Search This Blog:

Select Language To Translate Articles Here:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday, May 26, 2023

Review Dan Sinopsis Lengkap Drama Nu Er Hong 女儿红 The Red Devil


Nu Er Hong 女儿红 The Red Devil Kisah Romance Seorang Tabib Dengan Iblis Wanita!




Nu Er Hong

Nu Er Hong 女儿红 ini adalah drama pendek produksi terbaru dari tim Legenda Awan 云起传说 yang baru saja selesai syuting di akhir bulan Desember 2022.


Drama ini disutradarai oleh 2 orang sutradara wanita, yaitu Zhang Zhi Wei 张之微 dan Liu Yun Rui 流云蕊
 

Dibintangi oleh para aktris dari tim Legenda Awan yang namanya sudah tidak asing lagi, yaitu Vivi Sheng Wei, Ji Ji - Wang Lao Ji dan Yang Fu Yu.


Kali ini turut mendukung drama ini adalah aktor Yu Fei Fan 于非凡 atau yang dulu dikenal dengan nama Yu Le Yi 于了一 yang dulu pernah membintangi drama First Sword Of Wudang sebagai pemeran utama.

Proses syuting dari drama ini terhitung cukup berat bagi para kru drama ini, karena harus dilakukan di bulan Desember yang mana merupakan puncak dari musim dingin di China.


Dua orang sutradara wanita ini karena bekerja terlampau keras di tengah suhu udara yang ekstrim di bawah 0°C, akhirnya malah mengalami demam dan flu berat di lokasi syuting sampai suhu tubuh mereka mencapai 40°C.

Akan tetapi keduanya tetap bertahan dan meneruskan pekerjaan mereka hingga proses syuting rampung. Benar-benar luar biasa dedikasi dari kedua orang ini.


Para pemain utama juga mengalami penderitaan yang sama. Rata-rata mereka juga mengalami batuk dan flu, tapi kondisi mereka tidaklah seberat seperti yang diderita oleh kedua orang sutradara ini.
 

Tapi untunglah proses syuting berlangsung lancar dan cepat. Setelah berjuang dan bekerja keras selama kurang lebih seminggu, akhirnya syuting pun selesai. Mereka pun sudah bisa bernafas lega dan sedikit lebih santai sambil memulihkan kembali kondisi tubuh mereka yang sakit itu.


Yah, beginilah harga yang harus dibayar oleh para seniman film di saat mereka harus bekerja di musim dingin yang keadaan dan kondisinya sangat berat yang mana tetap harus mereka lalui dengan sabar.

Masih belum tahu bagaimana jalan cerita dari drama ini. Tapi kira-kira plot ceritanya adalah seperti yang disebutkan di judul, yaitu kisah romance antara tabib dan iblis wanita.


Tapi rasanya penayangan dari drama ini tidak akan terlalu lama, karena menurut bocoran bakal ditayangkan sekitar perayaan Hari Raya Imlek tahun 2023.


JUDUL:

NU ER HONG 女儿红 THE RED DEVIL.

Tahun: 2023.

Jenis: Drama Pendek.

Genre: Drama Klasik Fantasi Romance.

Tayang Di: Kuai Shou.

Bisa Ditonton Di: 

Kuai Shou dan Youtube (Channel: Wang Lao Ji & Sheng Wei ViVi Fans 吉微酒粉丝 dengan sub Indo). 

Tayang Tgl.: 25 Januari 2023.

Jumlah Episode: 27.

Durasi Per Episode: 2 menit.

Sutradara:

Zhang Zhi Wei 张之微 dan Liu Yun Rui 流云蕊.    


Pemain:

Vivi Sheng Wei 圣微, Ji Ji 吉吉 - Wang Lao Ji 王老吉, Yang Fu Yu 杨馥羽, Yu Fei Fan 于非凡, Zhuang Han 庄韩, dsb.

Yu Fei Fan  Yang Fu Yu  Vivi Sheng Wei Dan Ji Ji

Di sini S-Mov bagikan dulu pic-pic saat drama ini memulai upacara selamatan dan momen-momen saat sudah selesai syuting.


Yuk, Foto-Foto Di dalam Stasiun MRT Bersama Poster Drama Ye Mu 2 !

Di stasiun MRT Hang Zhou dipajang beberapa poster drama pendek yang saat ini sedang tayang di Kuai Shou. Salah satunya adalah drama Ye Mu 2.


Para kru dan tim produksi drama Nu Er Hong yang juga memproduksi drama Ye Mu 2 ini tentunya sangat bangga dan senang poster drama mereka terpajang di dalam stasiun MRT.


Nah, berhubung drama Nu Er Hong sebentar lagi tayang, maka para bintang utama drama Nu Er Hong tiba-tiba terpikir kepingin berfoto-foto di depan poster drama Ye Mu 2 ini untuk dibagikan kepada para fans mereka.



Yuk, kita simak di sini foto-fotonya !

Poster Drama Nu Er Hong ini bagus banget !





















Sinopsis Lengkap Drama Nu Er Hong:

Episode 1:

Binasakan makhluk dari dunia lain ini!


Saudara-saudara, ayo serbu ke dalam dan bunuh iblis wanita ini!


Demikian seruan-seruan dari orang-orang yang ingin menyerbu ke dalam rumah hiburan itu. 


Di dalam rumah hiburan itu, seorang wanita berpakaian merah-merah sedang berpesta makan minum ditemani oleh beberapa orang wanita penghibur yang menyanyi dan menari mengelilinginya.


Wanita ini adalah Shi Yi, seorang iblis wanita dari dunia lain yang pesawatnya kandas jatuh di bumi. 


Shi Yi yang cantik ini berwatak ganas dan telengas. Ia tak segan-segan membunuh orang-orang yang menentangnya. Ia adalah seorang mesin pembunuh yang amat ditakuti.



Setelah aku puas minum, baru kubunuh orang-orang itu, kata Shi Yi sambil menuang arak langsung ke mulutnya.


Budak obat sini! Shi Yi memanggil wanita yang berdiri di sampingnya itu.


Wanita yang dipanggil budak obat ini adalah rekan Shi Yi yang berasal dari tempat yang sama. Ia bernama Yi Ling, seorang wanita yang memiliki keahlian sebagai tabib.


Yi Ling lalu manut-manut menghampiri Shi Yi. Shi Yi memegang dagu Yi Ling sambil berkata,


Dengan darah yang kaumiliki, apa pun aku tak gentar!


Aku turut senang, majikan! sahut Yi Ling. Mendengar ucapan Yi Ling ini, Shi Yi tertawa gembira.


Keadaan ini membuat Shi Yi lengah. Tiba-tiba Yi Ling menusuk leher Shi Yi dengan sebatang pisau.


Mengapa? Bukankah aku orang yang paling kausayangi! seru Shi Yi penasaran.




Kau sudah lama bukan dia lagi, jawab Yi Ling.


Maafkan aku. Aku akan menyegel dirimu di dalam es, kata Yi Ling lagi.

----------

200 tahun kemudian…


Shi Yi yang disegel di dalam es mendadak terbangun dari tidur panjangnya.


Perlahan-lahan ia membuka matanya. Ia mulai mengingat-ingat keadaan dirinya dan peristiwa yang dialaminya dulu, tapi entah kenapa ingatannya seakan kosong. Ia tidak bisa mengingat apa pun. Ia benar-benar kehilangan ingatannya setelah tersadar dari tidur panjangnya.


Siapakah aku ini? tanyanya di dalam hati.

----------

Sementara itu di sebuah hutan, tak jauh dari tempat itu, seorang pemuda sedang dikeroyok oleh banyak orang.


Pemuda itu bernama Qi Tian Lin, seorang ketua muda dari Lembah Tanpa Bayangan.


Pihak yang mengeroyoknya juga bukan orang-orang sembarangan. Mereka ini berasal dari Paviliun Shuangji Lou.


Kalian orang-orang Shuangji Lou sungguh tak tahu malu. Kalian meracuni ayahku sebelum bertanding. Sekarang kalian juga ingin membinasakan aku. Kalian takut setelah aku berobat ke Bu Si Lu, aku akan merebut posisi ketua dunia persilatan dari kalian, kata Qi Tian Lin.


Bunuh dia! seru si kakek yang menjadi pemimpin dari orang-orang itu. Pemuda itu lalu dikeroyok lagi oleh orang-orang itu.


Sementara itu Shi Yi yang sedang mencari makanan, tak sengaja lewat di tempat itu.


Aku lapar…


Tiba-tiba sebatang pedang terbang melesat ke arah Shi Yi, tapi dengan tangkas ia menangkap pedang itu dan mengirimkannya kembali ke arah orang yang melemparnya. Pedang itu langsung menancap tepat di tubuh orang itu.


Dia membawa bala bantuan. Habisi dia! seru salah seorang dari pengeroyok itu. Dikiranya Shi Yi adalah teman dari Qi Tian Lin.


Bunuh! Teriak orang-orang itu.


Tetapi para pengeroyok itu langsung dibabat habis oleh Shi Yi. Si kakek pemimpin itu lalu menyerang Shi Yi dengan pedangnya. Tapi dia juga bukan lawan yang berat bagi Shi Yi. Sebentar saja si kakek sudah rebah di atas tanah.


Qi Tian Lin yang juga sudah menghabisi lawan-lawannya berdiri tertegun memandang Shi Yi.


Siapakah dia? Betapa tinggi ilmu silatnya sungguh sulit diukur, kata pemuda ini di dalam hati. Ia lalu berlari menghampiri Shi Yi. Ia mengangkat kedua tangannya sambil berkata,


Terima kasih atas bantuan nona….


Tapi naluri membunuh Shi Yi bangkit kembali. Mata Shi Yi langsung mencorong merah.


Bunuh dia…! bisik suara hatinya.


Mendadak ia menghantam Qi Tian Lin dengan pukulan maut. Walaupun hantaman tersebut bisa ditahan oleh pemuda itu, tapi tak pelak telah membuat pemuda itu terluka dalam. Darah mengalir keluar dari mulut pemuda ini.




Nona, kau…? kata Qi Tian Lin kebingungan.


Shi Yi yang sudah normal kembali lalu memandang tangannya yang baru saja menyerang pemuda itu.


Kemudian Shi Yi menekan dada kirinya dan seketika itu juga tubuhnya melesat terbang ke luar dari hutan itu. Tiba-tiba tubuhnya mendarat di sebuah tempat.


Tempat itu adalah sebuah kamar tidur. Tepatnya Shi Yi mendarat di atas genteng dari kamar itu. Di dalam kamar tersebut, seorang wanita sedang duduk membelakangi dirinya di atas ranjang. Wanita itu sedang berganti pakaian. Ia baru saja menanggalkan pakaiannya sebatas pundak.


Harum sekali! kata Shi Yi sambil memandang wanita itu dengan terkesima.


Ternyata gerak-gerik Shi Yi terdengar oleh wanita itu. Ia langsung menoleh dan berseru,


Siapa itu? 

Episode 2:

Saking terkesimanya memandang wanita itu, Shi Yi terpeleset dan ia jatuh ke dalam kamar.


Wanita itu menoleh dan berseru,

Siapa itu?

-----------

Kilas balik setengah jam yang lalu…

Setelah meninggalkan Qi Tian Lin di hutan itu, Shi Yi lalu duduk seorang diri di dalam hutan. Perutnya sangat lapar dan ia belum menemukan sesuatu yang bisa dimakan di hutan itu.


Saat itu salju sedang turun. Rasa dingin membuat perut Shi Yi menjadi semakin lapar.


Perutku lapar, kata Shi Yi sambil meraba-raba perutnya. Ia pun keluar dari hutan itu untuk mencari makanan.


Tak jauh dari tempat itu, seorang gadis sedang duduk memanggang seekor ayam di depan beranda rumahnya.


Ia sudah selesai memanggang daging ayam itu dan begitu mencium aroma yang harum dari daging ayamnya, hatinya senang sekali. Ia berjoget dan bernyanyi sembari duduk,


Ayam panggang….ayam panggang….! Ayam, aromamu wangi sekali. Dengan tusukan di bokong kirimu….


Rupanya aroma yang harum dari ayam panggang itu menggelitik hidung Shi Yi dan memancingnya datang ke tempat itu. Ia mendarat di atas genteng dan mengawasi si gadis dan ayam panggangnya itu.


Gadis itu bernama Ling Zhi. Ia adalah penghuni dari Pondok Bu Si Lu.

Pondok Bu Si Lu ini bukan tempat sembarangan di dalam dunia persilatan.


Majikan dari Pondok Bu Si Lu adalah seorang tabib wanita yang sakti bernama Hua Yu Tang. Dan Ling Zhi ini adalah murid dari wanita ini. Mereka tinggal berdua di dalam pondok itu.


Bu Si Lu adalah sebuah tempat atau balai untuk mengobati orang sakit. Tapi tidak sembarangan orang bisa diterima berobat di pondok ini. 


Majikan Bu Si Lu, Hua Yu Tang adalah seorang tokoh yang dihormati sekaligus disegani oleh teman maupun lawan. Selain memiliki ilmu silat dan ilmu pengobatan yang lihai, wanita ini berwatak pendiam dan jarang keluar dari pondoknya, sehingga orang-orang menjadi segan untuk mengusiknya.


Ling Zhi mendekatkan ayam panggang itu di depan hidungnya dan terciumlah aroma ayam yang sangat wangi. Perbuatan Ling Zhi ini membuat perut Shi Yi semakin lapar.


Wah, kepandaian memanggangku ini boleh juga nih. Guru akan kukasih makan ayam panggang ini, kata Ling Zhi dengan gembira.


 
Ling Zhi lalu menaruh ayam panggangnya di atas sebuah piring.

Lalu ia masuk ke dalam rumah sambil membawa piring itu.


Makan ayam panggang! seru Ling Zhi begitu masuk ke dalam rumah.


Shi Yi lalu mengikuti Ling Zhi. Ia melompat ke atas genteng bangunan ke mana Ling Zhi membawa masuk ayam panggangnya.


Lalu terdengar suara seorang wanita berkata,

Aku mau berganti pakaian dulu baru makan.


Shi Yi lalu melongok ke bawah dan ia melihat kamar tersebut adalah sebuah kamar tidur.


Seorang wanita sedang mengganti pakaiannya di atas tempat tidur. Shi Yi melihat sepasang pundak yang halus dan putih dari wanita itu. Penglihatan ini cukup membuat dirinya terkesima.


Saking terpukau matanya, membuat Shi Yi menjadi lengah. Kakinya mendadak terpeleset dan terpaksa ia melompat ke dalam kamar.


Aaahh…! seru Shi Yi kaget.

Shi Yi menengok ke atas genteng dan akibat perbuatannya ini, tampak bolong besar pada genteng itu, karena dibobol oleh Shi Yi.


Wanita itu langsung menoleh ke belakang dan tampak terkejut melihat ada seorang wanita asing jatuh dari atas genteng.

Siapa itu? seru wanita itu.

----------

Shi Yi mencari-cari ayam panggang itu dengan matanya. Ia menemukan piring ayam itu ada di atas meja. Dengan secepat kilat ia melesat ke sana dan menyambar ayam panggang itu, lalu kabur dari tempat itu.


Tindakannya sangat cepat dan wanita itu hanya sempat melihat bayangannya saja yang melintas keluar.


Ling Zhi yang sedang duduk di depan kamar menjadi terkejut, ketika melihat Shi Yi melintas di depannya.

Siapa itu? seru Ling Zhi kaget.


Shi Yi terpaksa berhenti di depan Ling Zhi sambil berusaha menyembunyikan ayam panggang itu di belakang tubuhnya.


Darimana datangnya maling ayam ini? seru Ling Zhi dengan marah.

Cepat keluarkan ayam panggangku! seru Ling Zhi lagi.


Shi Yi lalu mengeluarkan ayam panggang itu, tapi tidak dikembalikan kepada Ling Zhi. Dia justru sengaja memakan ayam itu di depan Ling Zhi.


Eh, cepat! Kalau tidak jangan salahkan aku kalau bertindak kasar! Melihat Shi Yi ngeyel, Ling Zhi menjadi semakin marah.


Tiba-tiba sepasang mata Shi Yi mencorong merah.

Bunuh dia! bisik suara hatinya. Di dalam pandangan Shi Yi, Ling Zhi diselimuti oleh warna merah.


Shi Yi mengulurkan tangan kirinya di depan dada. Seketika itu juga salju di atas angkasa berubah menjadi serpihan-serpihan es lancip yang menyerupai barisan pisau-pisau kecil.


Pisau-pisau es ini banyak sekali jumlahnya dan semuanya bergerombol di depan Shi Yi.

Pandangan Ling Zhi menjadi silau dan ia mengejap-ngejapkan kedua matanya.


Di saat yang amat berbahaya bagi keselamatan Ling Zhi ini, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita berseru di atas genteng,


Kenapa kau masih bengong saja di situ? Mau menunggu mati?


