap. Aku sulit untuk menebusnya, kata Zhao Yun.


A Ze menghela napas panjang dan tampak kecewa. Ia menyentuh orang-orangan kertas itu sambil berkata,


Manusia memang ada yang jahat. Tapi itu adalah dosa mereka...Nona Bai Ling, aku tahu engkau hidup sebatang kara. Tapi maukah engkau mengenal seseorang? kata A Ze yang teringat dengan si pemuda, penjelmaan dari arca batu itu.



A Ze menaruh butiran mutiara roh yang pernah dipungutnya waktu itu ke atas sebuah wadah lalu melanjutkan kata-katanya,


Roh arca batu itu sedang kebingungan. Engkaulah yang membuat dia mengenali manusia-manusia di dunia. Nona Bai Ling...Dia selalu menemanimu. Semoga engkau bisa mendapatkan sebuah penghiburan di alam baka. Sehingga engkau bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang...!


Sehabis mengucapkan kata-kata ini, tiba-tiba selarik sinar kuning keluar dari mutiara roh tersebut dan masuk ke dalam orang-orangan kertas tadi.


A Ze dan Zhao Yun tercengang melihat hal ini. Mereka saling memandang satu sama lain. Zhao Yun langsung menggigit jari tangannya hingga berdarah dan mengoleskan darahnya di atas kertas mantera. Mulutnya berkomat-kamit membaca mantera. Lalu muncul cahaya biru di kertas mantera dan api pun menyala di kertas itu.


Lalu orang-orangan kertas itu pun lenyap berubah menjadi butiran-butiran cahaya kuning yang kemudian naik ke atas langit. Cahaya-cahaya kuning itu pun kemudian lenyap di atas langit.


A Ze dan Zhao Yun lalu bangkit berdiri dan menatap langit dengan takjub. Setelah beberapa saat, Zhao Yun tersadar kembali. Ia menatap A Ze yang masih belum hilang rasa takjubnya.


A Ze...! panggil Zhao Yun.

Hmm...? A Ze baru tersadar.


Urusan ini sudah selesai ! Setelah ini nona A Ze hendak pergi ke mana? tanya Zhao Yun.


Aku...? Paling-paling aku pulang ke kota Lingchuan. Tiba-tiba aku lenyap seharian. Entah si pendeta tua itu mencemaskan aku atau tidak, kata A Ze.



Setelah terdiam sejenak, Zhao Yun lalu berkata dengan ragu-ragu,

Terus terang saja, ada sebuah persoalan yang mengganjal di dalam hatiku. Ini ada hubungannya denganmu. Jadi bisakah...kita melakukan perjalanan bersama....sambil mencari jawaban atas persoalan ini?



Bisa...bisa...! Itu yang kuharap-harapkan malah. Kalau aku bisa membawamu pulang dan mempertemukan kamu dengannya, si pendeta tua itu pasti akan senang sekali...! sahut A Ze dengan gembira.


Kenapa bisa begitu? tanya Zhao Yun keheranan.

A Ze tersenyum nakal. Perlahan-lahan ia mendekati Zhao Yun. Tadinya ia ingin menowel dagu Zhao Yun untuk menggoda gadis itu, tapi akhirnya tak jadi ia lakukan.


Karena...karena....aihh! Mungkin dia akan mengatakan...aku mempunyai teman yang sedemikian cantik dengan kepandaian Dao yang sedemikian hebat pula...Ini namanya keberuntungan di dalam tiga kehidupan...! kata A Ze dengan hati gembira.


Senang hati Zhao Yun mendengar ucapan A Ze ini, tapi di mulutnya ia hanya berkata,


Aku tidak sehebat itu...!

Ah, tidak...tidak...! bantah A Ze.


Aku masih ada sebuah persoalan lagi yang tidak kumengerti. Nona A Ze, bisakah engkau memberiku sebuah jawaban? tanya Zhao Yun.

Hmm...persoalan apa itu? tanya A Ze.



Entah kenapa...setiap kali aku melihatmu, hatiku selalu berdebar-debar tidak tenang...! kata Zhao Yun.


Mendengar perkataan Zhao Yun ini, A Ze sangat terkejut. Ia mengamati wajah Zhao Yun dengan penuh perhatian. Lalu perlahan-lahan Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Zhao Yun sambil berkata,


Kamu ini...jangan-jangan...siluman ya?

Sontak hati Zhao Yun bergetar kaget !

