Season 1:
Sinopsis Episode 1:
Desa Changshui...
Ada seorang perempuan sedang menangis !
Hukum karma !
Benar-benar hukum karma !
Legend Of Yun Ze Season 1 |
Haus ya?
Ayo, minumlah !
Langit bergemuruh....
Jiang Zhao Yun, seorang gadis murid pertama dari sekte Wuling turun gunung setelah mendapat misi dari gurunya. Ia dibimbing oleh pedang Tange yang dibawanya sampai ke desa Changshui.
Setelah berguru bertahun-tahun lamanya, akhirnya hari ini datang juga misi dari langit. Tapi kenapa pedang Tange justru membawaku ke tempat ini? Zhao Yun bertanya-tanya di dalam hatinya.
Formasi ! Zhao Yun lalu menarik keluar pedangnya dan mengarahkannya ke atas langit sambil mengucapkan mantera lagi,
Buka ! Berbarengan dengan itu dari pedang tersebut memancar keluar selarik sinar biru ke atas langit dan suara petir pun menggelegar.
Mendadak dari atas langit turun selarik sinar merah dan seorang gadis tiba-tiba terjatuh dari atas langit ! Gadis itu cuma memakai sehelai handuk. Tampaknya ia baru sehabis mandi !
Apa-apaan ini ? Zhao Yun bertanya-tanya di dalam hati.
Wah, alangkah cantiknya kakak bidadari ini ! kata gadis itu begitu melihat Jiang Zhao Yun. Gadis itu tertawa melihat Zhao Yun.
Kenapa dia tertawa? Zhao Yun heran.
Eh, bukannya aku lagi mandi? Kenapa aku bisa ada di sini? Tempat apa ini? Gadis itu kelihatan bingung.
Dia ini silumankah? Bukan, dia manusia biasa, pikir Zhao Yun setelah mengamati gadis itu.
Aduh, Mak ! Apa aku sedang bermimpi? kata gadis itu.
Kakak bidadari, aku mau bertanya padamu, kata gadis itu sambil maju mendekati Zhao Yun.
Berhenti ! Zhao Yun menghunuskan pedangnya di depan gadis itu.
Apakah kamu mendengar....? Belum selesai ucapan gadis itu, mendadak handuk yang membungkus tubuh gadis itu melorot jatuh dan Zhao Yun langsung memalingkan kepalanya. Gadis itu buru-buru memungut kembali handuknya itu.
Maaf, kata Zhao Yun sambil menunduk.
Oh, tidak apa-apa. Kita semua adalah perempuan. Tubuhku juga biasa-biasa saja. Mohon dimaafkan, kata gadis itu sambil tersenyum.
Kakak, numpang tanya...? Gadis itu berjalan mendekati Zhao Yun. Belum selesai ucapannya, Zhao Yun sudah mengucapkan mantera lagi lewat cincin di jari telunjuknya,
Cepat kenakan ! kata Zhao Yun sambil melemparkan pakaian itu kepada gadis itu.
Sudah, kakak ! kata gadis itu setelah selesai berpakaian. Ia menghampiri Zhao Yun sambil berkata,
Kakak bidadari, aku serius ingin menanyakan sesuatu kepadamu.
Eh, apakah kamu ada mendengar suara perempuan sedang menangis?
Apakah kamu mendengar suara perempuan menangis? tanya gadis itu.
Omong ya omong mau apa dekat-dekat? kata Zhao Yun.
Sebaiknya nona cepat tinggalkan tempat ini. Tempat ini berbahaya, kata Zhao Yun.
Eh, kamu yang muncul di dalam mimpiku, kamu aja yang pergi, kata gadis itu.
Ya, sudah aku pergi, kata Zhao Yun.
Lepaskan tanganmu !
Maaf, nona siapa? tanya Zhao Yun.
Namaku A Ze. Kamu? tanya gadis itu.
Aku Jiang Zhao Yun, seorang pendeta Dao. A Ze ketawa.
Kenapa ketawa?
Pendeta Dao? Mau tanya, kak. Apakah kakak punya teman yang sealiran?
Aku belajar di sekte Wuling. Selama ini aku cuma belajar sihir untuk membasmi siluman, jawab Zhao Yun.
Kamu belum menjawab pertanyaanku, kata A Ze.
Tidak punya, jawab Zhao Yun.
Kebetulan sekali. Aku juga belajar Dao. Halo, sahabat Dao !
Maaf, nona belajar di sekte mana? tanya Zhao Yun.
Sekte tak dikenal, jawab A Ze. Lalu ia menyambung lagi,
Sejak kecil aku dibesarkan oleh seorang pendeta Dao busuk. Tapi yang aneh adalah, aku selalu melihat hal-hal yang aneh. Makanya guruku suruh aku belajar Dao, tapi aku tak becus belajar.