Shi Yi lalu menggerakkan tangan kirinya dan pisau-pisau es itu langsung
meluncur dan menyerang Ling Zhi secara serentak.


Dengan cepat dan gesit Ling Zhi menghalau semua serangan pisau-pisau es itu dengan pedangnya.


Ia berhasil menghalau semua pisau es itu, tapi belum lagi ia sempat memutar badannya, Shi Yi sudah bersiap akan melakukan serangan berikutnya.


Awas! Terdengar lagi seruan dari wanita itu.

Tapi sebelum Shi Yi melancarkan serangan yang kedua, mendadak tangan Shi Yi ditepis oleh seseorang.


Sesosok bayangan putih berkelebat di depan Shi Yi. Gerakan orang ini bagaikan kilat. Bukan saja ia berhasil menepis tangan Shi Yi yang sedang terulur itu, ia juga berhasil menghantam punggung Shi Yi dengan keras dan telak.


Shi Yi terhuyung-huyung beberapa langkah dan ia langsung memutar badannya dengan cepat.

Di depannya sudah berdiri seorang wanita yang cantik dan gagah. Wanita ini mengenakan pakaian berwarna putih dengan penampilan yang tenang dan elegan. 


Karena wanita ini berhasil menggagalkan serangannya, Shi Yi lalu mengawasi wajah wanita ini dengan penuh perhatian.


Sebaliknya air muka wanita ini langsung berubah hebat begitu melihat Shi Yi. Alis matanya berkerut dan Ia kelihatan sangat terkejut.

Wanita ini adalah Hua Yu Tang, sang majikan dari Pondok Bu Si Lu.


Setelah berhasil menenangkan dirinya, Hua Yu Yang lalu berseru kepada Ling Zhi,

Ling Zhi, racuni dia sampai mati!

Episode 3:

Baik, guru! sahut Ling Zhi sambil mengeluarkan sebutir pil berwarna merah dari kantong bajunya yang langsung disentilkannya ke arah Shi Yi.


Shi Yi mengebut pil tersebut dengan lengannya, tapi pil itu malah hancur dan berubah menjadi bubuk-bubuk merah yang langsung menerpa wajah Shi Yi.


Shi Yi langsung bersin-bersin menghirup bubuk merah itu.


Kau ini…siapa? tanya Shi Yi kepada Hua Yu Tang.

Apa dia bilang? gumam Hua Yu Tang bingung.


Tiba-tiba Shi Yi roboh di atas tanah. Rupanya ia terlanjur menghirup bubuk merah itu yang ternyata adalah pil beracun.


Dia membuatku kaget setengah mati! seru Ling Zhi sambil berlari menghampiri gurunya.


Guru, ilmu apa yang digunakan oleh perempuan iblis ini? Dia bisa membuat salju menjadi es. Hal ini sungguh aneh!


Hua Yu Tang lalu berjongkok di dekat Shi Yi dan mengamati keadaan perempuan yang pingsan itu. Lalu ia menotok tubuh Shi Yi di beberapa tempat.


Guru, bukankah kau ingin meracuni dia? tanya Ling Zhi kepada gurunya.


Itu cuma bercanda, sahut Hua Yu Tang singkat.


Hah…? Ling Zhi berseru keheranan.


Tiba-tiba terdengar suara seorang pria berseru dari luar,


Qi Tian Lin dari Lembah Tanpa Bayangan mohon bertemu dengan Tuan Hua!

Menyusul suaranya orangnya sudah muncul di depan pintu. Dengan sempoyongan pemuda itu menyeruak ke dalam. Baru beberapa langkah, dia sudah rebah dan pingsan di atas tanah. Kelihatan sekali pemuda ini sedang terluka.


Dia inikah Qi Tian Lin itu? Yang disebut orang si jago pedang yang sapuan pedangnya bagaikan angin di musim semi, yang berlayar seorang diri di tengah angin dan lautan yang dingin? kata Ling Zhi di dalam hati.


Sementara itu Hua Yu Tang sudah selesai memeriksa tubuh Shi Yi. Ia lalu berdiri dan memanggil Ling Zhi,


Ling Zhi…

Hah…? sahut Ling Zhi.


Bawa pemuda itu masuk dulu ke dalam. Kalau dia ini…kondisi tubuhnya agak aneh. Kau bawalah dia ke dalam kamarku. Aku ingin memeriksanya lebih lanjut, kata Hua Yu Tang.


Dibawa ke kamar guru...untuk diperiksa lebih lanjut? tanya Ling Zhi keheranan.


Hua Yu Tang memutar badannya dan mengawasi Ling Zhi dengan pandangan menegur.


Baiklah…guru. Aku sudah mengerti. Sekarang juga aku lakukan, kata Ling Zhi buru-buru.

----------

Setelah Shi Yi dibawa masuk ke dalam kamarnya, Hua Yu Tang langsung memeriksa tubuh Shi Yi. Mereka berdua duduk di atas ranjang.


Hua Yu Tang menotok beberapa jalan darah di tubuh Shi Yi. Kemudian ia menempelkan telapak tangannya di dada Shi Yi dan mengerahkan tenaga saktinya untuk mengobati wanita itu.


Tak lama kemudian, Shi Yi pun sadar dan membuka matanya. Tiba-tiba wanita ini mendekatkan wajahnya di depan wajah Hua Yu Tang dan berkata,


Kau…mengenali aku?

Hua Yu Tang menatap Shi Yi sejenak lalu menjawab,


Tidak!

Apa kau benar-benar sudah lupa? gumam Hua Yu Tang di dalam hati.


Tiba-tiba Shi Yi meraba dada kirinya seperti orang kesakitan. Hua Yu Tang cepat meraba nadi Shi Yi. Setelah menunggu beberapa saat, ia lalu berkata,


Di dalam tubuhmu tersimpan sebuah tenaga yang bukan berasal dari tubuhmu. Tenaga ini membebani jantungmu dan membuat darah dan hawa saktimu mengalir terbalik dan menyerang otakmu.


Mendengar penjelasan Hua Yu Tang ini, Shi Yi kelihatan sangat terkejut.


Selanjutnya kau tidak boleh sembarangan memforsir tenagamu, jika tidak ingin hawa saktimu pecah dan kehilangan nyawamu.


Apakah kau benar-benar tidak mengenali aku? Kenapa setiap kali aku memandangmu, jantungku selalu terasa sakit?
tanya Shi Yi lagi penasaran.


Saking kagetnya mendengar pertanyaan Shi Yi ini, Hua Yu Tang sampai buru-buru melepaskan tangannya dari nadi Shi Yi.


Aku tidak mengenal dirimu, sahut Hua Yu Tang.


Aku cuma tertarik untuk mengobservasi penyakit yang aneh-aneh, tambah Hua Yu Tang.

Kalau begitu mulai hari ini, tolong kau obati penyakitku ini, guru! pinta Shi Yi.


Hua Yu Tang menatap Shi Yi sejenak sebelum menjawab,


Jangan gampang-gampang menyebut guru pada seseorang.

Tetapi orang-orang pada memanggilmu guru, protes Shi Yi.


Namaku Hua Yu Tang, kata Hua Yu Tang memperkenalkan dirinya pada Shi Yi.


Namaku…..apa ya namaku? kata Shi Yi sambil mengernyitkan alisnya.

Kau pakai saja nama Shi Yi, kata Hua Yu Tang.


Hua Yu Tang….maukah kau mengobati Shi Yi? pinta Shi Yi dengan wajah penuh permohonan.


Hua Yu Tang menatap wajah Shi Yi dengan penuh selidik. Sebaliknya Shi Yi justru menatapnya dengan senyum manis di bibir.


Di saat seperti itu, mendadak terdengar suara seorang pria berteriak dari luar,


Zhuang Wu Ji, Ketua Paviliun Shuangji Lou datang mengunjungi Tuan Hua!

Episode 4:

Ling Zhi bergegas keluar untuk menyambut kedatangan tamu ini. Ia menyentilkan jari tangannya dari jarak jauh ke arah sebuah tempayan besar yang berisikan obat yang terletak di atas sebuah rak kayu di samping pintu.


Orang tua busuk ini pasti datang dengan niat tidak baik! seru Ling Zhi.

Baru saja ia mau bergerak maju, tiba-tiba Qi Tian Lin sudah menghalangi di depannya.


Mereka datang karena aku, biar aku saja yang menghadapinya, kata pemuda ini sambil menghalangi Ling Zhi dengan tangan kanannya.


Tapi dengan cepat Ling Zhi mengebas tangan pemuda ini, membuat Qi Tian Lin baru menyadari bahwa tangannya telah menyentuh tangan gadis itu secara tidak disengaja.


Mana bisa kau menghadapinya dengan keadaanmu yang seperti ini? Mau cari mati kau? seru Ling Zhi.

Urusan ini timbul karena aku, jadi sudah seharusnya aku yang menyelesaikannya, protes Tian Lin.


Baguslah jika kau mau bertanggung jawab, kata Ling Zhi.

Gadis itu lalu mengeluarkan sebutir pil dan dengan cepat dijejalkannya obat itu ke mulut Tian Lin.


Cepat kau telan ini. Kalau tidak nyawamu bisa melayang! seru Ling Zhi.

Kemudian gadis itu melangkah maju dan dengan sengaja berteriak dengan suara keras ke arah pintu,


Hari ini Pondok Bu Si Lu tutup. Silahkan Ketua Zhuang pulang saja!

Tapi mendadak pintu depan dihantam oleh seseorang dari luar. Pintu pun terbuka lebar dan di depan pintu sudah berdiri Ketua Zhuang beserta beberapa orang anak buahnya.


Bagaimana jika aku tidak mau? kata Ketua Zhuang begitu pintu terbuka. Pria ini lalu melangkah masuk diikuti oleh anak buahnya.


Tiba-tiba sehelai daun menyambar wajah dari Ketua Zhuang dan terdengar suara seorang wanita berseru,

Ketua Zhuang ternyata sombong sekali! Tahu-tahu Hua Yu Tang sudah berdiri di hadapan Ketua Zhuang.


Tetapi Ketua Zhuang berhasil menyambar daun terbang itu dengan kedua jarinya.

Mulai hari ini Qi Tian Lin ini adalah pasien dari Bu Si Lu! kata Hua Yu Tang tegas.


Setelah itu Hua Yu Tang menoleh pada Ling Zhi dan berkata,

Ling Zhi, antarkan tamu keluar!


Baik, guru! sahut Ling Zhi cepat.

Tapi sebelum Ling Zhi bergerak, Ketua Zhuang sudah melancarkan sebuah serangan jarak jauh kepada Hua Yu Tang.


Dengan cepat Hua Yu Tang menangkis serangan tersebut dengan pedangnya. Kedua orang tokoh ini lalu terlibat di dalam sebuah pertarungan jarak pendek di tempat itu.


Tapi semua serangan Ketua Zhuang berhasil ditangkis oleh Hua Yu Tang. Ia juga melancarkan serangan balasan dengan pedangnya.

Setelah bertarung beberapa jurus, mendadak Ketua Zhuang melancarkan sebuah serangan maut. Sambil melompat ia mengebaskan pedangnya ke arah kepala Hua Yu Tang.


Tapi yang mengejutkan semua orang adalah Hua Yu Tang  malah sengaja menyambut pedang Ketua Zhuang tersebut dengan tangannya. Ia menangkap pedang tersebut dengan tangan telanjang. Setelah tertangkap, pedang itu malah tidak bisa digerakkan lagi oleh Ketua Zhuang.

Batu sebesar apa pun bisa hancur lebur menjadi bubuk jika ditebas oleh pedang itu. Tapi pedang itu malah tidak mampu melukai sedikit pun kulit tubuh Tuan Hua! gumam Qi Tian Lin dengan kagum menyaksikan kehebatan dari ilmu silat Hua Yu Tang ini.


Ternyata di dalam dunia persilatan ada tokoh dengan kepandaian yang menakutkan seperti ini!  gumam Ketua Zhuang di dalam hati.


Melihat gurunya berada di atas angin, hati Ling Zhi menjadi sangat gembira. Ia lalu sengaja mengejek Ketua Zhuang,

Hari ini guruku sedang berbaik hati. Kalau tidak nyawamu pasti sudah melayang!


Ketua Zhuang lalu menarik kembali pedangnya. Hua Yu Tang juga tidak melancarkan serangan lagi.

Begitukah? jengek Ketua Zhuang.

Tapi yang kulihat adalah Bu Si Lu yang disegani dan ditakuti ini ternyata cuma segini-segini saja! ejek Ketua Zhuang tidak mau kalah.


Yah, iyalah tentu saja tidak sehebat kau yang terlahir hina ini yang berani membunuh saudaramu dan memenjarakan ayahmu demi mengangkat nama meraih posisi ketua dunia persilatan. Itukah yang disebut lihai menurut dirimu? Tukas Ling Zhi membalas ejekan dari Ketua Zhuang.


Ketua Zhuang, kau ini sungguh menarik. Di sekeliling Bu Si Lu ini bertaburan dengan racun. Orang-orang lebih suka menghindarinya jauh-jauh. Tapi kau malah ngotot tidak mau pergi! kata Hua Yu Tang.

Anak buah Ketua Zhuang tiba-tiba pada batuk semua. Ketua Zhuang secara reflek menoleh pada anak buahnya.


Tiba-tiba Hua Yu Tang menggerakkan tangannya di udara. Tiga butir pil merah melayang ke arah Ketua Zhuang. Dengan cepat Ketua Zhuang menyambar pil-pil tersebut.

Itu obat penawarnya, kata Hua Yu Tang.


Selama beberapa generasi para murid Bu Si Lu selalu mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia persilatan. Kami tidak pernah bertikai dan membuat musuh dengan pihak mana pun. Tapi jika Ketua Zhuang tetap bersikeras dengan maksud semula, maka dengan senang hati aku akan melayaninya, tukas Hua Yu Tang tegas.


Setelah berpikir sejenak Ketua Zhuang lalu berkata,

Berapa lama Tuan Hua akan mengobati dirinya?


Tiga bulan, jawab Hua Yu Tang.

Kalau begitu, sampai jumpa lagi! kata Ketua Zhuang yang akhirnya meninggalkan tempat itu.


Hua Yu Tang….kau menarik juga! gumam Ketua Zhuang di dalam hati.

Setelah Ketua Zhuang meninggalkan Bu Si Lu, Hua Yu Tang lalu berkata kepada Qi Tian Lin,


Bertahun-tahun yang lalu, mendiang ibuku pernah menerima budi kebaikan dari mendiang Ketua Qi dari Lembah Tanpa Bayangan. Kalau kau sembuh, berarti budi ini sudah impas.


Terima kasih, Tuan Hua, kata Qi Tian Lin cepat sambil menjura kepada Hua Yu Tang.

Tiba-tiba Ling Zhi mengajukan pertanyaan kepada gurunya,


Guru, sudahkah selesai memeriksa perempuan iblis itu? Apakah kita sudah bisa mengusirnya sekarang?

Aku sudah menerima dia sebagai pasien. Kau harus menyiapkan 2 buah kamar terpisah untuk mereka, jawab Hua Yu Tang.


Tapi Ling Zhi malah merajuk di depan gurunya,

Guru…! Apakah engkau sudah bukan lagi Hua Yu Tang dari Bu Si Lu yang kukenal selalu dingin dan penyendiri itu?


Tapi Hua Yu Tang tidak marah. Ia malah tersenyum dan mengetuk dahi Ling Zhi dengan jari tangannya dan berkata,

Kau ambillah pakaianku yang dulu dan berikan kepadanya. Pakaian yang ia kenakan sekarang….terlalu tipis dan terbuka.

Episode 5:

Pagi itu Hua Yu Tang baru saja mau keluar dari kamarnya, dilihatnya Shi Yi sudah berdiri di depan pintu. Shi Yi sudah berganti pakaian yang baru. Penampilannya terlihat lebih lembut.


Shi Yi maju beberapa langkah mendekati Hua Yu Tang, lalu berkata,

Sembuhkanlah aku!


Jangan terlalu dekat, kata Hua Yu Tang risih.

Shi Yi pun mundur beberapa langkah. Hua Yu Tang pun meninggalkan kamarnya.


Ayo, sarapan dulu, ajak Hua Yu Tang.

Sarapan? gumam Shi Yi bingung. Tapi ia berjalan mengikuti Hua Yu Tang.


Ling Zhi sedang menghidangkan sarapan di atas meja, ketika Qi Tian Lin keluar dari kamarnya.


Setelah hidangan sudah siap di atas meja, Ling Zhi tersenyum gembira memandang makanan-makanan tersebut.


Guru! seru Ling Zhi gembira ketika melihat gurunya sedang berjalan menghampirinya.

Selamat pagi Tuan Hua, sapa Qi Tian Lin ketika Hua Yu Tang lewat di sampingnya.