Sinopsis Episode 8:

Kamu ini...jangan-jangan...siluman ya? kata A Ze.



Kenapa kamu bisa berpikir begitu? tanya Zhao Yun. A Ze tertawa.

Itulah yang unik dari diriku. Siluman tanpa sadar akan mendekatiku. Tapi...hati mereka akan berdebar-debar tidak karuan !



Berdebar-debar tidak karuan...tidak selalu adalah siluman, kan? bantah Zhao Yun.

Terus...apa dong kalau begitu? goda A Ze. Tapi Zhao Yun langsung mengalihkan pembicaraan.



Sudah malam. Ayo cepat tidur...!

Zhao Yun lalu duduk bersemedi di atas tanah. Tapi tak lama kemudian ia terbangun dari semedinya.



Apa yang kamu lakukan? tanya Zhao Yun ketika melihat A Ze membaringkan kepala di atas pahanya.

Aiya...aku sudah lelah. Pinjam kakimu untuk berbaring, kata A Ze. Zhao Yun lalu mengucapkan mantera,



Cincin Wasiat...buka ! Sehelai selimut langsung muncul di tangan Zhao Yun. Ia lalu menyelimuti tubuh A Ze dengan selimut itu.

Setelah itu hati Zhao Yun terus merasa tidak tenang. Akhirnya Ia kembali membaca mantera,



Mantera penenang hati...!

Malam itu berlalu tanpa terjadi apa-apa.



Keesokan paginya ketika A Ze terbangun dari tidurnya, ia tidak melihat Zhao Yun berada di sisinya.

Ke mana dia? A Ze mencari-cari di sekeliling tempat itu dengan matanya. Akhirnya ia melihat Zhao Yun sedang berdiri di dekat pepohonan.


Hai, sedang apa di sini? tanya A Ze sambil menepuk pundak Zhao Yun.

Payung Pengusir Roh hilang ! kata Zhao Yun.



Hah, apa yang terjadi? tanya A Ze kaget.

Apakah kamu ada mencium bau harum yang aneh? tanya Zhao Yun.



A Ze lalu mengendus-endus dan...mendekatkan hidungnya di dekat tubuh Zhao Yun.

Apa yang kamu lakukan? tanya Zhao Yun risih.



Oh...yang pasti bau itu bukan berasal dari tubuhmu ! A Ze lalu mulai mengendus-endus lagi.

Tidak ada sesuatu yang aneh kok ! kata A Ze.



Apakah ini Rumput Aprikot? pikir Zhao Yun di dalam hati. Tiba-tiba telinga Zhao Yun menangkap sesuatu.

Siluman Terompet... keluarlah ! hardik Zhao Yun.



Seorang gadis mendadak muncul di hadapan mereka. Gadis itu bertanya dengan takut-takut,

Ada... apa Tuan?



Apakah tadi siluman rakus makan datang ke sini mencuri payungku? tanya Zhao Yun kepada gadis itu.

Aku tidak tahu. Aku tidak berani bicara, jawab gadis itu. Ia lalu menutupi mulutnya dengan tangan sambil menunjuk ke sebuah arah.



A Ze tertawa geli melihat tingkah gadis siluman itu. Mereka berdua lalu berjalan ke arah yang ditunjuk oleh gadis itu.

Kamu merasa tidak, bau Rumput Aprikotnya semakin tajam di sini? tanya A Ze.



Siluman rakus makan menyukai benda pusaka. Di sekujur tubuhnya mengeluarkan wewangian seperti Rumput Aprikot yang bisa membuat hati orang menjadi kacau. Sebaiknya kamu menahan napas, jawab Zhao Yun.



Kenapa kamu tidak bilang dari tadi? teriak A Ze sambil menutupi hidungnya dengan tangan.



Tiba-tiba terdengar bunyi hembusan napas. Zhao Yun menghentikan langkahnya.

Bukan ! kata Zhao Yun sambil melihat di sekeliling tempat itu.



Ini kamuflase ! kata Zhao Yun lagi. Ia lalu mengucapkan mantera,

Buka !

Sinopsis Episode 9:

Ini kamuflase ! kata Zhao Yun. Ia lalu mengucapkan mantera,



Buka ! Di hadapan mereka langsung tampak seorang gadis yang sedang berjongkok membelakangi mereka. Gadis itu sedang menggerogoti daging panggang.



Gadis itu lalu membalikkan tubuhnya. Dia tampak terkejut saat melihat Zhao Yun dan A Ze. Lalu dengan takut-takut ia menyodorkan daging panggangnya kepada mereka sambil berkata,



Apakah kalian mau makan?