Kamu datang darimana dan hendak pergi ke mana? tanya Zhao Yun.
Itu dia anehnya. Aku lagi mandi tiba-tiba aja aku sudah terjatuh ke tempat ini. Ini tempat apa sih? tanya A Ze.
Ini di dekat desa Changshui, jawab Zhao Yun.
Desa Changshui? Di mana desa Changshui itu? Apakah kamu benar-benar tidak mendengar ada perempuan sedang menangis? tanya A Ze.
Tapi Zhao Yun menggelengkan kepalanya.
Maukah kamu menemani aku melihat-lihat ke sana? ajak A Ze.
Sinopsis Episode 3:
Jiang Zhao Yun dan A Ze akhirnya memasuki desa Changshui. Desa Changshui sangat sepi dan lengang. Seorang wanita menghampiri mereka dan berkata,
Kenapa desa ini begini sepi? kata Zhao Yun.
Suara perempuan itu berasal dari dalam, kata A Ze sembari melangkah masuk.
Berhenti ! kata Zhao Yun. Jangan bergerak ! A Ze pun menghentikan langkahnya.
Zhao Yun merasakan hawa siluman yang pekat menyelubungi tempat itu. Ia lalu mengucapkan mantera,
Formasi...Pecahkan ! Seketika itu juga hawa siluman lenyap.
Sebaiknya kamu di sini aja, kata Zhao Yun kepada A Ze. Tiba-tiba A Ze mendengar suara di dalam telinganya,
Dosa kejahatanmu sangat besar. Aku ingin melihatmu mati !
Gawat ! kata A Ze. Suara itu kembali terdengar di telinga A Ze,
Cepatlah sadar ! Kumohon padamu !
Darimana asal suara itu ya? A Ze bertanya-tanya di dalam hati.
Tanpa sadar ia terus berjalan. Tiba-tiba ia mendengar bunyi langkah di belakangnya. A Ze pun menengok ke belakang. Seorang nenek ternyata sudah berdiri di belakangnya. A Ze kaget dan menyapa nenek itu,
Nenek, engkau ada keperluan?
Apakah nona punya air? tanya nenek itu. Aku sangat haus. Anak dan menantuku keluar mencari air. Sudah 2 hari mereka tidak kembali.
Nenek, aku juga tidak punya air, jawab A Ze.
Tiba-tiba wajah nenek itu berubah. Mendadak ia mencengkram lengan A Ze dan berteriak,
Kalau begitu serahkan nyawamu !
Ma mi ma mi uh...! Enyahlah ! kata A Ze sembari menampar wajah nenek itu.
Serah...kan! nenek itu terlihat linglung.
Serahkan kepalamu...! kata A Ze. Nenek itu seperti lemas. A Ze mengguncang-guncang kedua bahu si nenek seraya menyadarkannya.
Nenek, nenek...sadarlah ! Tiba-tiba si nenek mengangkat kepalanya dan kedua tangannya langsung mencekik leher A Ze.
Mati aku ! A Ze mengeluh di dalam hati. Tenaganya sungguh kuat. Ia tidak bisa melepaskan diri dari cekikan si nenek.
Matilah kamu ! kata si nenek.
Sebuah jari tangan menyentuh dahi si nenek dan sebuah telapak tangan menghantam dadanya. Cekikan si nenek langsung terlepas dan ia terjatuh di atas tanah. Jiang Zhao Yun sudah berdiri di depan A Ze.
Si nenek lalu bangun dan berusaha menangkap tangan Zhao Yun. Akan tetapi lagi-lagi dengan mudah ia dijatuhkan kembali oleh Zhao Yun.
Bedebah ! Qing Ping ! seru Zhao Yun dan sebuah pedang langsung muncul di tangannya.
Kak, jangan bunuh dia ! Dia cuma kerasukan ! teriak A Ze sambil berlari menghampiri Zhao Yun. Zhao Yun kembali mengucap mantera.
Semuanya ! Zhao Yun mengelebatkan pedangnya ke arah si nenek dan sebuah bayangan hitam langsung keluar dari tubuh si nenek. Nenek itu langsung roboh.
Nenek ! A Ze berlari menghampiri si nenek. Ia meletakkan jarinya di depan hidung si nenek untuk memastikan si nenek masih hidup.
Engkau sudah tidak apa-apa kan? tanya Zhao Yun kepada si nenek. Nenek itu sudah sadar dan duduk di atas tanah.
Nona, kenapa aku bisa berada di tempat ini? tanya si nenek kepada Zhao Yun.
Di luar tidak aman. Sebaiknya engkau pulang saja. Ini pil pembersih hati yang bisa menjaga kesadaranmu, kata Zhao Yun sambil mengeluarkan sebutir pil. Si nenek mengucapkan terima kasih.