Pagi, balas Hua Yu Tang.

Guru, silahkan duduk! kata Ling Zhi.


Begitu gurunya duduk, Ling Zhi langsung menyumpitkan sepotong rebung untuk gurunya.


Guru, ayo cicipi rebung yang segar ini, kata Ling Zhi.

Rasanya enak, kan? tanya Ling Zhi kepada gurunya.


Kau juga harus banyak makan ini, kata Hua Yu Tang sambil balas menyumpitkan sepotong rebung ke mangkok muridnya itu. Ling Zhi tersenyum senang.


Tiba-tiba Shi Yi menyodorkan mangkoknya di depan Hua Yu Tang. Kontan semua orang kaget melihatnya.


Sejenak Hua Yu Tang bingung, tapi kemudian ia menyumpitkan juga sepotong rebung ke mangkok Shi Yi.


Shi Yi langsung mencomot rebung itu dengan tangannya dan memasukkan rebung itu ke dalam mulutnya tanpa menggunakan sumpit. Setelah itu ia tersenyum memandang Hua Yu Tang.


Ling Zhi memandang Shi Yi dan Hua Yu Tang bergantian dan ia kelihatan tidak senang.

Guru, aku mau lagi, kata Ling Zhi sambil menyodorkan mangkoknya di depan Hua Yu Tang.


Tapi Hua Yu Tang tidak menuruti keinginan muridnya ini dan tetap melanjutkan makannya. Hal ini membuat Ling Zhi menjadi cemberut.


Melihat Ling Zhi cemberut, Qi Tian Lin merasa tidak enak. Ia lalu menaruh rebung yang ada di sumpitnya ke mangkok Ling Zhi.


Tapi Ling Zhi kelihatan tidak senang. Ia lalu menuang kembali rebung tersebut ke dalam mangkok Qi Tian Lin sambil berkata,


Aku tidak mau punyamu!

Ling Zhi mengangkat kembali mangkoknya di depan gurunya sambil berkata,


Aku mau guru yang menyumpitkannya!

Hua Yu Tang memandang muridnya dengan pandangan menegur, lalu ia mengetuk kening muridnya itu sambil menegur,


Makan yang benar!

Oh…! sahut Ling Zhi tidak berani membantah.


Shi Yi yang sedang makan mantou dengan tangan ini mendadak meraup beberapa potong rebung dengan tangannya dan langsung menaruhnya ke dalam mangkok Ling Zhi.

Karuan hal ini membuat Ling Zhi semakin tidak senang. Ia langsung menegur Shi Yi,

Kau tidak bisa memakai sumpit? Jorok amat sih!

Ling Zhi, jangan berlaku kasar! tegur Hua Yu Tang kepada muridnya ini.


Oh…! sahut Ling Zhi tidak berani membantah.

Hua Yu Tang lalu memandang Shi Yi. Kemudian ia menggerak-gerakkan sumpitnya di depan wanita itu. Kemudian ia menyumpit sepotong sayur dan memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya perlahan-lahan.


Shi Yi memperhatikan gerak-gerik Hua Yu Tang, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya, kelihatan sudah paham apa yang dimaksudkan oleh Hua Yu Tang.

Shi Yi lalu meraih sumpitnya dan mencoba menyumpit makanan yang ada di atas piring. Tapi karena gerakannya kaku, makanan itu tidak berhasil ia sumpit.


Ling Zhi yang melihat hal ini menjadi semakin kesal. Pikirnya di dalam hati,

Pura-pura berlagak!


Melihat Shi Yi gagal menyumpit makanan, Hua Yu Tang lalu mengambil makanan itu dengan sendok dan menaruhnya ke dalam mangkok Shi Yi.

Pelan-pelan saja belajarnya, tak usah buru-buru, katanya kepada Shi Yi.


Tindakan Hua Yu Tang ini malah membuat Ling Zhi semakin cemburu. Ia langsung meletakkan mangkoknya di atas meja dan meninggalkan meja makan.


Aku sudah kenyang! katanya.

Qi Tian Lin memandang kepergian Ling Zhi dengan terkejut. Tapi Hua Yu Tang tidak mau meladeni muridnya itu, sebaliknya ia malah berkata kepada Qi Tian Lin,


Tuan Muda Qi, ke sinikan tanganmu!

Qi Tian Lin terkejut. Tapi ia langsung berdiri dan berkata,


Sudah merepotkan Tuan Hua.

Qi Tian Lin lalu menyodorkan tangannya di depan Hua Yu Tang yang langsung meraba nadi pemuda itu.


Aku akan meresepkan obatnya. Obatnya diminum setiap hari secara teratur. Setelah luka dalammu sembuh, baru aku obati urat nadimu yang mampet itu, kata Hua Yu Tang.


Hmm…! sahut Qi Tian Lin.

Sementara itu Ling Zhi yang sedang kesal hatinya terlihat sedang memasak obat.


Perempuan iblis itu pasti menggunakan jampi siluman untuk memikat guru. Aku harus mengusirnya dari tempat ini!

Demikian Ling Zhi mengambil keputusan di dalam hatinya.

Episode 6:

Hari itu Hua Yu Tang ada urusan mau pergi. Ia berpesan kepada Shi Yi,

Jika ada yang tidak dimengerti, kau bisa bertanya kepada Ling Zhi.


Setelah pamit dengan Ling Zhi, Hua Yu Tang lalu pergi.

Akhirnya kau jatuh ke dalam tanganku, pikir Ling Zhi gembira.


Hey, pendatang baru. Temani aku pergi mengurus sesuatu, kata Ling Zhi.

Aku siap melayanimu, jawab Shi Yi.

Huh, masih pura-pura, jengek Ling Zhi.


Coba nanti aku cari sebuah tempat hiburan, habis itu aku akan meninggalkanmu di sana. Biar kau cuci piring selama setengah tahun di situ, pikir Ling Zhi membuat rencana.

Kedua orang gadis itu lalu pergi meninggalkan Pondok Bu Si dengan menyamar sebagai pria.


Hey, di mana tempat yang paling mahal di sini? tanya Ling Zhi kepada orang-orang di jalan.

Tentu saja di Paviliun Zui Sheng! Kata orang-orang itu.


Paviliun Zui Sheng adalah sebuah tempat hiburan. Ling Zhi lalu mengajak Shi Yi ke sana.

Tuan Muda, kapan-kapan kembali lagi ya, kata si nyonya pemilik paviliun kepada tamu-tamunya.


Tuan Muda berdua, silahkan masuk dan bersenang-senang, kata si nyonya begitu melihat Ling Zhi dan Shi Yi.


Apa yang paling mahal di tempat ini? tanya Ling Zhi.

Wah, ini tamu kelas kakap, nih! Pikir si nyonya.


Tentu saja yang paling cantik adalah yang paling mahal! Kata si nyonya.

Ayo, ikuti aku! kata si nyonya lagi sambil menarik tangan kedua orang gadis itu.


Tuan muda, silahkan bersenang-senang, kata si nyonya begitu sampai di dalam.

Ternyata di dalam ruangan itu ada empat orang gadis penghibur yang sedang menyanyi dan menari.


Ling Zhi dan Shi Yi melihat pemandangan ini dengan wajah terkesima.

Nona Ling Zhi, apa yang akan kita lakukan di sini? tanya Shi Yi.


Santai saja buat apa tegang, jawab Ling Zhi.

Entah kenapa kelihatannya mereka sangat gembira, kata Shi Yi.


Wah, kedua orang tuan muda ini sangat manis, kata salah seorang wanita penghibur itu.

Ayo, ke mari bermain bersama kami, kata wanita-wanita itu sambil menarik tangan kedua orang gadis itu.


Mereka pun disuguhi arak. Ling Zhi lalu duduk sambil minum arak. Sedangkan Shi Yi berdiri bengong di situ dikelilingi oleh wanita-wanita itu yang berusaha merayunya.

Arak yang bagus, kata Ling Zhi.


Tentu saja. Arak kami merupakan minuman yang berharga, namanya arak penghilang stres. Beli satu dapat ekstra satu. Mau kupesankan lagi yang banyak? promosi wanita-wanita itu.


Bawakan ke sini semuanya! Kata Ling Zhi.

Tuan muda, minumlah lagi secangkir, kata wanita itu kepada Shi Yi.


Saat membawakan minuman, ada seorang pelayan yang melihat tanda pengenal Bu Si Lu yang dipakai oleh Ling Zhi.


Shi Yi, kau harus belajar beradaptasi dengan lingkungan, kata Ling Zhi.

Akhirnya karena disuruh harus belajar beradaptasi, Shi Yi pun jadi ikut minum.


Dan karena kebanyakan minum, akhirnya kedua orang gadis ini menjadi mabuk.

Si nyonya mengintip di luar kamar dengan hati gembira.


Bagus! Akhirnya mereka bisa bersenang-senang, pikir si nyonya.

Di dalam mabuknya, Ling Zhi dan Shi Yi mulai berjoget-joget di dalam ruangan itu.


Si nyonya lalu bertanya kepada pelayannya yang sedang membawakan minuman,

Nona-nona kaya darimana ini?

Dari Bu Si Lu, jawab pelayannya.

Cepat kau pergi ke Bu Si Lu. Suruh mereka mengantarkan uang ke mari. Kalau tidak, reputasi kedua orang nona ini akan tercemar, kata si nyonya.


Bagaimana jika Bu Si Lu menolak untuk membayar? Tanya pelayannya.

Yang punya uang adalah Tuannya. Kalau tidak, mereka harus tinggal di sini menjadi pelayan. Mereka adalah gadis cantik. Biar mereka tinggal di Paviliun Zui Sheng. Mereka harus menghasilkan uang untuk menebus kembali kebebasan mereka, kata si nyonya.

Episode 7:

Tuan Muda, mari kusuguhi kau arak, kata wanita penghibur itu kepada Shi Yi.


Arak? Kata Shi Yi.


Shi Yi lalu menggerakkan jarinya. Arak lalu terbang keluar dari cangkir. Shi Yi membuka mulutnya dan arak itu lalu meluncur masuk ke dalam mulutnya.


Arak bagus! Kata Shi Yi.


Monster! Teriak wanita-wanita penghibur di ruangan itu. Mereka pun lari ketakutan semuanya.


Kau sudah kutangkap, iblis wanita! Kata Ling Zhi.


Aku datang dari atas sana, kata Shi Yi sambil menunjuk ke atas langit-langit.


Aku sudah tahu. Siluman laba-laba! kata Ling Zhi.


Lihat, aku akan membunuhmu! Kata Ling Zhi sambil menyerang Shi Yi dengan tangannya. Tapi tangannya keburu ditangkap oleh Shi Yi.


Aku tidak mau bertarung. Aku mau minum, kata Shi Yi. Kemudian ia jatuh tertidur di atas meja.


Aku tidak mau minum. Aku mau kabur, kata Ling Zhi. Kemudian ia roboh di atas lantai dan jatuh tertidur.


Si nyonya membawa Hua Yu Tang masuk ke dalam ruangan itu.


Tuan Hua, lihat! Apakah mereka ini keluargamu? Tanya si nyonya.


Hua Yu Tang memandang ruangan itu dan mengenali Ling Zhi dan Shi Yi di situ.


Benar, jawab Hua Yu Tang.


Bagus, kalau begitu! Kata si nyonya girang.


Mereka memesan 4 orang gadis dan minum 10 botol arak. Total menghabiskan 300 tahil perak, kata si nyonya.


Hua Yu Tang terpaksa menyerahkan sejumlah uang kepada nyonya itu.


Kalau kau berani membocorkan sedikit saja urusan hari ini, maka jangan harap kau bisa melanjutkan kembali usahamu ini! ancam Hua Yu Tang kepada nyonya itu.


Tidak masalah, kata nyonya itu sambil tertawa.


Hua Yu Tang lalu menggandeng kedua orang gadis itu pulang. Di sepanjang jalan Ling Zhi dan Shi Yi terus mengoceh tidak karuan. Mabuk mereka belum hilang.


Betapa senangnya! Kata Shi Yi.


Dunia di luar sungguh menarik. Ling Zhi, terima kasih kau sudah mengajakku keluar, kata Shi Yi.


Iblis wanita yang menyebalkan! Mengapa kau masih terus mengoceh? Bukankah dia masih mencuci piring di sana? Kata Ling Zhi.


Mencuci apa? Biar aku pergi mengambilkan alat pencuci piring, kata Shi Yi yang lantas pergi dari situ. Tapi tangannya keburu ditarik kembali oleh Hua Yu Tang.

Siapa yang memegang tanganku ini? Apakah kau, Hua Yu Tang? Kalau bukan, aku akan membunuh orang! kata Shi Yi.


Ini aku, Hua Yu Tang! Mari kita pulang, jawab Hua Yu Tang.

Pulang…! Aku punya rumah sekarang! Pulang…!seru Shi Yi.

----------

Setibanya di rumah, Hua Yu Tang membaringkan Shi Yi di atas ranjang.



Hua Yu Tang, matikan lampunya! Seru Shi Yi.

Tiba-tiba Shi Yi bangun kembali dan memeluk tubuh Hua Yu Tang.

Temani aku minum arak, Liu Xu! Kenapa kau berpakaian sebanyak ini? Cepat lepaskan bajumu! kata Shi Yi.

Siapa Liu Xu? Tanya Hua Yu Tang.


Gadis di paviliun itu…yang paling cantik! Jawab Shi Yi.

Hua Yu Tang lalu membaringkan kembali Shi Yi di atas ranjang.


Tiba-tiba terdengar suara mencurigakan di luar.


Siapa itu? seru Hua Yu Tang.

Episode 8:

Keesokan harinya, Hua Yu Tang sengaja menghukum Ling Zhi dan Shi Yi di pekarangan. Ling Zhi disuruh mengangkat baskom di atas kepala sambil berdiri. Shi Yi juga dihukum berdiri sambil memasang kuda-kuda dan tidak boleh bergerak.


Guru, engkau sudah menghukum Ling Zhi selama 3 jam. Ling Zhi sudah tahu kesalahan Ling Zhi, rengek Ling Zhi.


Tapi Hua Yu Tang tidak menggubris permintaan muridnya. Ia tetap tiduran di kursi malasnya. Sementara itu Qi Tian Lin sedang berlatih pedang di pekarangan.

 

Tiba-tiba mata Shi Yi mencorong merah dan mendadak ia menyerang Qi Tian Lin dengan pukulan jarak jauh, tapi untung pemuda itu bisa menangkisnya.


Hua Yu Tang membuka matanya dan secepat kilat ia berkelebat ke tempat Shi Yi dan berhasil menotok gadis itu yang langsung terkulai pingsan di dalam pelukan Hua Yu Tang.


Apa yang terjadi dengan nona Shi Yi? Tanya Qi Tian Lin.


Dia itu seorang iblis betina! Bukan saja ia bisa mengubah salju menjadi es, dia juga bisa menghilang dalam sekejap! Seru Ling Zhi sambil menunjuk Shi Yi.


Guru, mengapa engkau membiarkan dia tinggal di sini? tanya Ling Zhi.


Dia bukan iblis betina! Ling Zhi, tidak bisakah kau membayangkan kemungkinan yang lain? Kata Hua Yu Tang.


Tapi Ling Zhi tidak bisa membayangkan apa-apa selain Shi Yi adalah seorang iblis betina.


Dia seorang dewi! Kata Hua Yu Tang.


Bagaimana mungkin? sahut Ling Zhi.


Ssshh…! Rahasia tidak boleh dibuka. Mengerti? Kata Hua Yu Tang dengan wajah serius.


Ling Zhi dan Qi Tian Lin saling memandang. Walaupun tidak setuju dengan perkataan gurunya, tapi mereka hanya bisa menganggukkan kepala mereka.


Kekuatan spiritualnya sedang kacau saat ia datang ke bumi. Tapi aku akan mengobatinya dan ia akan sembuh, kata Hua Yu Tang lagi.

----------

Sementara itu di dalam markas Paviliun Shuang Ji, Ketua Zhuang Wu Ji sedang duduk di kursi kebesarannya dan saat itu anak buahnya sedang menyeret masuk seorang pria.


Ayo, berlutut! Pria itu lalu dipaksa berlutut oleh anak buah Ketua Zhuang.


Lapor Ketua! Pria ini terluka oleh golok hitam itu. Dia sudah meminum semua obat, tapi lukanya tetap tidak sembuh. Tenaga dalamnya lenyap. Mungkin ia tidak bisa melewati malam ini! Lapor salah satu pengawalnya.


Di mana golok itu? tanya Ketua Zhuang.


Pengawalnya lalu menyerahkan golok hitam itu kepada Zhuang Wu Ji. Ketua Zhuang mencabut golok tersebut dan mengawasinya dengan seksama.


Pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Selesaikan secepatnya pembuatan golok ini. Kau tahu apa yang harus dilakukan terhadap orang-orang di Desa Pandai Besi itu, kata Ketua Zhuang.


Hamba mengerti, jawab pengawalnya.


Tiba-tiba pria yang sedang berlutut itu berteriak,


Zhuang Wu Ji, kau menggunakan cara yang licik dan kejam untuk menguasai dunia persilatan. Kau pantas untuk mati!


Golok hitam di tangan Zhuang Wu Ji berkelebat dan pria itu langsung tewas seketika.


Aku ingin tahu bagaimana kondisi Hua Yu Tang setelah ia terluka oleh senjata besi meteor ini! kata Ketua Zhuang.

----------

Setelah membaringkan tubuh Shi Yi di ranjang, Hua Yu Tang membuka perban di telapak tangannya yang terluka.


Luka di telapak tangannya sudah merapat, tapi bekasnya masih ada.


Hua Yu Tang teringat kejadian semalam, ketika ia baru saja membaringkan Shi Yi di atas ranjang, ia mendengar suara-suara mencurigakan di luar.



Siapa itu? teriak Hua Yu Tang sambil menengok ke arah balkon.


Ia lalu berjalan ke arah balkon dan tiba-tiba 4 batang senjata rahasia menyambar lewat di samping wajahnya dan menancap di kusen jendela.


Hua Yu Tang berhasil menangkap sebatang dari senjata rahasia itu dengan telapak tangannya.


Ia terkejut karena telapak tangannya langsung berdarah dan senjata itu telah berhasil melukainya.


Ia mencabut ujung dari senjata rahasia itu dan mengamati benda itu dengan seksama.


Besi meteor! Seru Hua Yu Tang. Ia teringat akan senjata yang pernah ia pakai untuk membunuh Shi Yi waktu itu.


Ini kebetulan atau disengaja? Pikir Hua Yu Tang curiga.

Episode 9:

Hua Yu Tang melukai telapak tangannya dengan pisau. Ia mengucurkan darahnya ke dalam mangkok obat Shi Yi. Ia mengobati Shi Yi dengan mengorbankan darahnya.

Shi Yi, buka mulutmu dan minum obat, kata Hua Yu Tang. Ia lalu menyuapkan obat ke mulut Shi Yi.


Pusatkan pikiranmu dan tenangkan hatimu, kata Hua Yu Tang. Shi Yi lalu memejamkan matanya, mencoba melakukan apa yang dikatakan oleh Hua Yu Tang.


Kenapa guru masih belum keluar juga dari kamarnya? Ling Zhi yang ada di luar kamar Hua Yu Tang bertanya-tanya di dalam hati.

Saat Hua Yu Tang keluar dari kamarnya, Ling Zhi melihat telapak tangan gurunya yang terluka.

Guru, engkau menggunakan darahmu lagi? tanya Ling Zhi.

Sshhtt…! Hua Yu Tang buru-buru berjalan pergi dari kamarnya.

Guru! panggil Ling Zhi ketika melihat gurunya berjalan pergi. Ia lalu mengejar gurunya sambil bertanya dengan penasaran.

Siapa dia sebenarnya? Dia datang dari angkasa? Apa maksud dari perkataan yang tidak masuk di akal ini? Aku tidak percaya dengan semua ini. Guru, kenapa engkau menyelamatkan nyawa perempuan iblis itu?


Hua Yu Tang memandang wajah muridnya itu. Ia lalu mengelus-elus kepala Ling Zhi dan berkata,

Aku juga tidak tahu mengapa aku menyelamatkannya. Tetapi aku tetap harus menyelamatkannya, jawab Hua Yu Tang.


Guru, apa maksud dari perkataanmu? Aku tidak mengerti, tanya Ling Zhi.

Dia adalah orang yang paling spesial di dalam hidupku, jawab Hua Yu Tang.


Apakah engkau sudah mengenalnya dari dulu? tanya Ling Zhi lagi.

Ya…! jawab Hua Yu Tang singkat. Ling Zhi lalu meraih tangan gurunya dan berkata,


Guru, engkau menyaksikan aku dari kecil hingga dewasa. Aku tahu engkau berbeda dengan manusia lain. Sejak aku kecil sampai sekarang wajahmu tidak pernah berubah. Aku tidak pernah bertanya padamu soal ini. Tapi…aku ingin tinggal bersamamu selamanya.

Hanya sedikit darah, tidak masalah, jawab Hua Yu Tang.


Guru, engkau selalu berkata seperti ini. Setiap kali engkau menghadapi penyakit yang aneh dan jarang ditemui, engkau selalu menggunakan darahmu untuk menyelamatkan orang. Setelah itu tubuhmu akan menjadi sangat lemah. Tahukah engkau melihat kondisimu yang seperti itu, hatiku sangat khawatir, bantah Ling Zhi.


Mendengar perkataan Ling Zhi ini, Hua Yu Tang tidak bisa menjawab. Ling Zhi lalu meninggalkan Hua Yu Tang dengan hati kesal.

---------

Ling Zhi mengantarkan obat kepada Qi Tian Lin yang saat itu sedang duduk mengantuk sendirian di aula.

Sudah waktunya kau minum obat, kata Ling Zhi seraya meletakkan mangkuk obat di atas meja. Setelah itu Ling Zhi lalu duduk di seberang pemuda itu.


Ada apa denganmu? tanya Qi Tian Lin ketika melihat wajah Ling Zhi yang cemberut.

Hatiku sedang tidak gembira, sahut Ling Zhi.

Aku tidak mengerti kenapa guru tetap bersikeras menyelamatkan perempuan iblis itu, sambung Ling Zhi.

Bukankah dia seorang dewi? Tanya Qi Tian Lin.

Bagaimana mungkin dia seorang dewi! Guruku itu baru seorang dewi, tukas Ling Zhi.

Guru Hua melakukan itu tentu memiliki alasan sendiri, kata Qi Tian Lin.

Kau tahu tentang itu? tanya Ling Zhi.

Seharusnya kau juga tahu tentang itu, kata Qi Tian Lin.

Kata orang, Pondok Bu Si adalah sebuah tempat yang terasing. Tetapi ada kabar burung yang mengatakan, bahwa pemimpin Pondok Bu Si dari generasi terdahulu semuanya memiliki jiwa ksatria. Mereka selalu bertindak bijaksana berdasarkan keadilan. Guru Hua bersedia mengobatiku. Ini merupakan bukti dari hal ini, cerita Qi Tian Lin.

Mendengar ucapan Qi Tian Lin ini, hati Ling Zhi menjadi terhibur.

Kau cukup bijaksana dan bisa berpikir rasional, puji Ling Zhi.


Ayo, kita minum teh dan jangan bersedih lagi! kata Qi Tian Lin sambil menyodorkan secangkir teh kepada Ling Zhi.
 

Ling Zhi mengawasi wajah pemuda itu dan mendadak hatinya merasa malu. Ia tidak menerima teh itu, melainkan buru-buru bangun dan meninggalkan tempat itu.


Tinggallah Qi Tian Lin sendirian yang memandang kepergian Ling Zhi dengan hati bingung.

Episode 10:

Di sebuah rumah makan terjadi keributan. Seorang pria setengah baya dan anak gadisnya yang merupakan penyanyi jalanan yang menjual jasa hiburan di rumah makan itu baru saja hendak meninggalkan tempat itu. Tapi beberapa orang pria bercaping berpakaian hitam-hitam yang sedang makan di tempat itu tiba-tiba bangkit berdiri menghampiri mereka.

Hei, jangan bergerak! Gadis ini lumayan cantik juga! Kau harus menemani aku di sini. Tidak gemuk tidak kurus, cukup kenyang untuk dimakan!


Pria-pria itu bersikap kurang ajar dan mengerubuti gadis itu. Tangan mereka meraba dan memeluk gadis itu. Ayah si gadis lalu berlutut di depan pria-pria itu sambil memohon.


Tuan-tuan, aku mohon lepaskan anakku. Tapi salah satu dari pria-pria itu menampar dan menghardiknya.

Pergi! Pria tua itu pun tersungkur di atas lantai.

Ayah! si gadis berteriak kaget.


Aku mohon padamu…! Pria tua itu masih terus memohon-mohon kepada rombongan pria-pria itu.

Keributan itu memancing perhatian dari orang-orang yang sedang makan di tempat itu.


Siapa mereka itu? Mengapa mereka memukuli orang? demikian orang-orang yang sedang makan di sana menjadi terheran-heran.

Lihat apa! Ini urusan Paviliun Shuang Ji. Siapa yang berani ikut campur! hardik salah seorang pria bercaping itu.


Ternyata Hua Yu Tang dan seluruh penghuni Pondok Bu Si juga sedang makan di tempat itu.

Kita baru tutup satu bulan dan keluar hari ini, tapi sudah harus menyaksikan kejadian yang menjengkelkan ini. Guru, ayo kita selesaikan hal ini! kata Ling Zhi.


Tapi Hua Yu Tang diam saja.

Hei, ke sini kauMau sembunyi di mana? seru pria bercaping itu kepada si gadis.


Akhirnya Qi Tian Lin tidak tahan lagi. Ia menggebrak meja dan bangkit berdiri menghadap pria-pria bercaping itu.

Aku sudah kerap merasakan muslihat yang dilakukan oleh Paviliun Shuang Ji!

Kau ini siapa, anjing! Hardik pria bercaping itu.

Aku ayahmu! Balas Qi Tian Lin.


Pria bercaping itu menjadi marah dan langsung menyerang Qi Tian Lin. Qi Tian Lin lalu terlibat perkelahian dengan pria-pria bercaping yang merupakan orang-orang dari Paviliun Shuang Ji itu.

Mereka mulai berkelahi! Seru orang-orang yang makan di rumah makan itu.

Tapi orang-orang itu bukanlah tandingan Qi Tian Lin. Sebentar saja mereka sudah dirobohkan.

Hei anjing….ayo, panggil ayah! seru Qi Tian Lin.


Kau tunggu saja, bocah tengik! Kau membawa tiga orang wanita ke sini, tapi berani kurang ajar terhadap kami! Tunggu aku kembaliNanti ketiga orang wanita ini akan kujadikan gundik! Seru pria bercaping itu.


Aku akan membunuh kedua ekor anjing ini! seru Ling Zhi sambil menggebrak meja.

Tiba-tiba Shi Yi sudah melesat di depan orang-orang Paviliun Shuang Ji itu dan menyerang mereka dengan pukulan jarak jauh.


Salah satu dari pria itu langsung roboh di atas tanah. Pria yang satu lagi langsung lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.

Hua Yu Tang langsung menghadang di depan Shi Yi. 


Guru, merekalah yang memulai duluan bukan kita. Kita tidak ada niat sama sekali untuk mencari masalah, kata Ling Zhi.


Aku sangat marah, kata Shi Yi. Tapi Hua Yu Tang malah mengernyitkan alisnya. Melihat ini Shi Yi buru-buru berkata lagi,

Hua Yu Tang, aku bersalah!


Hua Yu Tang mengulurkan tangannya kepada Shi Yi yang langsung disambut oleh gadis itu.


Tiba-tiba orang-orang bercaping itu datang lagi dan kali ini lebih banyak jumlahnya.

Itu mereka yang telah memukuli orang-orang kita! Salah seorang dari mereka menunjuk rombongan Hua Yu Tang.


Sebutkan nama kalian! Hardik salah seorang dari mereka.

Pondok Bu Si, Hua Yu Tang! Jawab Hua Yu Tang.



Orang-orang dari Paviliun Shuang Ji itu pun terdiam dan tidak berani berkata-kata lagi.

Ayo, kita pergi! kata Hua Yu Tang kepada rombongannya.


Mereka pun meninggalkan tempat itu dengan leluasa tanpa mendapat gangguan lagi.

Episode 11:

Sepulangnya dari rumah makan itu, Hua Yu Tang langsung menghukum Ling Zhi, Qi Tian Lin dan Shi Yi. Mereka disuruh berdiri di luar aula sambil memasang kuda-kuda dan tidak boleh bergerak sama sekali.

Ulurkan tanganmu, kata Hua Yu Tang kepada Ling Zhi.

Aku bersalah. Tidak mematuhi perintah guru. Terlalu usil dan suka mencampuri urusan orang lain, kata Ling Zhi sambil mengulurkan tangannya.

Hua Yu Tang memukul telapak tangan Ling Zhi sekali dengan kayu pemukul, membuat Ling Zhi meringis kesakitan.



Hua Yu Tang lalu menghampiri Qi Tian Lin.


Aku tidak mentaati nasihat tabib. Pantas dipukul, kata pemuda itu. Hua Yu Tang lalu memukul telapak tangan Qi Tian Lin sekali dan pemuda ini juga meringis kesakitan.



Hua Yu Tang lalu menghampiri Shi Yi.






Aku tidak mentaati perintah Hua Yu Tang. Pantas dipukul! Kata Shi Yi sambil mengulurkan tangannya sebelum diperintah.


Tapi Hua Yu Tang tidak memukul telapak tangan Shi Yi. Ia hanya menempelkan kayu pemukul di atas telapak tangan Shi Yi sekali, lalu diangkat kembali.

Guru, engkau tidak adil! Kenapa engkau tidak memukulnya? Protes Ling Zhi langsung.

Aku sudah memukulnya, tapi agak ringan. Lagipula ia sedang sakit, jawab Hua Yu Tang.


Aku juga sedang sakit, kata Qi Tian Lin reflek.


Shi Yi memandang Hua Yu Tang dengan senyum tertahan. Sedangkan Ling Zhi dan Qi Tian Lin tidak berani mengatakan apa-apa lagi.


Baiklah, kalian bisa berdiri sekarang, kata Hua Yu Tang.


Tidak mematuhi perintah akan mendapat hukuman yang ringan. Tetapi kalian semua tidak melakukan kesalahan apa-apa, lanjut Hua Yu Tang.


Ling Zhi tersenyum memandang Qi Tian Lin. Shi Yi juga tersenyum. Sewaktu Ling Zhi melihat Shi Yi, senyumnya langsung hilang dan ia memonyongkan mulutnya. Shi Yi juga melakukan hal yang sama. Kedua orang gadis itu lalu memalingkan muka mereka.


Ketua dari Paviliun Xiao Xiang ingin bertemu dengan Tuan Hua! Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar.


Hua Yu Tang menoleh pada Ling Zhi dan berkata,


Bukalah pintunya dan coba lihat apa yang terjadi!


Ling Zhi lalu membuka pintu. Seorang pria setengah baya langsung roboh di atas tanah. Pria yang berdiri di sampingnya lalu berjongkok dan berseru,


Ketua…ketua…!


Begitu melihat Ling Zhi, pria itu lalu menjura dan berkata,

Tuan Hua, tolong selamatkan ketua kami. Beliau tidak mau menghambakan diri kepada Paviliun Shuang Ji. Pergelangan tangannya dilukai oleh Zhuang Wu Ji. Tak disangka…


Ling Zhi lalu memeriksa tangan pria itu. Memang terlihat lukanya sangat aneh.

Lukanya sangat aneh, kata Ling Zhi di dalam hati.

Episode 12:

Hua Yu Tang memeriksa tubuh pria itu. Tapi pria itu sudah keburu meninggal.

Sudah terlambat. Turut berbelasungkawa, kata Hua Yu Tang.


Ketua…Ketua…! Sang murid meratapi jenazah gurunya.


Racun apa yang diderita oleh Ketua Zhao? Tanya Qi Tian Lin.


Ketua tidak keracunan. Oh, tidak. Ia pasti terkena racun. Aku dengar Zhuang Wu Ji berhasil mendapatkan sebatang golok pusaka yang sudah lama lenyap. Setelah bertarung dengannya, semua orang yang terluka oleh golok itu dan tidak mau tunduk kepada Paviliun Shuang Ji akan kehilangan nyawanya, cerita pria itu.


Apakah golok itu berwarna hitam? Tanya Hua Yu Tang.


Ya, betul, jawab pria itu.


Tuan Hua, darimana engkau tahu? Tanya pria itu.


Besi meteorit adalah satu-satunya bahan di dunia yang bisa melukai Shi Yi dan aku saat ini. Tapi aku sudah menghancurkan metode pemrosesan bahan ini. Apakah seseorang dari Desa Pandai Besi diam-diam kembali memproses ulang bahan itu? Pikir Hua Yu Tang di dalam hati.

Guru…! Ling Zhi mengingatkan gurunya yang sedang larut dalam lamunan itu.

Ada sebuah sejarah yang tercatat di dalam sebuah kitab kuno. Sebuah batu yang aneh terjatuh dari langit, di mana batu ini bisa membunuh orang secara tak terlihat. Tapi batu semacam ini sangat sulit untuk diproses. Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa mendapatkan metode itu kembali, cerita Hua Yu Tang.