Kembalikan payungku ! hardik Zhao Yun.

Saking takutnya gadis itu sampai jatuh terduduk. A Ze tersenyum geli dan berkata,



Kamu lihat, nona kecil ini sampai ketakutan begitu. Sama perempuan harus lembut, dong!

A Ze lalu berjalan menghampiri gadis itu dan berkata,



Kamu kembalikan payung kami. Nanti aku ajak kamu makan makanan yang enak. Bagaimana...?

Si gadis langsung menelan ludah. Tapi ia kelihatan ragu-ragu. Ia menoleh ke samping dan kelihatan ketakutan. Ia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata,



Hemm...tidak...tidak mau ah...! gadis itu lalu melanjutkan kembali makannya.

Kamu...! hati A Ze jadi kesal dibuatnya.



Tidak usah tanya lagi ! kata Zhao Yun. A Ze menatap Zhao Yun dengan bingung.

Pergilah kamu ! kata Zhao Yun kepada gadis itu. Si gadis langsung lenyap di hadapan mereka.



Kamu sudah tidak menginginkan payungmu lagi? tanya A Ze kepada Zhao Yun.

Di dunia ini hanya ada satu orang, yang paling iseng yang mentang-mentang memiliki ilmu siluman yang tinggi dan berani menyuruh seorang siluman kecil untuk mencuri payungku, jawab Zhao Yun.



Siapa orang itu? tanya A Ze.

Tiba-tiba angin berdesir dan langit bergemuruh. Diiringi dengan suara tertawa perempuan yang genit, mendadak muncul di hadapan mereka seorang wanita berbaju merah yang tersenyum-senyum genit.



Sungguh tinggi kekuatan siluman ini ! gumam A Ze.

Sudah lama tidak berjumpa, halo Xiao Yun Yunku...! kata siluman wanita ini. 



Wanita ini adalah Fu Xi, Si Dewi Siluman Dari Gunung Zi Yang. Kini ia berhadapan dengan Zhao Yun.

Kembalikan Payung Pengusir Rohku ! kata Zhao Yun.



Jangan sensitif begitu dong ! Aku lagi tak ada kerjaan nih. Di sini ada beberapa siluman kecil yang menggemaskan. Biarkan aku memilih beberapa untuk bermain-main, kata Fu Xi.



Ternyata siluman ini lebih liar daripada aku, kata A Ze di dalam hati.

Payung Pengusir Roh adalah benda pusaka perguruanku. Mana boleh dipakai oleh siluman, kata Zhao Yun.



Memangnya kenapa kalau siluman? Siluman...bebas melakukan apa saja. Mau membinasakan siapa pun boleh. Misalnya...dia ! kata Fu Xi sambil memandang A Ze.



Hati Zhao Yun tersentak. Ia menatap Fu Xi dengan tajam dan penuh kewaspadaan.

Jangan panik begitu, dong ! kata Fu Xi sambil tersenyum. Ia menatap A Ze sambil berkata,



Aku lihat nona ini sangat menarik. Walaupun aku tidak bisa membaca pikirannya. Begini saja. Bagaimana kalau...aku mengembalikan payungmu, kamu pinjamkan dia untuk bermain-main denganku, bagus kan?


Sehabis mengucapkan perkataannya, Fu Xi langsung melancarkan serangan kepada Zhao Yun. Zhao Yun mengelak sambil menarik pedang Tange. Mereka lalu bertarung.



Tiba-tiba Fu Xi berkelebat di dekat A Ze dan memegang pundak gadis itu sambil berkata,



Jangan bergerak ! Nanti kamu bisa mati ! Fu Xi membawa A Ze menjauh dari Zhao Yun. Lalu ia menggerakkan tangannya.

Pedang Li Huo ! sebilah pedang berwarna merah seketika muncul di dalam genggamannya.



Kedua orang wanita ini bertarung kembali dengan pedang di tangan masing-masing. Pedang Tange mengeluarkan sinar biru, sedangkan Pedang Li Huo bersinar merah.



Fu Xi mengelebatkan pedang merahnya ke arah Zhao Yun. Zhao Yun bertahan dan memayungi dirinya dengan sinar biru dari Pedang Tange.



Akan tetapi ternyata siluman wanita itu sangat kuat. Zhao Yun tidak sanggup menahan kekuatannya. Pertahanannya tembus dan Zhao Yun terhuyung mundur beberapa langkah. Wajah Zhao Yun menjadi pucat dan ia langsung muntah darah.