Aku sangat haus. Aku tidak bisa berjalan lagi. Kumohon...tolonglah temukan keluargaku, kata si nenek.
Nenek, engkau jangan panik. Kami akan membantumu menemukan mereka, kata A Ze.
Ayo, ke sinikan tanganmu! A Ze meletakkan jarinya di atas tangan si nenek dan setitik cahaya merah muncul di dahi A Ze.
Sebuah penglihatan berkelebat di dalam kepala A Ze. Di situ terlihat anak dan menantu si nenek pergi keluar mencari air dan mereka berdua tidak kembali lagi.
Akan kucari mereka, kata A Ze dan ia langsung berdiri dan berjalan pergi.
Berhenti !
Ayo, kita pergi ! kata A Ze kepada Zhao Yun.
Tapi Zhao Yun merasakan ada sesuatu yang aneh pada diri A Ze. Ia menghampiri A Ze dan jarinya langsung bergerak di tubuh A Ze. A Ze pun langsung jatuh tertidur. Zhao Yun langsung merangkul A Ze.
Sinopsis Episode 4:
Zhao Yun membopong A Ze yang sedang tertidur ke sebuah rumah kosong. Ia menyenderkan kepala gadis itu pada sebuah pilar kayu. Kemudian ia membaca mantera,
Kenapa setiap memandangi wajahnya hatiku selalu merasa tidak tenang? Zhao Yun memandang wajah A Ze sambil berpikir.
Tak lama kemudian A Ze terbangun dari tidurnya. Zhao Yun cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
Aku...di mana ini? tanya A Ze.
Kamu dikuasai hawa siluman. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa, jawab Zhao Yun.
Minumlah obat ini, kata Zhao Yun sambil menyodorkan obat itu kepada A Ze.
Obatnya gede amat? kata A Ze.
Zhao Yun kembali menggerakkan tangannya dan sebuah poci teh tiba-tiba sudah ada di tangannya.
Nih ! Poci teh itu disodorkannya kepada A Ze.
Cincin Wasiat? Wah, asyik nih ! A Ze tertawa senang. Ia langsung minum obat itu.
Perutku sudah lapar. Aku ingin makan, kata A Ze sambil tertawa.
Zhao Yun menggerakkan tangannya lagi dan sepotong bakpao langsung muncul di tangannya. Ia menyodorkan bakpao itu kepada A Ze.
Aku tidak mau makan ini. Kamu sudah terbiasa ya makan bakpao? A Ze mendorong balik tangan Zhao Yun.
Orang yang belajar Dao harus belajar menahan keinginan, menahan hawa nafsu, kata Zhao Yun.
Aku tidak setuju ! Misalnya aku mau mengurangi berat badan. Tidak mungkin kan aku sengaja menahan lapar tidak makan apa-apa? Kalau perutku kenyang, aku baru punya tenaga untuk diet, kata A Ze sambil tertawa.
Bukan begitu. Maksudku segala sesuatu ada batasnya, paham?
Ngawur ! Sejak masuk perguruan, aku selalu mengingat baik-baik kelima pantangan itu. Tidak pernah kulanggar sekalipun, kata Zhao Yun.
Kenapa sih kamu belajar ilmu Dao? tanya A Ze.
Kamu sendiri kenapa? balas Zhao Yun.
Demi menolak bala, jawab A Ze.
Omong-omong, aku belum pernah melihat ilmu yang kamu gunakan tadi terhadap orang tua itu, kata Zhao Yun.
Itu bakat alam yang kumiliki. Namanya ilmu penembus jiwa, kata A Ze sambil tertawa.
Ilmu penembus jiwa?
Ai ya, biarkan aku meraba tanganmu. Dengan begitu aku bisa mengetahui apa yang kamu pikirkan di dalam hati, rengek A Ze.
Aku tidak punya beban pikiran, jawab Zhao Yun.
Dasar sensitif ! A Ze pun ngambek.
Aku lihat kondisimu sudah membaik, kata Zhao Yun sambil bangkit berdiri.
Ah, belum kok. Kepalaku masih pusing, kata A Ze.
Tunggu, aku ikut denganmu, kata A Ze.
Jangan, kamu ikut malah jadi beban nanti, kata Zhao Yun.
Paling juga roh halus yang berulah, kata Zhao Yun.
Roh halus itu tadinya manusia juga. Manusia itu tidak semuanya baik, siluman juga tidak semuanya jahat, kata A Ze.
Aku pergi sendiri aja. Kamu tak usah mengurusiku, kata A Ze kesal. Ia bergegas meninggalkan Zhao Yun.
Tunggu dulu !
Apa lagi? A Ze membalikkan badannya.