Desa Pandai Besi sudah menempa besi dari generasi ke generasi sebagai mata pencaharian mereka. Kata orang mereka berhasil menempa sebatang belati yang mana telah berhasil membunuh seorang iblis dari luar angkasa. Iblis macam apa dia? Aku mengirim catatan kuno yang ditulis oleh pendiri partai kami. Iblis dari luar angkasa yang jatuh ke bumi dengan segel perak di seluruh tubuhnya. Dia membawa bencana ke dunia. Langit lalu menempa sebuah senjata ajaib dan berhasil membinasakan iblis itu. Kata orang senjata ajaib itu ditempa dari Desa Pandai Besi. Desa Pandai Besi…semua orang di desa itu telah dikepung oleh orang-orang Paviliun Shuang Ji! Demikian cerita pria itu.

Aku mengerti. Kau bawalah jenazah Ketua Zhao pulang dan selesaikan pemakamannya, kata Hua Yu Tang.



Baiklah! Jawab pria itu sambil menjura pada Hua Yu Tang.

----------

Malam harinya, Hua Yu Tang duduk berunding dengan Ling Zhi bertiga di sebuah meja.


Setelah meminum secangkir teh, Hua Yu Tang berkata kepada Ling Zhi,


Besok kau ikut aku ke Desa Pandai Besi.


Guru, apakah kita benar-benar harus menangani urusan ini?
tanya Ling Zhi.


Nanti kita lihat saja, jawab Hua Yu Tang.


Tuan Hua, biarkan aku ikut denganmu. Engkau sudah lama tidak berkelana lagi di dunia persilatan. Aku tahu lebih banyak darimu,
kata Qi Tian Lin.


Setelah berpikir sejenak, Hua Yu Tang menganggukkan kepalanya.


Akan tetapi lukamu belum pulih benar. Kau tidak boleh memaksakan diri terlalu keras, kata Hua Yu Tang.


Hmm…! Qi Tian Lin mengangguk.


Aku juga mau ikut! Tiba-tiba Shi Yi ikut bicara.


Tidak boleh! jawab Hua Yu Tang.


Kenapa? tanya Shi Yi penasaran.


Tidak kenapa-kenapa! jawab Hua Yu Tang dengan suara keras. Semua orang terkejut melihat sikap Hua Yu Tang yang tegas ini.


Kalau kau berani tidak taat, aku akan memintamu pergi sekarang juga dari Pondok Bu Si! Kata Hua Yu Tang lagi.


Shi Yi langsung diam, tidak berani mengucapkan apa-apa lagi.

Episode 13:

Hua Yu Tang, Ling Zhi dan Qi Tian Lin tiba di Desa Pandai Besi. Orang-orang dari Paviliun Shuang Ji berhasil menguasai desa itu dan berkeliaran di mana-mana, membuat mereka bertiga harus menyembunyikan diri.

Tuan Hua, biar aku saja yang menghalau mereka, kata Qi Tian Lin.

Tapi Ling Zhi menepuk pundak Qi Tian Lin dan berkata,

Tapi lukamu belum pulih secara keseluruhan. Jangan terlalu memaksakan diri. Biar aku saja yang melakukannya!


Qi Tian Lin ingin mencegah gadis itu, tapi Ling Zhi sudah keburu pergi dari tempat itu. Qi Tian Lin lalu berkata kepada Hua Yu Tang,

Tuan Hua, kita bertemu lagi di Hutan Qing Xiang! Hua Yu Tang mengangguk dan Qi Tian Lin pun pergi dari tempat itu.


Ling Zhi berjalan ke tempat orang-orang Paviliun Shuang Ji yang sedang meronda.

Hei, aku ingin menanyakan sesuatu! teriak Ling Zhi kepada orang-orang itu.


Di mana jalan menuju ke penginapan? Tanya gadis itu lagi.

Tempat ini berada di bawah kekuasaan kami. Minggir kau! bentak seorang dari mereka.


Apa maksudmu? Aku cuma menanyakan jalan. Kenapa kau begitu galak? Bersikaplah lebih sopan! Seru Ling Zhi. Tapi orang-orang itu malah mencegat jalannya.

Hei, kalian mau apa? seru Ling Zhi.

--------

Sementara itu di sebuah rumah di dalam Desa Pandai Besi  terlihat seorang pria pandai besi sedang menempa senjata disaksikan oleh dua orang pria dari Paviliun Shuang Ji.


Cepat sedikit! Bentak salah satu pria itu.

Ini senjata yang terakhir. Kenapa kau begitu lambat? Bentak pria yang lain.


Tiba-tiba Hua Yu Tang muncul di belakang mereka. Ia menghantam kedua orang pria itu dengan pukulan jarak jauh. Kedua orang pria itu langsung roboh di atas tanah.


Ceritakan padaku apa yang terjadi? Tanya Hua Yu Tang kepada pria pandai besi itu.

Dermawan, tolong selamatkan kami! Kata pria itu sambil menghampiri Hua Yu Tang.


Keluarga kami baik tua maupun muda telah ditahan oleh orang-orang Paviliun Shuang Ji. Dia…

Belum selesai kata-katanya, pria itu mendadak roboh di depan Hua Yu Tang, tapi untung Hua Yu Tang sigap menahan tubuh pria tersebut.

Kumohon selamatkan mereka, kata pria itu sebelum roboh. 


Tapi mendadak tangan pria itu mencabut keluar sebilah belati dari dalam lengan bajunya dan menancapkannya dengan cepat ke dada Hua Yu Tang sambil berseru,


Maafkan aku! Merekalah yang memaksaku melakukan hal ini!

Belati itu berhasil menancap di dada sebelah kiri. Hua Yu Tang menarik keluar belati itu dari dadanya dan mencium baunya.


Beracun…Begonia Tujuh Bintang! Gumam Hua Yu Tang. Tapi di sekeliling tempat itu sudah bermunculan beberapa orang penjaga dari Paviliun Shuang Ji.

---------

Qi Tian Lin muncul di tempat itu untuk membantu Ling Zhi. Kini mereka dikepung oleh para penjaga dari Paviliun Shuang Ji. Qi Tian Lin dan Ling Zhi lalu beradu punggung bersiap menghadapi para pengepungnya.


Bunuh mereka! Teriak salah seorang dari penjaga itu.

Tunggu! Aku cuma bertanya jalan. Kenapa jadi begini? kata Ling Zhi.


Orang-orang Paviliun Shuang Ji membunuh orang seperti mencabut rami! Kata Qi Tian Lin.

Kalau begitu aku tidak perlu khawatir lagi, kata Ling Zhi.


Qi Tian Lin memandang Ling Zhi dengan keheranan. Tapi mendadak Ling Zhi menjejalkan sebutir obat ke dalam mulut pemuda itu. Setelah itu Ling Zhi mengebutkan tangannya dan bubuk merah menerpa wajah para penjaga itu dan mereka pun roboh di atas tanah.


Ini pelajaran dari Pondok Bu Si. Bertarung itu terlalu lama. Menggunakan racun lebih cepat. Ayo, kita pergi! Kata Ling Zhi sambil melangkah pergi.


Bagaimana dia bisa secuek ini ya menyebut seseorang perempuan iblis setiap hari? Pikir Qi Tian Lin di dalam hati.


Mereka berjalan terus ke depan. Lalu mendadak terdengar suara minta tolong di sekitar tempat itu.

Tolong…tolong…!

Keduanya mencari sumber suara itu. Akhirnya mereka menemukan sebuah rumah dan ketika membuka pintu rumah itu, di dalamnya terlihat sejumlah pria yang merupakan penduduk di desa itu sedang duduk di atas lantai dengan tangan terikat.


Tapi sebelum mereka melangkah masuk untuk menyelamatkan penduduk desa itu, di belakang mereka sudah bermunculan banyak penjaga dari Paviliun Shuang Ji.


Episode 14:

Sementara itu Hua Yu Tang yang sedang terluka dan keracunan itu juga sedang dikepung oleh para penjaga dari Paviliun Shuang Ji.


Di saat yang berbahaya bagi keselamatan Hua Yu Tang itu, mendadak muncul Shi Yi di tempat itu. Shi Yi langsung membuat para penjaga itu bergelimpangan di atas jalan.


Mengapa kau ada di sini? tanya Hua Yu Tang.


Aku mengkhawatirkan dirimu, jawab Shi Yi.


Jangan menggunakan tenagamu lagi. Ayo, kita pergi dari sini! kata Hua Yu Tang.


Hmm..! Shi Yi langsung memapah Hua Yu Tang meninggalkan tempat itu.


Cepat…cepat…! Tak lama kemudian berdatangan lagi sejumlah penjaga dari Paviliun Shuang Ji di tempat itu.


Begitu melihat mayat-mayat rekannya yang bergelimpangan di atas jalan, salah seorang dari mereka berjongkok dan mencongkel tanah di tempat itu yang terciprat oleh darah Hua Yu Tang.


Pergilah dan laporkan kepada ketua. Kau dan aku kejar dia! kata pria itu kepada rekannya.


Ayo, kita kejar dia! Jangan biarkan dia lolos! Mereka pun lari mengejar Hua Yu Tang.


Shi Yi dan Hua Yu Tang berlari sampai di sebuah hutan. Sementara itu para pengejarnya juga sudah semakin dekat di belakang.


Akhirnya Hua Yu Tang tidak kuat lagi dan ia jatuh tersungkur di di belakang sebuah pohon. Otomatis Shi Yi pun berhenti berlari.


Hua Yu Tang…! Panggil Shi Yi. Tapi Hua Yu Tang sudah jatuh pingsan.


Kejar…! Dari belakang sudah terdengar suara-suara para pengejarnya yang semakin dekat.


Shi Yi lalu bangkit berdiri dan membalikkan badannya untuk menghadapi para pengejarnya.


Akan kubunuh kalian! Seru Shi Yi marah.


Mata Shi Yi langsung mencorong merah membuat para pengejarnya terkejut.


Bunuh Hua Yu Tang! Ketua akan memberikan hadiah besar kepada kalian! Bunuh dia! Seru pria setengah baya yang menjadi pemimpin dari orang-orang itu.


Tetapi belum sempat orang-orang itu menyerang Shi Yi, pukulan Shi Yi sudah lebih dulu menyambar tubuh mereka yang langsung membuat mereka jatuh bergelimpangan di atas tanah.


Sang pemimpin berdiri bengong dan tercekat hatinya melihat kejadian ini. Tapi sebelum dia bereaksi, pukulan Shi Yi sudah menyambar kembali ke leher pria itu.


Monster! Seru pria itu sambil meraba lehernya yang tercekik.


Para anak buahnya yang masih hidup cepat-cepat bangun dan berlari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.


Cepat lari…cepat lari…! Seru mereka ketakutan.


Shi Yi menggerakkan tangannya dan tubuh si pemimpin itu langsung terangkat ke atas pohon dalam keadaan leher tercekik. Beberapa saat kemudian, tubuhnya lalu roboh di atas tanah dan tewas seketika.

                                                                     .

Shi Yi membalikkan badannya kembali menghadap Hua Yu Tang yang masih pingsan.


Bunuh! Naluri membunuh masih mengendalikan pikiran Shi Yi. Matanya masih mencorong merah. Tapi kesadaran sedikit demi sedikit mulai timbul di dalam pikirannya.


Shi Yi mengejap-ngejapkan matanya untuk menenangkan pikirannya.


Hua Yu Tang…gumam Shi Yi begitu melihat Hua Yu Tang.


Shi Yi lalu menggerakkan tangannya dan sebatang pedang yang tergeletak di atas tanah langsung terangkat naik dan disambar dengan cepat oleh tangannya. Dan sekali tangan Shi Yi bergerak, pedang itu lalu menyambar lengannya dan darah pun muncrat menciprati wajahnya. Setelah itu pikiran Shi Yi pun menjadi tenang kembali.


Shi Yi lalu menggendong Hua Yu Tang di atas punggungnya dan berjalan menyusuri hutan itu.


Sementara itu luka di lengan Shi Yi terus mengucurkan darah yang menetes-netes di atas dedaunan kering yang bertebaran di atas tanah.

Episode 15:

Hari sudah malam. Shi Yi dan Hua Yu Tang terpaksa bermalam di hutan itu.


Hua Yu Tang bersender di bawah pohon, sedangkan Shi Yi duduk di dekatnya.


Dingin…dingin sekali…! kata Hua Yu Tang sambil menggigil. Sepertinya racun di dalam lukanya sudah bereaksi.


Shi Yi lalu merangkul Hua Yu Tang, menggenggam dan meniup-niup tangan Hua Yu Tang agar membuatnya lebih hangat.


Bodoh…! Pergi buat api sana! Kata Hua Yu Tang sambil menyerahkan alat pembuat api kepada Shi Yi.


Baiklah, kau tunggu di sini ya! kata Shi Yi.


Beberapa saat kemudian, Shi Yi sudah berhasil membuat api unggun.


Masih merasa dingin? Tanya Shi Yi. Tapi Hua Yu Tang tidak menjawab. Hal ini membuat Shi Yi khawatir. Ia pun cepat menghampiri Hua Yu Tang.


Hua Yu Tang? Panggil Shi Yi. Tapi Hua Yu Tang memejamkan matanya tidak menjawab. Shi Yi mengamati wajah Hua Yu Tang dengan serius.

Ada racun! Gumam Shi Yi kaget. Ia lalu menyibak baju Hua Yu Tang di bagian yang ada lukanya. Ia melihat ada luka tusukan di sana yang berwarna hitam.



Karena melihat Hua Yu Tang tidak sadarkan diri dan khawatir dengan kondisinya yang keracunan, Shi Yi pun memutuskan untuk melakukan sesuatu yang nekad.



 




Ia mendekatkan wajahnya ke luka Hua Yu Tang dan ia menggunakan mulutnya untuk mengisap darah beracun di dalam luka Hua Yu Tang itu. Setelah mengisap darahnya, ia membuang darah beracun itu ke atas tanah. Demikian ia melakukannya berulang-ulang sampai darah yang keluar dari luka itu sudah tidak berwarna hitam lagi.


Hua Yu Tang akhirnya bisa membuka matanya dan ia melihat apa yang dilakukan oleh Shi Yi terhadap lukanya. Ia mencengkram bajunya sendiri, entah bagaimana perasaan di dalam hatinya pada saat itu. Ia membiarkan Shi Yi menyedot darahnya tanpa mengucapkan sesuatu. Hanya matanya saja yang terus mengawasi wajah Shi Yi.







Setelah Shi Yi selesai mengeluarkan semua darah beracun di dalam luka itu, ia memandang wajah Hua Yu Tang dengan perasaan yang sukar untuk dilukiskan. Kedua wanita ini pun saling memandang tanpa berkata-kata, hanya hati mereka yang tahu apa yang mereka rasakan.



Hari semakin malam. Api unggun masih terus menyala, membakar kayu dan batang pohon. Shi Yi dan Hua Yu Tang sudah tidur. Shi Yi tidur menyender di pundak Hua Yu Tang yang masih duduk bersandar di bawah pohon.


 

Guru…! Mata Hua Yu Tang membuka begitu mendengar suara ini.


Ling Zhi dan Qi Tian Lin tiba-tiba muncul di hutan itu. Ling Zhi berlari-lari menghampiri Hua Yu Tang.

Guru, apakah engkau terluka? Tanya Ling Zhi.


Sudah tidak masalah. Bagaimana situasi di Desa Pandai Besi itu sekarang? tanya Hua Yu Tang.

 

Meskipun harus mengalami banyak hambatan, tetapi para warga desa sudah dibebaskan semua. Dan menurut mereka, di dalam waktu enam bulan, mereka sudah membuat 6 batang golok seperti ini dan mengirimkannya ke Paviliun Shuang Ji, jawab Qi Tian Lin.


Paviliun Shuang Ji? Apa yang ingin mereka lakukan? tanya Hua Yu Tang.


Sebagai pemimpin dunia persilatan, sebenarnya posisi Zhuang Wu Ji tidaklah begitu stabil. Walaupun ilmu silatnya tinggi, tapi sifatnya sangat licik dan kejam. Banyak partai persilatan yang tidak mau tunduk padanya. Tapi dia licik dan kejam. Kita bisa melihat dari karakternya. Ada kemungkinan, dia bisa menciptakan pertumpahan darah di dalam dunia persilatan, kata Qi Tian Lin.


Siapa yang mau mempedulikannya? Guru sedang terluka sekarang. Urusan ini tiada sangkut-pautnya dengan Pondok Bu Si, kata Ling Zhi.


Kau benar, nona Ling Zhi, kata Qi Tian Lin.

Tapi yang kita takuti adalah harapan bisa tidak sesuai dengan kenyataan, kata Hua Yu Tang.


Mendengar perkataan Hua Yu Tang ini, semua orang terdiam.

Kita pulang dulu sekarang! kata Hua Yu Tang. Kemudian ia menoleh pada Shi Yi dan berkata,

Shi Yi, ayo kita pulang sekarang!