Fu Xi tersenyum gembira. Ia membalikkan tubuhnya berhadapan dengan A Ze lalu berkata,

Adik kecil...maukah engkau menemani kakak bermain beberapa hari?



Fu Xi mengeluarkan kekuatan sihirnya. Dari sepasang matanya langsung keluar sinar hipnotis. Sinar mata A Ze lalu berubah menjadi aneh. Tanpa sadar gadis ini menjawab,



Baiklah...!

Hati Zhao Yun langsung panik mendengar ucapan A Ze ini.

Sinopsis Episode 10:

Adik kecil...maukah engkau menemani kakak bermain beberapa hari? tanya Fu Xi.


Baiklah...! jawab A Ze.

Anak manis ini menggemaskan, bukan? kata Fu Xi sambil menatap Zhao Yun.


Biar sudah berlatih lebih dari sepuluh tahun, kamu tetap tidak bisa menahan pedangku. Sudah...tidak usah belajar ilmu Dao lagi. Bukankah percuma saja? Ayo...serang aku. Ayo...serang ! Ejek Fu Xi sambil tertawa.


Zhao Yun merasa ia tidak bisa melawan Fu Xi di dalam wujudnya sebagai manusia. Sekarang ia dalam keadaan terdesak dan A Ze berada di dalam cengkraman Fu Xi. Zhao Yun tidak bisa berpikir lebih panjang lagi. Ia memutuskan untuk mengembalikan dirinya ke dalam wujud siluman.


Sebenarnya Jiang Zhao Yun adalah seorang gadis siluman. Ia belajar ilmu Dao untuk belajar menjadi manusia yang baik. Selama berguru, ia berhasil menyembunyikan status dirinya yang adalah seorang siluman dengan aman. Rahasia ini ia simpan dengan rapi dan kecuali gurunya tiada orang yang mengetahui rahasianya  ini.


Tapi sekarang ia terpaksa harus mengubah dirinya kembali ke wujud siluman demi menyelamatkan A Ze.

Bagus ! Sudah mulai serius kamu rupanya ! kata Fu Xi. Zhao Yun lalu mengucapkan mantera,


Mutiara Penyimpan Roh ! Sebutir mutiara besar lantas muncul di tangan Zhao Yun. Mutiara itu lalu terbang masuk ke dalam tubuh Zhao Yun. Zhao Yun mengucapkan mantera lagi,


Pisah ! Wujud Zhao Yun langsung berubah ke bentuk aslinya, yaitu siluman. Wajahnya masih tetap sama seperti semula. Hanya rambut dan pakaiannya saja yang berubah. Dengan rambut panjang terurai yang diikat ke belakang dan pakaian berwarna putih, Zhao Yun kelihatan cantik dan berwibawa.


Nah, adikku yang baik, dengan wujudmu yang sekarang kamu baru setimpal melawan aku, kata Fu Xi.

Zhao Yun sudah bersiap-siap untuk bertanding dengan Fu Xi. Ia menyilangkan sepasang jari telunjuk dan jari tengahnya. Sinar ungu berkeredep di antara kedua tangannya.


Tapi sekarang aku sudah tak berminat lagi bertanding denganmu, kata Fu Xi.

Kayaknya cuma membuang waktu saja menikmati seorang siluman kecil yang manis ini sendirian, kata Fu Xi lagi.


Kemudian Fu Xi menjentikkan jari tangannya. Seketika itu juga A Ze tersadar dari pengaruh hipnotis. Ia memandang sekeliling. Ia langsung terkejut begitu melihat penampilan Zhao Yun yang baru ini.

Xiao Yun Yun...? teriak A Ze kaget. Zhao Yun yang malu langsung memalingkan wajahnya.


Memangnya wujud siluman tidak boleh dilihat manusia? Kamu dan aku itu sama. Sama-sama setengah dewa dan setengah siluman. Kamu memaksa dirimu berlatih Dao dengan kapasitasmu yang hanya separuh dalam wujud dewa. Bukan saja kemajuanmu berjalan sangat lambat, bahkan jika para tetua partai Wulingshan mengetahui rahasiamu ini, kamu pasti sudah mati ! lanjut Fu Xi lagi.


Mendengar ucapan Fu Xi ini, A Ze sangat terkejut. Ia menatap Zhao Yun dengan terkesima.