Zhao Yun menggerakkan tangannya dan tahu-tahu sebatang seruling sudah ada di tangannya.
Ini Seruling Nyanyian Angin. Bisa menjaga pikiran. Jika seruling ini ditiup, aku bisa merasakannya. Di dalam seruling tersimpan sebilah pisau roh. Bisa digunakan untuk menjaga diri, kata Zhao Yun seraya memberikannya kepada A Ze.
Kamu rela memberikan benda sebagus ini kepadaku? tanya A Ze. Zhao Yun kelihatan salah tingkah.
Kalau begitu terima kasih, deh ! kata A Ze lagi.
Kupinjamkan kepadamu, jawab Zhao Yun. A Ze memalingkan mukanya sambil tersenyum.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar. Mereka berdua bergegas keluar dari rumah itu untuk mencari sumber suara yang datangnya dari sebuah tempat yang mirip seperti gudang.
Zhao Yun membuka pintu dan melongok ke dalam. Begitu pintu terbuka, ia langsung membalikkan tubuhnya seraya mengangkat tangan kirinya di depan mata A Ze,
Jangan melihat ! kata Zhao Yun. Tapi A Ze menurunkan tangan Zhao Yun dan melihat ke dalam.
Di dalam tampak 2 orang manusia. Seorang wanita dan seorang pria. Kepala pria itu ada di atas paha wanita itu. Tangan pria itu terkulai dan ada darah di tangannya.
Sinopsis Episode 5:
Jangan melihat ! kata Zhao Yun.
Tidak apa-apa, kata A Ze.
A Ze teringat bahwa ia pernah melihat kedua orang ini saat ia menerawang si nenek. Pria dan wanita tersebut adalah anak dan menantu si nenek yang pergi meninggalkan rumah dan tidak kembali.
A Cheng ! Cepatlah sadar. Kumohon padamu....! Suara-suara ini pernah didengar oleh A Ze di dalam penglihatannya.
A Ze menghampiri mayat pria itu. Ia merangkapkan kedua jari tangannya sembari berucap,
Kemudian ia mengarahkan kedua jari tangannya pada dahi pria itu dan mengerahkan mata batinnya. Cahaya merah muncul di atas dahi pria itu dan A Ze pun mendapatkan penglihatan kembali.
Paman Cheng, kumohon padamu...Aku tidak mau menikah dengan si tua itu !
Paman Cheng....Paman Cheng....! Gadis itu berteriak-teriak, akan tetapi A Cheng sudah menutup pintunya rapat-rapat.
Di dalam penglihatannya, A Ze melihat lagi si gadis bernama Bai Ling itu sedang berbicara dengan wanita itu di jalan. Bai Ling memohon-mohon kepada wanita itu,
Soal ini...bibi tidak bisa membantu. Kamu tumbuh dewasa berkat nasi keluarga Bai. Kita semua sudah membantu semampu kita, kata wanita itu sambil meninggalkan Bai Ling.
Pada hari pernikahannya, Bai Ling dipaksa oleh warga desa untuk melakukan upacara pernikahan dengan Kepala Desa.
Keesokan harinya, Bai Ling yang berpakaian merah-merah berjalan ke arah sumur di belakang rumah. Ia naik ke atas sumur dan berkata,
A Ze tersadar kembali. Dengan lemas ia berjalan ke tempat Zhao Yun.
Kita pergi ke sumur ! Sudah tidak keburu lagi. Nanti kujelaskan sambil berjalan, jawab A Ze sambil menarik tangan Zhao Yun.
Haus...haus sekali...! Pria ini lalu naik ke atas sumur.
Pria itu lalu turun dari sumur dan berjalan perlahan ke arah mereka. Ketika melihat A Ze, ia tertawa lalu berkata,
Nona yang cantik...Isteriku...!
Puiihhh ! Tak sudi....Muak aku ! Siapa sudi jadi istrimu...! Dasar tua bangka !!! teriak A Ze.
Sehabis mengucapkan perkataan tadi, A Ze baru sadar bahwa ia sudah kelewatan. Ia memandang Zhao Yun yang juga sedang menatapnya dengan heran.
Maafkan aku...! Habis aku sudah tidak tahan lagi, kata A Ze.
Tapi, kurasa aku sudah bisa menebak siapa orang ini ! lanjut A Ze.
Hmm...! Zhao Yun mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tiba-tiba pria itu berjalan mendekati mereka. Ia mengulurkan kedua tangannya ke arah kedua orang gadis itu sambil berkata,
Malam pengantin...indah sekali...! Kamu bertahanlah dulu...sebentar juga lewat !
Tiba-tiba pria itu langsung menghambur ke arah mereka. Tapi Zhao Yun langsung menendangnya jatuh ke tanah.