Tanpa sengaja Hua Yu Tang menyentuh tangan Shi Yi. Ia baru melihat tangan Shi Yi yang berdarah. Ia langsung kaget dan bersama Ling Zhi mereka langsung berseru,

Shi Yi….Shi Yi….!

Episode 16:

Setelah pulang, Hua Yu Tang mengobati luka di tangan Shi Yi di kamar. Ia membalut luka Shi Yi dengan hati-hati dan telaten, membuat hati Shi Yi sangat terharu.


 


Shi Yi terus mengawasi wajah Hua Yu Tang dengan perasaan kagum. Merasa dirinya diawasi, Hua Yu Tang mengangkat wajahnya. Dua pasang mata bertemu dan bertaut beberapa saat. Entah apa yang dirasakan oleh hati mereka masing-masing.
 
 


Hua Yu Tang kembali melanjutkan membalut luka Shi Yi, tapi sekarang pikirannya justru menerawang ke masa lalu, saat Shi Yi masih menjalani kehidupan sebagai iblis betina dan ia sebagai budak obatnya.

-----------

Pada hari itu Shi Yi sedang senang hatinya, karena berhasil membinasakan banyak orang.


Seratus orang sudah kubunuh. Bagaimana pendapatmu, budak obat? Aku hebat, kan? tanya Shi Yi kepada Yi Ling (budak obat).

Kau terluka? Yi Ling balik bertanya setelah mengawasi keadaan Shi Yi.

Aku tidak tahu senjata apa yang mereka pakai. Senjata ini mampu melukaiku, kata Shi Yi sambil memperlihatkan kepada Yi Ling senjata yang telah melukainya itu. Setelah itu ia membuang senjata itu ke atas lantai.


Mendadak Shi Yi meraih leher Yi Ling dan menggigit leher gadis itu. Lalu ia mengisap darah gadis itu.

Yi Ling menahan rasa nyeri tanpa melakukan perlawanan. Beberapa saat kemudian, Shi Yi menghentikan perbuatannya.


Shi Yi, apakah kau masih ingat namaku? Tanya Yi Ling.

Kau budak obatku yang imut, sahut Shi Yi sambil meraba pipi Yi Ling.

Shi Yi, namaku Yi Ling! Kata Yi Ling. Tapi Shi Yi hanya mengawasi Yi Ling tanpa menjawab.

Shi Yi…! Mari kita memulai kembali kehidupan kita dari awal. Kita bisa mencari sebuah tempat yang tidak bisa ditemukan oleh orang-orang, kata Yi Ling.

Mereka ingin membunuh kita! Teriak Shi Yi dengan emosi.

Aku akan membunuh mereka semuanya. Semuanya…! Teriak Shi Yi histeris.


Melihat Shi Yi sudah seperti tidak waras lagi, hati Yi Ling sangat sedih. Air mata menitik keluar dari matanya. Ia memandang senjata yang dibuang oleh Shi Yi ke atas lantai itu dan mulai saat itu ia membuat sebuah rencana.

----------

Hua Yu Tang menghentikan lamunannya. Ia menarik ujung baju Shi Yi dan berkata,


Lukanya sudah kubalut!

Hua Yu Tang…! Panggil Shi Yi.


Bagaimana kau bisa terluka? Tanya Hua Yu Tang.

Hah…! Shi Yi terkejut ditanya seperti itu.


Apa yang terjadi ketika aku jatuh pingsan? Hua Yu Tang mengubah pertanyaannya.


Aku berlari dan menggendong tubuhmu di atas punggungku di sepanjang jalan. Aku terus berlari sampai akhirnya aku terjatuh, jawab Shi Yi.


Hua Yu Tang mengawasi wajah Shi Yi dengan tajam. Shi Yi tidak berani beradu pandang dengan Hua Yu Tang. Ia langsung menundukkan wajahnya.


Tapi Hua Yu Tang tahu Shi Yi sudah membohonginya. Dengan marah ia lalu bangkit berdiri dari ranjang.


Tinggalkan Pondok Bu Si esok! Kata Hua Yu Tang.

Shi Yi sangat terkejut. Buru-buru ia menghampiri Hua Yu Tang dan berkata,


Tidak, aku tidak mau!

Aku sudah memberitahumu sebelumnya, kalau kau tidak mentaatiku, aku bisa langsung mengusirmu! Kata Hua Yu Tang.


Shi Yi buru-buru memegang tangan Hua Yu Tang dan berkata,

Aku bersalah. Pada waktu itu mereka mengejar dan ingin membunuh kita. Aku tidak bisa lagi berpikir. Aku sangat mengkhawatirkan keselamatanmu!


Tapi Hua Yu Tang mengibaskan tangan Shi Yi dan berkata,


Aku lebih baik mati! Kalau kau terus seperti ini, kau bisa berubah menjadi mesin pembunuh. Hal ini akan merusak jantungmu juga. Dan setelah itu kau akan mati!


Hua Yu Tang, lain kali aku tidak akan menggunakan tenagaku lagi. Aku berjanji!
Kata Shi Yi.


Tapi Hua Yu Tang memalingkan wajahnya dan berseru,

Ling Zhi…!


Ling Zhi langsung masuk ke dalam kamar dan berdiri di depan Hua Yu Tang.


Usir dia dari sini! perintah Hua Yu Tang. Ling Zhi sangat terkejut dan terlihat ragu-ragu.


Sekarang! perintah Hua Yu Tang lagi.

Wajah Shi Yi langsung pucat dan ia bingung apa yang harus ia lakukan. 

Episode 17:

Rintik-rintik salju mulai turun, tapi Shi Yi yang diusir oleh Hua Yu Tang masih berlutut di luar pintu gerbang Pondok Bu Si. Ia tidak mau pergi. Ia berlutut di luar menunggu Hua Yu Tang mau menerimanya kembali.


Tapi Hua Yu Tang tidak keluar lagi. Sampai akhirnya pintu terbuka dan ternyata Ling Zhi yang berdiri di balik pintu.


Shi Yi, lebih baik kau pergi saja! Kau jangan berlutut lagi, bujuk Ling Zhi.

Aku benar-benar tidak mengerti! seru Shi Yi.


Kau tidak mengerti apa? Tanya Ling Zhi.

Tapi Shi Yi tidak menjawab. Akhirnya Ling Zhi menutup pintu kembali.


Ling Zhi masuk ke dalam kamar Hua Yu Tang dan gurunya saat itu sedang memeriksa nadi Qi Tian Lin.


Luka dalammu sudah sembuh. Balikkan tubuhmu, perintah Hua Yu Tang kepada pemuda itu.


Setelah itu Hua Yu Tang menghantam punggung Qi Tian Lin satu kali dengan telapak tangannya. Pemuda itu langsung muntah darah.


Guru! Ling Zhi yang kaget melihat ini langsung berseru.

Dia tidak akan mati, kata Hua Yu Tang.


Qi Tian Lin lalu duduk bersila dan menegakkan badannya. Ia menarik napas panjang dan mengatur kembali tenaga dalamnya. Setelah selesai melakukannya, ia terkejut, ia merasa tubuhnya lebih nyaman.


Ia pun segera berdiri dan menjura di depan Hua Yu Tang.


Terima kasih banyak, Tuan Hua! Kata Qi Tian Lin, membuat Ling Zhi melongo keheranan.


Nanti setiap tiga hari sekali, aku akan menembus satu nadi. Setelah itu kau akan sembuh total dalam waktu satu bulan, kata Hua Yu Tang.


Terima kasih, guru! tiba-tiba Ling Zhi nyeletuk.

Terima kasih untuk apa? Hua Yu Tang menoleh pada Ling Zhi.


Oh, tidak apa-apa! jawab Ling Zhi salah tingkah. Qi Tian Lin menoleh sekejap pada Ling Zhi, kemudian buru-buru menundukkan kepalanya.


Aku lelah. Kalian boleh keluar sekarang, perintah Hua Yu Tang. 

Qi Tian Lin mengangguk, tapi Ling Zhi masih kelihatan enggan pergi dari kamar itu.

Guru, Shi Yi….Engkau sungguh-sungguh mau mengusirnya keluar? Dia masih berlutut di luar! Kata Ling Zhi.


Jangan membahas dirinya lagi! kata Hua Yu Tang tegas.

Ling Zhi pun tidak berani berkata lagi.

----------

Ketika Hua Yu Tang keluar dari kamarnya, salju masih turun di luar. Hua Yu Tang menghentikan langkahnya dan memandang ke arah pintu gerbang.


Ia mendengar suara Shi Yi sedang berteriak-teriak di luar.

Hua Yu Tang, keluar kau!

Hua Yu Tang, aku mau bertanya padamu!

Apakah kau seorang pengecut yang tidak berani keluar?


Hua Yu Tang…Hua Yu Tang…!


Shi Yi terus berteriak-teriak, tapi Hua Yu Tang tetap tidak keluar juga.


Setelah lewat beberapa saat, tiba-tiba pintu gerbang terbuka dan Hua Yu Tang melangkah keluar dengan sebuah payung yang terbuka di tangannya.


Tanyalah, kata Hua Yu Tang singkat.

Kenapa engkau mengusirku? Kesalahan apa yang telah aku lakukan? Tanya Shi Yi penasaran.

Tenagamu meletup membuat otakmu terganggu, jawab Hua Yu Tang.


Aku juga tidak mengerti apa sesungguhnya yang terjadi pada diriku. Aku sudah berusaha keras untuk mengendalikan insting membunuh ini. Aku benar-benar sudah berusaha sekuat tenaga. Aku cuma ingin melindungimu. Kenapa kau malah mengusirku? Kata Shi Yi.

Hua Yu Tang tidak menjawab. Ia malah membalikkan badannya untuk masuk kembali ke dalam rumah. Tapi Shi Yi langsung menarik tangan Hua Yu Tang dan memanggilnya,

Hua Yu Tang…! Hua Yu Tang pun tidak jadi masuk ke dalam.

Perlahan-lahan Shi Yi bangkit berdiri. Hua Yu Tang lalu memayungi tubuh Shi Yi.

Hua Yu Tang, ke mana lagi aku bisa pergi? Di dunia ini…aku hanya mengenal Pondok Bu Si saja, kata Shi Yi.


Hua Yu Tang, engkau sembuhkan saja aku…! pinta Shi Yi sambil menangis.

Apakah karena….engkau tidak mampu…? Belum menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba Shi Yi sudah jatuh pingsan.


Hua Yu Tang melemparkan payungnya di atas tanah dan buru-buru merangkul tubuh Shi Yi.

Shi Yi, aku sebenarnya tidak bermaksud mengusirmu dari tempat ini. Kau harus ingat ini….! kata Hua Yu Tang.

Episode 18:

Hua Yu Tang menempelkan telapak tangannya di dada Shi Yi untuk menyadarkan gadis itu. Ketika Shi Yi sudah bisa membuka matanya, Hua Yu Tang bertanya padanya,


Apakah kau sudah merasa lebih baik?


Ya, sudah membaik. Tapi masih sedikit pusing
, jawab Shi Yi yang langsung menjatuhkan kepalanya di dada Hua Yu Tang.


Dasar kolokan, Shi Yi cuma pura-pura saja, padahal Ia tersenyum diam-diam. Hua Yu Tang tahu itu, ia lalu menegakkan kembali tubuh Shi Yi.


Hua Yu Tang, apakah penyakitku ini tidak bisa disembuhkan? Tanya Shi Yi.

Tapi Hua Yu Tang tidak menjawab, dia kelihatan sedang merenung.


Jika nanti aku kerasukan iblis dan membunuh orang lagi bagaimana? Tanya Shi Yi lagi.

Aku akan membunuhmu! Jawab Hua Yu Tang. Shi Yi terhenyak.


Itu berarti…aku boleh tinggal di Pondok Bu Si lagi? tanya Shi Yi lagi.

Kecuali…


Belum selesai perkataan Hua Yu Tang, Shi Yi sudah buru-buru menempelkan jarinya di bibir Hua Yu Tang untuk mencegahnya berkata lebih lanjut.


Hua Yu Tang menarik kepalanya ke belakang dan Shi Yi buru-buru menarik jarinya kembali.

Tidak akan terjadi lagi nanti, kata Shi Yi.


Aku mau tidur sekarang. Tolong kau keluar! Tiba-tiba Shi Yi berkata seperti ini membuat Hua Yu Tang mengernyitkan alisnya.


Ayo, cepat! Seru Shi Yi.

Hua Yu Tang lalu meninggalkan Shi Yi di kamar itu.


Mulutnya ternyata masih lembut, pikir Shi Yi di dalam hati.

----------

Tahun Baru sudah tiba…

Bunyi petasan dan kembang api bergema terus-menerus sepanjang malam tahun baru.


Semua keluarga berkumpul untuk makan bersama. Demikian juga di Pondok Bu Si. Seluruh penghuni Pondok Bu Si berkumpul dan makan minum bersama menyambut tahun baru.


Semua orang merayakan tahun baru dengan hati gembira termasuk Shi Yi dan Hua Yu Tang. Mereka saling memandang dengan hati bahagia.


Esok aku akan pulang ke Lembah Tanpa Bayangan. Terima kasih, Tuan Hua dan kau, nona Ling Zhi atas perawatanmu kepadaku selama ini, kata Qi Tian Lin.


Mendengar ini entah mengapa hati Ling Zhi menjadi tidak senang.

Tuan muda Qi, tenaga dalammu ini bisa menempuh seribu mil perhari. Engkau bersemangat tinggi dan penuh ambisi. Masa depanmu pasti akan cerah, kata Hua Yu Tang.


Qi Tian Lin bersulang dengan Hua Yu Tang. Hanya Ling Zhi yang berubah muram pada hari itu.


Setelah selesai makan dan minum, Ling Zhi dan Qi Tian Lin bermain kembang api di depan rumah disaksikan oleh Shi Yi dan Hua Yu Tang.


Hua Yu Tang, apa arti dari Shou Sui 守岁? Tanya Shi Yi.


Shou Sui itu sebuah keadaan di mana….lilin-lilin menyala dan orang-orang terjaga di sepanjang malam. Mengusir hawa sesat dan membasmi bibit penyakit. Menantikan tahun baru yang membawa keberuntungan, jawab Hua Yu Tang.


Kalau begitu, aku ingin shou sui juga denganmu setiap tahun, kata Shi Yi sambil menyenderkan kepalanya di bahu Hua Yu Tang.


Kalau kau mau begitu, kau harus selalu patuh padaku, kata Hua Yu Tang.


Hari itu ketika kau terluka, aku membuka pakaianmu. Aku melihat…tanda segel. Aku menduga kau dan aku berasal dari tempat yang sama. Walaupun aku tidak bisa mengingat lagi siapa kau sebenarnya, tapi sudah kuputuskan, aku akan menggantungkan hidupku padamu, kata Shi Yi sambil tersenyum.


Hua Yu Tang terkejut mendengar perkataan Shi Yi ini, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.


Shi Yi lalu bergabung bersama Ling Zhi dan Qi Tian Lin bermain kembang api.


Guru, ayo ke mari bermain bersama kami! Ajak Ling Zhi kepada Hua Yu Tang.


Tapi baru saja Hua Yu Tang menggerakkan kakinya, tiba-tiba kepalanya menjadi pusing. Akhirnya ia jatuh pingsan di tempat itu.


Hua Yu Tang…! Tiba-tiba semua orang terkejut mendengar teriakan Shi Yi.


Guru…! seru Ling Zhi yang langsung menghampiri gurunya bersama Shi Yi.

Episode 19:

Saat Hua Yu Tang dibaringkan di dalam kamar, Zhuang Wu Ji mengunjungi Pondok Bu Si lagi.


Saat ini Tuan Hua harus bertahan menghadapi penderitaan seperti ini setiap melakukan penembusan terhadap nadiku. Aku bahkan tidak menyadarinya sama sekali. Aku merasa sangat malu dan menyesal, kata Qi Tian Lin.


Guru, cepatlah sadar! Kata Ling Zhi.



Guru, lukamu sama persis dengan lukanya Ketua Zhao. Dia bahkan tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Jadi siapa yang bisa menyembuhkannya? Kata Ling Zhi dengan cemas.


Zhuang Wu Ji, ketua dari Paviliun Shuang Ji datang berkunjung! Terdengar seruan kembali dari luar.


Aku akan keluar untuk menghalanginya, kata Qi Tian Lin.


Tunggu dulu! Seru Ling Zhi.


Anjing ini tentu sudah memperhitungkan. Dia sengaja melukai guru. Kita tidak boleh membiarkan dia tahu keadaan guru sekarang. Pondok Bu Si dikelilingi oleh perangkap gas beracun. Dia tidak akan berani masuk, kata Ling Zhi lagi.