Zhao Yun kehabisan kata-kata. Ucapan Fu Xi adalah benar belaka. Ia menjadi salah tingkah di hadapan A Ze. Ia menatap A Ze dengan hati tidak tenang.


Kamu harus tahu itu...! Fu Xi melanjutkan kembali ucapannya.

Ini bukan urusanmu ! hardik Zhao Yun. Fu Xi malah tertawa. Ia menyambung kembali ucapannya,


Belakangan ini di Gunung Qing Yuan Shan muncul sebuah fenomena yang aneh. Ada firasat bahwa dewa sedang turun ke dunia. Semua kekuatan sedang bergerak. Jika kamu memilikinya, jalanmu...pasti akan lebih lancar. Bagaimana jika kita bermain-main ke sana?


Jalan kita tidak selaras, tidak mungkin bekerja sama, jawab Zhao Yun tegas.

Huh, kamu ini diajak bersenang-senang tidak mau. Kak, tidak mudah loh aku bermurah hati mau menemanimu pergi ke sana. Kamu malah tidak mau mempertimbangkannya sama sekali ! kata Fu Xi.


Huh ! Zhao Yun langsung mendengus.

Aih, kesal deh sama kamu ! kata Fu Xi dengan kecewa. Ia lalu berbalik menghampiri A Ze. Ia membelai wajah A Ze sambil berkata,


Entah kamu ini termasuk golongan makhluk apa, kelihatannya dia sangat mempedulikan dirimu, sampai-sampai ia rela melepaskan segel di tubuhnya sendiri. Ya, sudah...aku tidak akan merebut kamu darinya. Payung Pengusir Rohnya kupinjam dulu sebentar untuk bermain. Aku pergi dulu ya....! Sehabis mengucapkan kata-kata ini, Fu Xi pun berkelebat lenyap dari tempat itu.


Sekarang tinggallah Zhao Yun dan A Ze berdua di tempat itu. Zhao Yun berdiri dengan kikuk di depan A Ze, tak tahu bagaimana harus bersikap.


A Ze lalu menghampiri Zhao Yun. Melihat Zhao Yun tidak berani menatapnya, A Ze tersenyum nakal. Ia terus menatap Zhao Yun sambil tersenyum, membuat Zhao Yun semakin salah tingkah.


Akhirnya Zhao Yun memberanikan diri untuk menegur A Ze,

Sudah puas menatap aku? Sebaliknya menjadi marah, A Ze malah tertawa nakal.


Kamu sungguh cantik ! Puji A Ze. Tapi Zhao Yun diam saja.

Benar loh ! Kata A Ze lagi.


Tubuh siluman...sumber dari segala kejahatan. Apa yang bagus untuk dipandang? Kata Zhao Yun dengan ketus.


Siapa bilang? Di mataku tidak ada iblis, siluman dan monster. Yang ada cuma baik dan jahat. Kalau kamu...memang cantik ! Kata A Ze.


Zhao Yun terperanjat mendengar ucapan A Ze ini. Ia menatap A Ze dengan ragu-ragu. A Ze malah tertawa melihat tingkah Zhao Yun ini. Ia lalu menambahkan lagi ucapannya,


Benar loh...aku serius !

Jangan berbohong ! kata Zhao Yun. Perlahan-lahan A Ze mendekati Zhao Yun sambil berkata,


Tapi...ada sesuatu yang aneh yang ingin kutanyakan kepadamu...!

Hati Zhao Yun menjadi kebat-kebit. Mereka saling memandang satu sama lain.


Apa sih wujud aslimu yang sebenarnya? tanya A Ze.

Zhao Yun langsung kaget mendengar pertanyaan ini.

 

-------------

 

A Ze berjalan pergi meninggalkan Zhao Yun. Tapi baru berjalan beberapa langkah, mendadak ia membalikkan tubuhnya kembali. Ia memandang Zhao Yun sambil tersenyum.


A Ze lalu berlari-lari kecil kembali lagi ke tempat Zhao Yun berdiri. Ia menarik tangan Zhao Yun sambil tersenyum. Hati Zhao Yun sangat gembira. Ia balas menggenggam tangan A Ze dan berlari mengikuti A Ze.


Lalu kedua orang gadis ini meninggalkan tempat itu dengan hati bahagia.

 

TAMAT SEASON SATU

 

KISAH JIANG ZHAO YUN DAN A ZE INI AKAN BERLANJUT KEMBALI KE SEASON DUA !

 

********


Sumber Foto: https://sogou.com

No comments:

Post a Comment