Sudah tidak tahan lagi ! kata Zhao Yun. Lalu ia menghampiri pria itu dan menyentuhkan jarinya ke dahi pria itu sambil mengucapkan mantera,
Sadar ! Seketika itu juga pria itu tersadar dari mimpinya. Ia lalu bersimpuh di atas tanah dan berkata,
Pendeta...Bodhisattva hidup...kumohon tolonglah aku! Itu siluman rubahnya! Ia yang terus-menerus mengganduli aku! Dia ada di belakang kalian! kata pria itu sambil menunjuk ke belakang.
Zhao Yun dan A Ze saling memandang satu sama lain. Kemudian tampak segulung asap hitam keluar dari balik sebuah rumah dan terbang pergi dari tempat itu.
Pria itu lalu menghantamkan batu itu ke arah mereka. Tapi di saat itu mendadak A Ze membalikkan tubuhnya.
Sinopsis Episode 6:
Kilas balik setengah bulan sebelumnya:
Bai Ling ini semakin dewasa semakin cantik. Sayang, kedua orang tuanya sudah lama meninggal. Kalau tidak tentu urusan pernikahannya bisa berjalan dengan baik. Sayang sekali....!
Pada suatu hari Bai Ling pergi berdoa di depan sebuah arca batu.
Semua orang berkata bahwa engkau adalah dewa pelindung dari desa ini. Mohon engkau lindungi ayah ibuku di surga agar mereka bisa beristirahat dengan tenang. Ling Er pasti akan memberikan sesajen kepadamu setiap hari.
Aku tidak punya makanan apa-apa. Tapi buah apel ini sangat manis. Semoga engkau berkenan menerimanya.
Bai Ling meletakkan buah apel itu di atas lengan kanan dari arca itu. Kemudian ia menyembah arca itu sekali lagi.
Pada suatu hari, saat Bai Ling sedang bermain ayunan, kepala desa melihatnya. Pria setengah tua ini tertawa terkekeh-kekeh dan di saat itu juga terbersit sebuah niat jahat di otaknya.
Ia menghampiri gadis yang sedang duduk di atas ayunan itu dan tangannya menepuk bahu gadis itu.
Bai Ling kecil, menikahlah dengan aku. Jadilah istri mudaku. Aku jamin kamu tidak akan kekurangan sandang pangan lagi seumur hidupmu, kata pria ini.
Pada saat pria ini hendak menghantamkan batu itu ke arah A Ze dan Jiang Zhao Yun, mendadak gerakannya terhenti dan batu itu jatuh ke atas tanah. Dari mulut pria ini menetes keluar darah segar dan ia lalu roboh di atas tanah.
Gadis ini adalah Bai Ling yang mati bunuh diri di dalam sumur. Akhirnya Bai Ling yang sudah menjadi hantu ini berhasil membalaskan dendamnya kepada si kepala desa.
Pembunuhan adalah dosa yang amat berat ! Apakah kamu tahu kesalahanmu?
Engkau sudah terjerumus ke jalan sesat ! kata Zhao Yun sambil mencabut payung saktinya.
Payung Pengusir Roh...Masuk ! Zhao Yun mengucapkan mantera. Ajaib ! Tubuh Bai Ling langsung tersedot masuk ke dalam payung yang sekarang sudah berada di tangan Zhao Yun kembali.
Pendeta, tolong...tolonglah aku ! Pria itu ternyata belum mati.
Kamu bisa tidak?
Aku juga tidak bisa, jawab A Ze.
Kalau begitu, apa boleh buat ! kata Zhao Yun sambil melangkah pergi yang diikuti oleh A Ze.
Kak, aku tetap merasa aneh. Rasanya ada sesuatu yang tidak beres, kata A Ze sambil berjalan. Zhao Yun memandang ke sekeliling dan berkata,
Penduduk di desa ini saling membunuh. Ini semua adalah perbuatan iblis. Tapi hawa iblis yang ada di tubuh gadis itu berbeda. Bukan berasal dari sumber yang sama.
Sehabis mengucapkan ini mendadak sang arca batu yang pernah disembahyangi oleh Bai Ling itu muncul di depan mereka.
Arca...arca batu ! teriak A Ze. Tiba-tiba arca itu bisa berbicara,
Kembalikan dia kepadaku !
Wujud roh tingkat pertama, gumam Zhao Yun. Setelah menatap arca batu itu sejenak, Zhao Yun berkata lagi,
Ternyata engkau rupanya! Baru saja menjadi roh, engkau sudah membunuh orang. Engkau sudah tahu dosamu?
Kembalikan dia kepadaku ! teriak arca batu itu lagi.