Tidak perduli dia mau masuk atau tidak, urusan ini terjadi gara-gara aku. Shi Yi, Ling Zhi…jaga diri kalian! Sehabis berkata, Qi Tian Lin langsung keluar dari kamar itu.


Qi Tian Lin…! Seru Ling Zhi ingin mencegah, tapi Qi Tian Lin sudah lenyap dari situ.


Ketua Zhuang…rasakan kehebatan dari Ilmu Pedang Tanpa Bayangan ini. Ikuti aku kalau kau berani! seru Qi Tian Lin sambil meloncat keluar dari Pondok Bu Si.


Qi Tian Lin sengaja memancing Zhuang Wu Ji sampai ke sebuah hutan. Karena ditantang, ketua Zhuang akhirnya mengejar pemuda itu.


Hari ini pedang tanpa bayangan memiliki kesempatan untuk menjajal kehebatan dari Golok Zhan Yi, kata Qi Tian Lin.


Baiklah, aku akan bertarung denganmu, kata Zhuang Wu Ji.

Pondok Bu Si telah mengasingkan diri selama bertahun-tahun. Semua ini terjadi gara-gara diriku. Jika aku bisa memenangkan pertarungan ini, Ketua Zhang, engkau harus berjanji tidak akan mengganggu Pondok Bu Si lagi, kata Qi Tian Lin.


Ini adalah sebuah transaksi yang besar. Jika kau berani mempertaruhkan jiwamu, aku berjanji akan menepati janjiku, kata Zhuang Wu Ji.

Mulailah! Tapi ingat senjata tidak memiliki mata, pendekar muda Qi! Berhati-hatilah! Kata Zhuang Wu Ji lagi.

 

Zhuang Wu Ji lalu meloloskan golok hitamnya dan menyerang Qi Tian Lin. Keduanya lalu bertarung di dalam hutan itu. Rumput kering di atas tanah beterbangan tertiup oleh sabetan pedang dan golok mereka.


Di dalam sebuah jurus, pedang Qi Tian Lin berhasil menggores pipi kanan Zhuang Wu Ji. Tapi Zhuang Wu Ji membalikkan badannya sambil menyabetkan pedangnya dari jarak jauh.


Hawa pukulan Zhuang Wu Ji yang dahsyat ini berhasil membuat Qi Tian Lin terlempar dan terbanting di atas tanah sampai muntah darah. 


Zhuang Wu Ji lalu menghampiri Qi Tian Lin yang masih rebah di atas tanah ini. Ia menempelkan golok hitamnya pada leher pemuda itu, bersiap untuk mencabut nyawanya.


Tunggu! Tiba-tiba terdengar seruan seorang wanita.


Zhuang Wu Ji memutar badannya dan tampak seorang gadis berlari-lari mendatangi tempat itu. Gadis itu adalah Ling Zhi.


Begitu tiba di depan Zhuang Wu Ji, Ling Zhi melemparkan gas beracun. Tapi Zhuang Wu Ji sudah mempersiapkan diri terhadap racun dari Pondok Bu Si ini. Ia menotok dua kali dadanya untuk mencegah racun terhirup di dalam paru-parunya.

Aku tidak akan melakukan lagi kesalahan yang sama. Nona kecil, aku akan memberimu kesempatan untuk memilih. Kalau kau tetap beraksi, itu berarti Pondok Bu Si menantang Paviliun Shuang Ji, atau kau memilih untuk menjadi seorang pengecut. Dia akan kubunuh, tapi hal ini tidak ada hubungannya dengan Pondok Bu Si! kata Zhuang Wu Ji.

Episode 20:

Sayang sekali, pendekar muda ini akan segera mati! kata Zhuang Wu Ji.


Pondok Bu Si selalu menjunjung kebenaran dan keadilan baik hidup maupun mati! Seru Ling Zhi sambil menghunus pedangnya.


Ling Zhi lalu menerjang Zhuang Wu Ji dengan pedangnya. Keduanya langsung terlibat di dalam sebuah pertarungan hidup mati di dalam hutan itu.

----------

Sementara itu di Pondok Bu Si…


Shi Yi masih menjaga Hua Yu Tang yang masih belum sadar dari pingsannya. Hati Shi Yi semakin tidak tenang, karena memikirkan keselamatan Ling Zhi yang pergi menyusul Qi Tian Lin ke hutan.


Aku tidak bisa melihat dia mati tanpa pertolongan. Jika guru mau menyalahkanku, biarlah aku akan menerimanya, kata Ling Zhi.

Ling Zhi lalu menoleh pada Shi Yi dan berpesan pada gadis itu,


Aku akan meninggalkan guru di dalam perlindunganmu.


Aku mengerti. Kau pergilah!
kata Shi Yi. Setelah Ling Zhi pergi, Shi Yi terus berpikir.


Kalau terjadi sesuatu pada Ling Zhi, apa yang harus kulakukan?


Kau pasti akan menyalahkan aku! Pikir Shi Yi sambil memandang Hua Yu Tang.


Akhirnya Shi Yi mengambil keputusan untuk menyusul Ling Zhi. Tapi baru saja ia menggerakkan badannya, tangan Hua Yu Tang langsung menggenggam tangannya.


Kita akan melindungi Pondok Bu Si bersama-sama, kata Shi Yi. Ia lalu melepaskan tangan Hua Yu Tang dan menyelimutinya dengan selimut. Kemudian ia meninggalkan kamar itu.

-----------

Saat Shi Yi tiba di hutan itu, ia melihat Ling Zhi dan Qi Tian Lin sudah tertawan oleh Zhuang Wu Ji. Keduanya masih hidup tapi dalam keadaan terluka.


Keduanya kaget melihat kedatangan Shi Yi. Ling Zhi langsung berseru,


Shi Yi…!


Aku pikir orang yang datang adalah Hua Yu Tang, kata Zhuang Wu Ji.


Aku Shi Yi dari Pondok Bu Si! Cepat lepaskan mereka! Kalau tidak aku akan membunuh kalian semua! Seru Shi Yi.


Seorang pengawal Zhuang Wu Ji berlari-lari menghampiri ketuanya dan membisikkan sesuatu di telinga Zhuang Wu Ji.


Aku tidak pernah menyangka Pondok Bu Si yang namanya mentereng itu ternyata menyembunyikan seorang iblis betina yang membunuh orang tanpa berkedip! Kata Zhuang Wu Ji.


Kau…mau melepaskan mereka atau tidak? seru Shi Yi.


Tidak…! jawab Zhuang Wu Ji tegas.


Aku akan membunuhmu! Ini prinsip yang tak dapat diubah! Kata Zhuang Wu Ji sambil meloloskan golok hitamnya.


Shi Yi langsung menyerang Zhuang Wu Ji dengan serangan jarak jauh. Keduanya langsung terlibat di dalam sebuah pertarungan jarak jauh yang dahsyat dan seru.


Shi Yi menghantam Zhuang Wu Ji bertubi-tubi dengan serangan maut yang mematikan. Akhirnya Zhuang Wu Ji tidak sanggup lagi bertahan. Sebuah hantaman telak menyambar tubuhnya, membuat tubuhnya terhuyung-huyung mundur beberapa langkah dan muntah darah.


Mengapa kalian masih berdiri bengong di situ? Bunuh dia! perintah Zhuang Wu Ji kepada para pengawalnya.

Para pengawalnya langsung maju semua mengeroyok Shi Yi. Tapi mereka menjadi sasaran empuk bagi Shi Yi. Sebentar saja mayat-mayat para pengawal ini sudah jatuh bergelimpangan di atas tanah.


Bunuh..! Naluri membunuh kembali menguasai otak Shi Yi. Matanya mencorong merah dan ia menghantam ke sana-sini tanpa bisa berpikir apa-apa lagi.


Bunuh mereka semuanya! Suara-suara ini terus bergema di dalam telinganya membuat Shi Yi bertambah beringas. Sampai akhirnya tidak ada lagi yang tersisa dari pengawal-pengawal Zhuang Wu Ji itu.


Zhuang Wu Ji memandang di sekeliling tempat itu di mana mayat-mayat pengawalnya bergelimpangan semua di atas tanah. Hatinya menjadi ciut dan ia pun langsung kabur dari tempat itu untuk menyelamatkan diri.


Bunuh…! Suara-suara itu masih terus menguasai pikiran Shi Yi. Shi Yi memandang di sekeliling tempat itu untuk mencari siapa lagi yang bisa ia bunuh.


Shi Yi…! Untung kau datang! Seru Ling Zhi dengan hati lega.


Shi Yi mengawasi Ling Zhi. Di dalam pandangannya di sekeliling Ling Zhi diselimuti dengan warna merah.


Di saat seperti itu, Hua Yu Tang datang menyusul ke tempat itu. Ia melihat mereka bertiga dari kejauhan.


Tetapi di saat itu, Shi Yi sudah melancarkan serangannya pada diri Ling Zhi…


Sebuah hantaman jarak jauh secara telak menyambar tubuh Ling Zhi. Gadis itu langsung menyemburkan darah segar dan roboh seketika.


Ling Zhi…! Jerit Hua Yu Tang.


Shi Yi menoleh ke belakang. Ia melihat Hua Yu Tang berdiri di sana sedang mengawasinya dengan mimik wajah yang sukar dilukiskan.


Pandangan Shi Yi mulai kabur dan kepalanya menjadi pusing. Ia pun langsung roboh di atas tanah.

Episode 21:

Salju sedang turun ketika Qi Tian Lin pulang ke Pondok Bu Si sambil membopong Ling Zhi yang roboh pingsan. Saat tiba di depan pintu, ia melihat Shi Yi sudah berdiri di sana mengawasi mereka.





Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Qi Tian Lin melangkah masuk dengan gontai, sedangkan Shi Yi menundukkan wajahnya dengan perasaan bersalah.


 
 


Tak lama kemudian Hua Yu Tang melangkah masuk ke dalam. Saat tiba di depan Shi Yi, ia menghentikan langkahnya dan memandang gadis itu dengan wajah sedih bercampur marah.



Ling Zhi adalah manusia biasa. Dia bukan seperti engkau! Kata Hua Yu Tang.


Kemudian ia menusuk Shi Yi dengan pedangnya. Tapi pedangnya patah menjadi dua sebelum mengenai tubuh Shi Yi. Hua Yu Tang melemparkan pedangnya di atas tanah. Setelah itu ia berjalan masuk ke dalam.

 


Kau sudah mati. Mulai sekarang kita tidak akan bertemu lagi satu sama lain hidup atau mati! Kata Hua Yu Tang.



Hati Shi Yi sangat sedih. Ia memandang punggung Hua Yu Tang dengan hati penuh penyesalan. Shi Yi tidak berani mengucapkan sepatah kata pun karena dia tahu dia bicara apa pun juga tidak berguna sama sekali, karena Hua Yu Tang tidak akan percaya lagi kepadanya.


Mulai hari itu pintu Pondok Bu Si pun tertutup selamanya untuk Shi Yi.

----------

Hua Yu Tang menggores telapak tangannya kembali. Ia meneteskan darahnya ke dalam bak mandi, di mana Ling Zhi yang sedang berendam air obat masih dalam keadaan pingsan.




Dia hanya memiliki satu kesempatan hidup. Bisakah ia bertahan selama 7.749 hari tinggal tergantung dari nasibnya saja, kata Hua Yu Tang kepada Qi Tian Lin.



Aku akan melindunginya dengan nyawaku. Harap Tuan Hua jangan khawatir, kata Qi Tian Lin dengan serius.


Hua Yu Tang mengawasi Ling Zhi sejenak sebelum meninggalkan kamar itu.


Mulai hari ini Pondok Bu Si ditutup…


Hua Yu Tang yang tubuhnya menjadi lemah karena harus mengorbankan darahnya ini berjalan sempoyongan di sepanjang lorong menuju kamarnya.


Begitu tiba di dalam kamar, Hua Yu Tang lalu roboh pingsan. Tapi tangan kirinya bergerak-gerak sedikit dan ada cahaya biru yang keluar dari tangannya itu terus merayap naik sampai ke kepalanya.

------------

Satu bulan kemudian…

Di sebuah kedai teh di tengah hutan, terlihat beberapa orang pria sedang makan minum dan mengobrol di situ.


Kalian juga mau pergi ke Paviliun Shuang Ji untuk menghadiri rapat akbar memerangi Pondok Bu Si? 

Tentu saja!


Kata orang Pondok Bu Si menyembunyikan seorang makhluk luar angkasa bernama Shi Yi, si iblis betina yang haus darah. Kita harus bersatu untuk membunuhnya!


Tapi orang-orang ini tidak sadar, bahwa Shi Yi sedang duduk minum juga di situ.

Episode 22:

Aku dengar Shi Yi dan tuan Hua itu dua-duanya adalah wanita yang cantik. Terutama tuan Hua itudia adalah wanita cantik dari gunung es. Jika….

Orang-orang itu terus mengobrol sembari tertawa dan bergurau, tidak menyadari bahwa bahaya sedang mengancam keselamatan mereka.


Ayo, kita minum…! Ayo..ayo…! Kata salah seorang dari mereka.


Baru saja selesai perkataannya, teman mereka yang duduk pas di belakang Shi Yi, kepalanya tahu-tahu tersambar pedang dan darah segar langsung mengucur turun dari dahinya. Orang itu langsung tewas seketika dalam keadaan masih duduk.


Shi Yi cuma mencabut pedangnya sambil duduk dan saking cepatnya pedangnya bergerak tanpa terlihat oleh siapa pun, tahu-tahu sudah membuat nyawa seseorang melayang.
 


Hatinya panas begitu mendengar orang-orang itu mengolok-olok dirinya dan Hua Yu Tang.


Itu pasti Shi Yi, si iblis betina! Ayo, lekas lari….! Teriak orang-orang itu yang langsung lari terbirit-birit menyelamatkan diri.


Dari kejauhan seseorang sedang mengawasi peristiwa ini diam-diam di balik sebuah pohon. Orang ini mengenakan baju putih dan ia menutupi wajahnya dengan sebuah caping.


Dan orang ini adalah Hua Yu Tang!

----------

Zhuang Wu Ji sedang duduk minum arak seorang diri di atas kursi kebesarannya.


Tiba-tiba tanpa disangka-sangka, seseorang telah muncul di depannya. Dan orang ini ternyata adalah Hua Yu Tang.
 

Engkau tidak lebih dari seorang pengecut, kata Hua Yu Tang.

Zhuang Wu Ji meletakkan guci araknya di atas kursi lalu bangkit berdiri.

Mengapa kau ingin menghancurkan Pondok Bu Si? Tanya Hua Yu Tang.
 

Aku pernah mendengar sebuah legenda. Lalu aku mengarang sebuah cerita….! Zhuang Wu Ji mulai bercerita,


Dua ratus tahun yang lalu, sebuah benda aneh terjatuh dari langit. Ada makhluk-makhluk luar angkasa di dalam benda itu. Mereka memiliki ilmu siluman yang aneh. Mereka melakukan segala macam kejahatan. 


Orang-orang dari dunia persilatan berkumpul untuk menyatukan kekuatan mereka. Untung saja terjadi konflik di antara makhluk-makhluk itu. Sehingga mereka bisa dimusnahkan. 


Tapi ada dua makhluk yang berhasil meloloskan diri. Kau….dan Shi Yi, si iblis betina! 


Tebakanmu tidak salah. Aku memang makhluk luar angkasa yang kau sebut itu. Biar aku yang melanjutkan ceritamu ini! kata Hua Yu Tang sambil berjalan menghampiri Zhuang Wu Ji.


Di antara makhluk-makhluk luar angkasa itu, ada dua orang gadis yang hidupnya saling bergantung satu sama lain. 


Sumber daya di dalam planet itu sedang mengalami krisis. Tentara menangkap kedua orang gadis itu untuk dijadikan sebagai objek percobaan. Salah seorang dari gadis-gadis ini dijadikan sebagai mesin obat dan satunya lagi dijadikan sebagai mesin pembunuh. 


Mereka memulai sebuah rencana jangka panjang dalam rangka invasi antar galaksi. Tapi kemudian pesawat ruang angkasa mereka bertabrakan dengan meteor. Pesawat mereka hancur dan makhluk-makhluk itu pun tewas. 


Beruntung kedua orang gadis itu selamat. Mereka berpikir akan sulit untuk memulai sebuah kehidupan yang baru. Akhirnya mereka dikejar-kejar oleh manusia untuk dibunuh. 


Untuk melindungi gadis obat itu, dia menggunakan kesaktiannya. Manusia yang dibunuh olehnya menjadi semakin banyak. Mayat-mayat menggunung di mana-mana. 


Sampai akhirnya ia tidak ingat lagi identitas dari gadis obat itu. Budak obat itu lalu berkonspirasi dengan manusia, menciptakan sebuah senjata yang terbuat dari besi meteorit untuk membunuh temannya dengan tangannya sendiri.