Zhao Yun mencabut pedang Tange dan mengelebatkan pedang ke arah arca batu itu. Selarik sinar biru menghantam arca itu. Arca itu langsung lenyap.
Heran, si bedebah ini sepertinya sengaja mencari mati, pikir Zhao Yun di dalam hati.
Para penduduk desa baru tersadar dari mimpi mereka.
Aih, kenapa aku bisa berada di sini?
Kenapa aku tidak bisa mengingat apa-apa?
Ah, kepalaku sakit....!
A Ze dan Zhao Yun memandang ke sekeliling. Mereka mendengar suara-suara dari para penduduk desa yang keheranan.
Eh, apa itu? tanya A Ze sambil menunjuk ke depan.
Keduanya langsung menuju ke tempat itu. Sebuah benda kecil berbentuk seperti kelereng tampak tergeletak di atas tanah.
A Ze ingin memungut mutiara itu, tapi keburu dicegah oleh Zhao Yun.
Jangan sentuh sembarangan ! Zhao Yun memegang tangan A Ze. Dua pasang mata bertemu dan A Ze tersenyum. Zhao Yun menjadi salah tingkah, buru-buru dilepas kembali tangan A Ze.
Mutiara ini bisa meninggalkan sebuah kesan yang mendalam di hatiku, kata A Ze yang langsung mengerahkan tenaga batinnya dan sebuah penglihatan lantas muncul di dalam kepalanya.
Bai Ling...adalah seorang nona yang baik hati, kata arca batu itu di dalam hati.
Setelah Bai Ling meninggalkan tempat itu, arca batu itu lalu menjelma menjadi seorang pemuda. Bai Ling tidak bisa melihat pemuda ini. Pemuda ini mengikuti Bai Ling ke mana-mana. Ia duduk bersama Bai Ling sambil memakan apel itu. Saat Bai Ling bunuh diri, ia juga ada di sumur itu.
Demikianlah roh arca batu ini membantu Bai Ling membalas dendam. Ia membuat semua penduduk desa Changshui menjadi tidak sadar dan saling membunuh.
Benar-benar hukum karma...!
Tujuh hari yang lalu, entah kenapa orang-orang tidak bisa keluar masuk di desa ini !
Matilah kamu !
Haus...!
Arca...arca batu !
Kembalikan dia kepadaku...kembalikan dia kepadaku....kembalikan dia kepadaku...!
Penglihatan A Ze berakhir sampai di sini. A Ze membuka kembali matanya. Ia memandang Zhao Yun sambil berkata,
Aku ingin menanyakan sesuatu padamu...apakah gadis ini masih bisa menebus dosanya?
Sinopsis
Episode 7:
Malam harinya, A Ze dan Jiang Zhao Yun beristirahat di sebuah hutan. Mereka menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh.
Jika
berhasil menebus dosa, rohnya akan naik sendiri. Tapi jika rohnya jatuh,
berarti gagal,
kata Zhao Yun sambil menyalakan sebuah lilin.
Payung
Pengusir Roh...Buka ! Zhao Yun mengeluarkan payungnya dan mengucapkan
mantera.
Roh Bai Ling langsung keluar dari dalam payung, kali ini berbentuk orang-orangan dari kertas putih.
Zhao Yun lalu membakar secarik kertas jimat dan mengucapkan mantera. Selarik sinar biru keluar dari orang-orangan kertas itu lalu naik ke atas langit dan menggumpal menjadi satu di langit. Akan tetapi tak lama kemudian, sinar itu merosot jatuh dan masuk kembali ke dalam orang-orangan kertas itu.
Rasa dukanya belum lenyap. Aku sulit untuk menebusnya, kata Zhao Yun.
A Ze menghela napas panjang dan tampak kecewa. Ia menyentuh orang-orangan kertas itu sambil berkata,
Manusia memang ada yang jahat. Tapi itu adalah dosa mereka...Nona Bai Ling, aku tahu engkau hidup sebatang kara. Tapi maukah engkau mengenal seseorang? kata A Ze yang teringat dengan si pemuda, penjelmaan dari arca batu itu.
Roh arca batu itu sedang kebingungan. Engkaulah yang membuat dia mengenali manusia-manusia di dunia. Nona Bai Ling...Dia selalu menemanimu. Semoga engkau bisa mendapatkan sebuah penghiburan di alam baka. Sehingga engkau bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang...!
A Ze dan Zhao Yun
tercengang melihat hal ini. Mereka saling memandang satu sama lain. Zhao Yun
langsung menggigit jari tangannya hingga berdarah dan mengoleskan darahnya di
atas kertas mantera. Mulutnya berkomat-kamit membaca mantera. Lalu muncul
cahaya biru di kertas mantera dan api pun menyala di kertas itu.
Hmm...? A Ze baru tersadar.