 
 



Tapi Hua Yu Tang tidak tahu, bahwa Shi Yi berhasil menguping pembicaraan mereka di balik sebuah pintu.

Episode 23:

Hua Yu Tang meneruskan ceritanya,


Tiga tahun kemudian…

Pada mulanya si budak obat ingin mati juga menyusul dirinya. Tetapi setelah ia mati, ia bangkit kembali dari kematian!


Kau…! Ternyata makhluk dari luar angkasa itu betul-betul ada! Kata Zhuang Wu Ji dengan terpana.


Ketua Zhuang, engkau mengarang cerita ini agar orang-orang di dunia percaya akan hal ini, bukan? tanya Hua Yu Tang.


Miluolan itu tidak berwarna dan juga tidak berbau. Orang-orang yang keracunan oleh tanaman ini akan kehilangan tenaganya! Kata Hua Yu Tang.


Benar saja! Zhuang Wu Ji meraba dadanya dan tubuhnya terasa lemas, kaku dan tidak bertenaga.


Pengawal…pengawal…! Zhuang Wu Ji berteriak-teriak memanggil pengawalnya.


Mereka sudah tertidur semua! Kata Hua Yu Tang sambil mencabut pedangnya.


Sekarang tangan dan kakimu sudah kaku semuanya. Gampang sekali untuk ditusuk! Kata Hua Yu Tang lagi.

Hua Yu Tang langsung menusukkan pedangnya ke dada Zhuang Wu Ji hingga tembus sampai ke punggung. Ia mendorongkan pedangnya ke tubuh Zhuang Wu Ji sehingga tubuh pria itu terdorong mundur ke belakang. Setelah itu ia mencabut pedangnya dari tubuh Zhuang Wu Ji.


Kuwakilkan mereka mengembalikan tusukan ini kepadamu! Demikian kata-kata terakhir dari Hua Yu Tang sebelum ia meninggalkan tempat itu.


Zhuang Wu Ji jatuh tersungkur di atas kursi kebesarannya dan nyawanya melayang seketika.


Di balik jendela Shi Yi mengawasi semua perbuatan Hua Yu Tang sampai ia meninggalkan tempat itu.


Setelah mengetahui jelas identitasnya, di otak Shi Yi sudah muncul sebuah strategi untuk memaksa Hua Yu Tang menyembuhkan penyakitnya itu.

-----------

Malam sudah menjelang…


Hua Yu Tang sudah pulang ke Pondok Bu Si. Ia sedang berada di kamarnya menyalakan api lilin.


Mendadak telinganya yang tajam merasakan kehadiran seseorang di kamar itu. Ia melemparkan sebatang lilin ke arah orang itu dan membalikkan tubuhnya. Tapi orang itu dengan sigap menangkap lilin itu dengan tangannya.


Orang itu adalah Shi Yi…!


Hua Yu Tang, kita sudah lama tidak bertemu! Sapa Shi Yi.


Kau tidak diharapkan di sini! jawab Hua Yu Tang ketus.


Tiba-tiba Shi Yi melancarkan pukulan mendadak ke tubuh Hua Yu Tang. Kedua orang wanita ini pun saling bertarung di dalam jarak dekat.


Obati penyakitku! Seru Shi Yi sambil menangkap tangan Hua Yu Tang.


Tidak sudi! Jawab Hua Yu Tang tegas.


Baiklah, aku akan membunuh semua orang di dunia ini! Ketemu satu bunuh satu! Aku akan membunuh semuanya sampai tidak ada lagi yang tersisa! Ancam Shi Yi.


Bagaimana menurutmu? Tanya Shi Yi sambil mengawasi wajah Hua Yu Tang.


Apakah ingatannya sudah kembali? Pikir Hua Yu Tang di dalam hati.

Kau mau membunuh? Lakukan saja! Tidak ada hubungannya dengan aku! Balas Hua Yu Tang.


Baiklah! Kata Shi Yi sambil tersenyum. Ia lalu melepaskan tangan Hua Yu Tang.


Sekarang aku akan masuk ke dalam kamar muridmu yang tercinta. Lalu aku akan membunuhnya…! Kata Shi Yi.


Kau sudah gila ya? teriak Hua Yu Tang sambil memutar badannya berhadapan dengan Shi Yi.


Obati aku dulu. Maka aku akan melepaskan dirinya! Kata Shi Yi.


Kedua orang wanita ini lalu saling memandang satu sama lain. Kemudian Shi Yi menggerakkan tangannya dan tubuh Hua Yu Tang langsung terdorong ke atas meja.


Shi Yi menghampiri Hua Yu Tang lalu mencekik leher wanita itu dengan tangan kirinya. Lalu ia berkata,


Mulai hari ini, kau akan menjadi budak obatku kembali!

Episode 24:

Sekarang Shi Yi adalah bos dan Hua Yu Tang adalah pelayannya.


Shi Yi duduk di atas bangku dan menyuruh Hua Yu Tang membuatkan obat untuknya.


Aku ingin minum obat! perintah Shi Yi kepada Hua Yu Tang.


Aku belum memeriksa tubuhmu, minum obat apa? jawab Hua Yu Tang.

Pokoknya aku mau minum! Cepat bikin! Kalau tidak akan kuperlihatkan padamu bagaimana caranya membunuh orang! Seru Shi Yi ngeyel.


Boleh…! Akan kubuat semangkok obat untuk meracunimu! Jawab Hua Yu Tang tidak mau kalah. Setelah itu ia pun masuk ke dalam.


Tak lama kemudian, Hua Yu Tang membawa keluar semangkok obat dan meletakkannya di atas meja di depan Shi Yi.


Kau minum dulu! Perintah Shi Yi lagi.


Hua Yi Tang lalu meminum sedikit obat di dalam mangkok itu. Kemudian ia menyodorkan mangkok itu ke hadapan Shi Yi.


Suapi aku! Perintah Shi Yi lagi.


Hua Yu Tang lalu duduk di samping Shi Yi dan menyuapi obat itu ke dalam mulut Shi Yi.


Setelah meminum beberapa teguk, tiba-tiba Shi Yi berkata,


Rasanya enak! Tapi…tidak selezat darahmu!


Inilah dia…! Dia benar-benar sudah kembali!
Pikir Hua Yu Tang di dalam hati. Ia teringat pada Shi Yi, si iblis betina yang haus darah itu.

------------

Hari sudah malam….


Shi Yi duduk di atas ranjang Hua Yu Tang dan kelihatannya ia mau tidur di situ.


Shi Yi menengok pada Hua Yu Tang yang masih berdiri di dalam kamarnya.





Ini ranjangku…! Kata Hua Yu Tang.


Tiba-tiba Shi Yi berkelebat di depan Hua Yu Tang dan langsung mencekik lehernya.


Lihat baik-baik! Siapa majikanmu sekarang! kata Shi Yi.


Tiba-tiba Shi Yi menarik leher Hua Yu Tang ke depan wajahnya dan berkata,


Kau mau membunuhku lagi? Apa kau mampu melakukannya?


Sehabis itu, Shi Yi langsung menggigit leher Hua Yu Tang dan mengisap darahnya.



Hua Yu Tang mandah saja tidak melakukan perlawanan. Ia membiarkan Shi Yi mengisap darahnya.
 
 







Setelah beberapa saat, tiba-tiba Shi Yi melepaskan mulutnya dari leher Hua Yu Tang.

 







Terlihat mata Shi Yi memancarkan perasaan yang sukar untuk dilukiskan.

Episode 25:

Betapa manisnya! Sungguh obat mujarab untuk mengobati penyakit! Kata Shi Yi.


Bunuhlah aku jika kau mau. Tidak perlu menyiksaku! Pinta Hua Yu Tang.


Bagaimana aku tega melakukannya? Kau masih harus menyembuhkan aku! Jawab Shi Yi sambil memeluk Hua Yu Tang.

-----------

Hua Yu Tang mengajak Shi Yi menengok keadaan Ling Zhi. Gadis itu masih berendam di dalam bak obat. Kondisinya masih tidak sadar. Tapi Qi Tian Lin tetap setia menjaganya siang dan malam.


Ketika Hua Yu Tang dan Shi Yi masuk, Qi Tian Lin terkejut dan langsung berdiri. Keadaan pemuda itu juga memprihatinkan. Wajahnya kusam dan tidak terawat, tubuhnya juga lebih kurus.



Tuan Hua…! Sapa Qi Tian Lin.


Apa yang ingin kau lihat? tanya Hua Yu Tang kepada Shi Yi.


Tentu saja untuk melihat dia sudah mati atau belum, jawab Shi Yi.


Apa katamu? Tanya Qi Tian Lin tidak mengerti.


Sekalian juga untuk melihat keahlianmu di dalam mengobati. Walaupun dia sudah dipukul seperti ini, dia masih tetap hidup. Kelihatannya kepandaianmu di dalam pengobatan boleh juga, jawab Shi Yi lagi.


Kau sudah selesai melihat? Apa kita sudah bisa keluar sekarang? Tanya Hua Yu Tang lagi.


Baiklah! Ayo, pergi! Temani aku minum, jawab Shi Yi sambil merangkul bahu Hua Yu Tang.


Keduanya lalu keluar dari kamar itu, disaksikan oleh Qi Tian Lin yang kelihatan tidak mengerti apa yang sudah terjadi.

-------------

Shi Yi dan Hua Yu Tang duduk berdua di luar aula sambil minum arak.


Betapa senangnya! Kata Shi Yi setelah minum secawan arak. Ia minum sambil tertawa.


Sedangkan Hua Yu Tang duduk di sisinya dengan wajah muram.


Shi Yi mengisi secangkir cawan dengan arak dan menyodorkannya kepada Hua Yu Tang.


Minum! Perintah Shi Yi.


Hua Yu Tang menoleh pada Shi Yi dan ia pun teringat peristiwa masa lalu yang ia alami bersama gadis itu. Ia menyambut cawan itu dan meminum arak tersebut dengan hati gundah.


Jago minum juga kau! kata Shi Yi sambil mengisi kembali cawan arak itu.



Ayo, minum lagi! Perintah Shi Yi. Hua Yu Tang lalu minum lagi.


Minum lagi! Perintah Shi Yi lagi. Hua Yu Tang pun minum lagi.



Mereka terus minum sampai arak di dalam botol habis.


Kemudian Shi Yi bangkit berdiri dan mengawasi pemandangan di luar aula.


Aku ingin bertanya sesuatu padamu, kata Hua Yu Tang.


Tanyalah! Sahut Shi Yi.

Kau tahu aku pernah membunuhmu. Mengapa kau kembali lagi dan meminta aku mengobatimu? Tanya Hua Yu Tang.

Episode 26:

Aku sakit. Penyakitku sangat berat. Selain dirimu siapa lagi di dunia ini yang bisa mengobatiku? Jawab Shi Yi.

 

Tapi aku tidak akan mengobatimu dengan sungguh-sungguh. Aku akan memikirkan cara untuk membunuhmu. Lebih baik kau pergi saja! jawab Hua Yu Tang.

Mendengar perkataan Hua Yu Tang ini, hati Shi Yi menjadi sedih.


Bagaimana kalau dia? Jika dia adalah Shi Yi yang itu, apakah kau akan menyelamatkannya? tanya Shi Yi dengan hati berduka.

Shi Yi berusaha untuk tidak menangis. Tapi tak urung air matanya tetap mengucur keluar. Ia menangis sambil berdiri.
 

Hua Yu Tang mengernyitkan alisnya dan ia mulai curiga. Seharusnya Shi Yi, si iblis betina itu tidak akan seperti ini. Tapi Shi Yi ini malah menangis di depannya.

Shi Yi lalu memutar badannya dan berdiri di depan Huang Yu Tang. Air mata bercucuran di pipinya.


Perlahan-lahan Hua Yu Tang bangkit berdiri dan mengawasi Shi Yi dengan heran. 
 
 
 

Maukah kau? Shi Yi mengulang kembali pertanyaannya. Dadanya mulai terasa sakit. Shi Yi lalu memegangi dadanya.

Rasa sakitnya semakin menghebat dan akhirnya Shi Yi pun menyerah. Tubuhnya menjadi lemas dan ia pun jatuh terkulai. Hua Yu Tang lalu menyambar tubuh Shi Yi dan tubuh gadis itu pun terjatuh di dalam pelukannya.

Kemudian Shi Yi memuntahkan darah kental. Cepat Hua Yu Tang meraba nadi tangannya dan ia pun terkejut karena kondisi Shi Yi ternyata sudah sangat mengkhawatirkan.

Shi Yi…! Seru Hua Yu Tang.

Lihat..! Apakah kau masih mau menyelamatkannya? Tanya Shi Yi.
 

Siapa kau sebenarnya? tanya Hua Yu Tang.

Dia tidak tahu Shi Yi itu seperti apa. Tapi…ia menemukan sebuah cara untuk mengendalikan dirinya. Dia tidak akan menyakiti orang-orang lagi, kata Shi Yi.

Kau pernah bilang…di dalam tubuhku terdapat sebuah tenaga yang bukan milikku yang terus menggempur jantungku. Jadi jika aku membuat darah di jantungku keluar, maka itu bisa menjadi solusi, bukan? kata Shi Yi lagi.

Hua Yu Tang, bisakah kau menyampaikan permohonan maafnya kepada Ling Zhi? Dia bukan sengaja melakukannya!

Hua Yu Tang…bisakah kau tidak mengusir Shi Yi lagi? tanya Shi Yi.

Tidak…! Tidak akan kulakukan lagi! jawab Hua Yu Tang.

Setelah mendengar jawaban dari Hua Yu Tang ini, hati Shi Yi pun menjadi tenang. Perlahan-lahan matanya terpejam dan tangannya terkulai.

Shi Yi…! Jerit Hua Yu Tang.

Episode 27:

Kau sangat patuh. Aku tahu, kata Hua Yu Tang.

Hua Yu Tang teringat kembali kata-kata yang pernah diucapkan oleh Shi Yi.


Aku sudah berusaha keras untuk mengendalikan insting membunuh ini. Aku benar-benar sudah berusaha…!


Aku sudah tidak marah lagi padamu. Aku berjanji akan menyembuhkan dirimu. Aku akan menepati janjiku,
kata Hua Yu Tang.


Hua Yu Tang, tolong jangan mengusir Shi Yi lagi!

Aku tidak akan mengusirmu lagi. Tidak akan! Kata Hua Yu Tang.


Kelihatannya Pondok Bu Si harus ditutup dalam jangka waktu yang lama, pikir Hua Yu Tang sambil menggendong Shi Yi masuk ke dalam kamar.

----------

Tiga tahun kemudian…

Ling Zhi yang sudah sembuh sedang merebus tumbuhan obat dibantu oleh Qi Tian Lin.


Ginseng…Rumput Angelica…Atractylodes…dan kayu manis. Kayu manis…cepat sedikit! Seru Ling Zhi pada Qi Tian Lin.

Dasar idiot…! Ling Zhi mengetuk kepala Qi Tian Lin.

Kayu manisnya…! Qi Tian Lin memperlihatkan kayu manis yang sudah hangus di tangannya kepada Ling Zhi sambil tersenyum bodoh.

Ling Zhi melihat kayu manis itu dan baru saja Ia mau mengomeli Qi Tian Lin, tiba-tiba terdengar suara Hua Yu Tang menegurnya,


Kalau apinya terlalu besar akan cepat hangus!


Guru…!
seru Ling Zhi ketika melihat Hua Yu Tang keluar dari rumah. Gadis itu segera berlari menghampiri gurunya.


Hua Yu Tang keluar dari rumah sambil dipapah oleh Shi Yi yang ternyata sudah sembuh dari penyakitnya.


Guru, kenapa engkau ke luar? Tanya Ling Zhi.

Pelan-pelan…jangan membuat gurumu jatuh! Kata Shi Yi kepada Ling Zhi.


Sudah mau menikah tapi masih saja sembrono! Kata Hua Yu Tang.

Ling Zhi memandang Qi Tian Lin sekilas dan berkata,


Siapa yang mau menikah? Sehabis berkata, Ling Zhi buru-buru lari masuk ke dalam rumah.


Ling Zhi…tunggu aku! seru Qi Tian Lin sambil lari mengejar Ling Zhi.


Hua Yu Tang dan Shi Yi saling memandang dan tersenyum melihat tingkah laku kedua orang muda-mudi itu.


Hua Yu Tang lalu menyenderkan kepalanya di bahu Shi Yi. Shi Yi lalu merangkul tubuh Hua Yu Tang. Keduanya memandang sinar matahari dengan hati bahagia.


Dan Pondok Bu Si tidak akan sepi lagi…

 

T A M A T


*********


Review: ****

Parameter Review:

*****     : Hebat

****       : Bagus

***         : Menarik

**           : Biasa-biasa saja

*             : Jelek

 

Sumber Foto: https://sogou.com


No comments:

Post a Comment