Aku...? Paling-paling aku pulang ke kota Lingchuan. Tiba-tiba aku lenyap seharian. Entah si pendeta tua itu mencemaskan aku atau tidak, kata A Ze.
Terus terang saja, ada sebuah persoalan yang mengganjal di dalam hatiku. Ini ada hubungannya denganmu. Jadi bisakah...kita melakukan perjalanan bersama....sambil mencari jawaban atas persoalan ini?
A Ze tersenyum nakal. Perlahan-lahan ia mendekati Zhao Yun. Tadinya ia ingin menowel dagu Zhao Yun untuk menggoda gadis itu, tapi akhirnya tak jadi ia lakukan.
Senang hati Zhao Yun mendengar ucapan A Ze ini, tapi di mulutnya ia hanya berkata,
Ah, tidak...tidak...! bantah A Ze.
Hmm...persoalan apa itu? tanya A Ze.
Sontak hati Zhao Yun bergetar kaget !
Sinopsis Episode 8:
Kamu ini...jangan-jangan...siluman ya? kata A Ze.
Itulah yang unik dari diriku. Siluman tanpa sadar akan mendekatiku. Tapi...hati mereka akan berdebar-debar tidak karuan !
Terus...apa dong kalau begitu? goda A Ze. Tapi Zhao Yun langsung mengalihkan pembicaraan.
Zhao Yun lalu duduk bersemedi di atas tanah. Tapi tak lama kemudian ia terbangun dari semedinya.
Aiya...aku sudah lelah. Pinjam kakimu untuk berbaring, kata A Ze. Zhao Yun lalu mengucapkan mantera,
Setelah itu hati Zhao Yun terus merasa tidak tenang. Akhirnya Ia kembali membaca mantera,
Malam itu berlalu tanpa terjadi apa-apa.
Ke mana dia? A Ze mencari-cari di sekeliling tempat itu dengan matanya. Akhirnya ia melihat Zhao Yun sedang berdiri di dekat pepohonan.
Hai, sedang apa di sini? tanya A Ze sambil menepuk pundak Zhao Yun.
Payung Pengusir Roh hilang ! kata Zhao Yun.
Apakah kamu ada mencium bau harum yang aneh? tanya Zhao Yun.
Apa yang kamu lakukan? tanya Zhao Yun risih.
Tidak ada sesuatu yang aneh kok ! kata A Ze.
Siluman Terompet... keluarlah ! hardik Zhao Yun.
Ada... apa Tuan?
Aku tidak tahu. Aku tidak berani bicara, jawab gadis itu. Ia lalu menutupi mulutnya dengan tangan sambil menunjuk ke sebuah arah.
Kamu merasa tidak, bau Rumput Aprikotnya semakin tajam di sini? tanya A Ze.
Bukan ! kata Zhao Yun sambil melihat di sekeliling tempat itu.
Buka !
Sinopsis Episode 9:
Ini kamuflase ! kata Zhao Yun. Ia lalu mengucapkan mantera,
Kembalikan payungku ! hardik Zhao Yun.
Saking takutnya gadis itu sampai jatuh terduduk. A Ze tersenyum geli dan berkata,
A Ze lalu berjalan menghampiri gadis itu dan berkata,
Si gadis langsung menelan ludah. Tapi ia kelihatan ragu-ragu. Ia menoleh ke samping dan kelihatan ketakutan. Ia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata,
Kamu...! hati A Ze jadi kesal dibuatnya.
Pergilah kamu ! kata Zhao Yun kepada gadis itu. Si gadis langsung lenyap di hadapan mereka.
Di dunia ini hanya ada satu orang, yang paling iseng yang mentang-mentang memiliki ilmu siluman yang tinggi dan berani menyuruh seorang siluman kecil untuk mencuri payungku, jawab Zhao Yun.
Tiba-tiba angin berdesir dan langit bergemuruh. Diiringi dengan suara tertawa perempuan yang genit, mendadak muncul di hadapan mereka seorang wanita berbaju merah yang tersenyum-senyum genit.
Sudah lama tidak berjumpa, halo Xiao Yun Yunku...! kata siluman wanita ini.
Kembalikan Payung Pengusir Rohku ! kata Zhao Yun.
Payung Pengusir Roh adalah benda pusaka perguruanku. Mana boleh dipakai oleh siluman, kata Zhao Yun.
Jangan panik begitu, dong ! kata Fu Xi sambil tersenyum. Ia menatap A Ze sambil berkata,
Sehabis mengucapkan perkataannya, Fu Xi langsung melancarkan serangan kepada Zhao Yun. Zhao Yun mengelak sambil menarik pedang Tange. Mereka lalu bertarung.
Pedang Li Huo ! sebilah pedang berwarna merah seketika muncul di dalam genggamannya.
Adik kecil...maukah engkau menemani kakak bermain beberapa hari?
Hati Zhao Yun langsung panik mendengar ucapan A Ze ini.
Sinopsis Episode 10:
Adik kecil...maukah engkau menemani kakak bermain beberapa hari? tanya Fu Xi.
Anak manis ini menggemaskan, bukan? kata Fu Xi sambil menatap Zhao Yun.
Zhao Yun merasa ia tidak bisa melawan Fu Xi di dalam wujudnya sebagai manusia. Sekarang ia dalam keadaan terdesak dan A Ze berada di dalam cengkraman Fu Xi. Zhao Yun tidak bisa berpikir lebih panjang lagi. Ia memutuskan untuk mengembalikan dirinya ke dalam wujud siluman.
Bagus ! Sudah mulai serius kamu rupanya ! kata Fu Xi. Zhao Yun lalu mengucapkan mantera,
Pisah ! Wujud Zhao Yun langsung berubah ke bentuk aslinya, yaitu siluman. Wajahnya masih tetap sama seperti semula. Hanya rambut dan pakaiannya saja yang berubah. Dengan rambut panjang terurai yang diikat ke belakang dan pakaian berwarna putih, Zhao Yun kelihatan cantik dan berwibawa.
Zhao Yun sudah bersiap-siap untuk bertanding dengan Fu Xi. Ia menyilangkan sepasang jari telunjuk dan jari tengahnya. Sinar ungu berkeredep di antara kedua tangannya.
Kayaknya cuma membuang waktu saja menikmati seorang siluman kecil yang manis ini sendirian, kata Fu Xi lagi.
Xiao Yun Yun...? teriak A Ze kaget. Zhao Yun yang malu langsung memalingkan wajahnya.
Memangnya wujud siluman tidak boleh dilihat manusia? Kamu dan aku itu sama. Sama-sama setengah dewa dan setengah siluman. Kamu memaksa dirimu berlatih Dao dengan kapasitasmu yang hanya separuh dalam wujud dewa. Bukan saja kemajuanmu berjalan sangat lambat, bahkan jika para tetua partai Wulingshan mengetahui rahasiamu ini, kamu pasti sudah mati ! lanjut Fu Xi lagi.
Zhao Yun kehabisan kata-kata. Ucapan Fu Xi adalah benar belaka. Ia menjadi salah tingkah di hadapan A Ze. Ia menatap A Ze dengan hati tidak tenang.
Ini bukan urusanmu ! hardik Zhao Yun. Fu Xi malah tertawa. Ia menyambung kembali ucapannya,
Huh, kamu ini diajak bersenang-senang tidak mau. Kak, tidak mudah loh aku bermurah hati mau menemanimu pergi ke sana. Kamu malah tidak mau mempertimbangkannya sama sekali ! kata Fu Xi.
Huh ! Zhao Yun langsung mendengus.
Aih, kesal deh sama kamu ! kata Fu Xi dengan kecewa. Ia lalu berbalik menghampiri A Ze. Ia membelai wajah A Ze sambil berkata,
Entah kamu ini termasuk golongan makhluk apa, kelihatannya dia sangat mempedulikan dirimu, sampai-sampai ia rela melepaskan segel di tubuhnya sendiri. Ya, sudah...aku tidak akan merebut kamu darinya. Payung Pengusir Rohnya kupinjam dulu sebentar untuk bermain. Aku pergi dulu ya....! Sehabis mengucapkan kata-kata ini, Fu Xi pun berkelebat lenyap dari tempat itu.
Sudah puas menatap aku? Sebaliknya menjadi marah, A Ze malah tertawa nakal.
Benar loh ! Kata A Ze lagi.
Jangan berbohong ! kata Zhao Yun. Perlahan-lahan A Ze mendekati Zhao Yun sambil berkata,
Hati Zhao Yun menjadi kebat-kebit. Mereka saling memandang satu sama lain.
Zhao Yun langsung kaget mendengar pertanyaan ini.
-------------
A Ze berjalan pergi meninggalkan Zhao Yun. Tapi baru berjalan beberapa langkah, mendadak ia membalikkan tubuhnya kembali. Ia memandang Zhao Yun sambil tersenyum.
A Ze lalu berlari-lari kecil kembali lagi ke tempat Zhao Yun berdiri. Ia menarik tangan Zhao Yun sambil tersenyum. Hati Zhao Yun sangat gembira. Ia balas menggenggam tangan A Ze dan berlari mengikuti A Ze.
TAMAT SEASON SATU
KISAH JIANG ZHAO YUN DAN A ZE INI AKAN BERLANJUT KEMBALI KE SEASON DUA !
********
Sumber Foto: https://sogou.com
No comments:
Post a Comment