Search This Blog:

Select Language To Translate Articles Here:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Monday, February 5, 2024

The Tragic Longing 相思传 Cinta Membawa Petaka

Film pendek ini merupakan iklan Adolph Shampoo yang kedua bagi Vivi dan Ai Ye. Tapi S-Mov malah me-review-nya belakangan. Tapi tidak apa-apa, tidak akan ketinggalan kok kalau ditontonnya baru sekarang.


Sebenarnya Vivi dan Ai Ye bukanlah CP shampoo yang pertama. Adolph Shampoo dulu pernah memakai Qi Xia Xia 圻夏夏 sebagai aktris iklan shampoo mereka yang pertama. Saat itu Xia Xia berpasangan dengan Li Li 莉莉. Sepertinya hanya sekali saja Xia Xia bermain iklan shampoo ini, seterusnya ia digantikan oleh Vivi sampai dengan sekarang. Jadi merupakan sebuah keberuntungan bagi Vivi bisa menjadi bintang Adolph Shampoo selama 1 tahun yang sampai dengan sekarang masih terus berlanjut.


Kali ini kisahnya berakhir dengan tragedi. Setting masih di zaman kuno. Bercerita tentang kisah cinta sepasang wanita yang di zaman tersebut bisa dibilang sebuah kisah cinta yang terlarang.


Kisahnya seperti apa? Simak saja info di bawah ini:


JUDUL:

THE TRAGIC LONGING – 相思传 (Xiang Si Zhuan).

Tahun: 2022.

Jenis: Film Pendek.

Genre: Film Drama Klasik Romance.

Tayang Di: Bilibili.

Bisa Ditonton Di: Bilibili.

Tayang Tanggal: 05 November 2022.

Durasi: 05:11 menit.

Sutradara: Liu Yun Rui 流云蕊.

Pemain:

Sheng Wei ViVi 圣微 sebagai Nona Besar.


Ai Ye Chao You Wei 爱野超有味 sebagai Liu San Niang.


Sinopsis:

Seorang nona besar yang merupakan penggemar opera China tertarik menonton sebuah pertunjukan opera di kota tempat tinggalnya.


Ditemani oleh pembantunya nona ini datang ke gedung opera untuk menyaksikan pertunjukan opera. Kebetulan sekali ia datang lebih awal, sehingga belum ada penonton yang datang. Ia pun duduk di atas bangku di barisan paling depan sehingga ia bisa menonton lebih jelas wajah dari si pemain opera yang bermain di atas panggung.


Pemain opera itu adalah seorang gadis cantik. Ia bermain sendirian di atas panggung. Nyanyian dan tarian si gadis opera ini sangat merdu dan gemulai membuat si nona ini menonton dengan mata tidak berkedip penuh kekaguman. Penampilan si gadis opera ini sungguh membuat si nona begitu terpesona.


Dengan cepat si nona ini terpikat oleh si gadis opera ini. Saat pertunjukan sudah selesai, si nona langsung menuju ke kamar rias untuk bertemu dengan si gadis opera. Ia ingin meminta diajari menyanyi dan menari opera oleh si gadis opera.


Si gadis opera yang riasannya belum sempat dihapus ini begitu tersipu-sipu menyambut kedatangan si nona. Melihat sikap yang halus dan lembut dari si gadis opera, hati si nona semakin tertarik.


Ternyata si gadis opera ini bernama Liu San Niang. Grup opera mereka sengaja datang manggung di kota itu. Si nona menjadi girang dibuatnya. Berarti dia bisa sering-sering mengunjungi San Niang, menonton pertunjukan operanya sambil belajar opera darinya.


Singkat kata, kedua orang gadis ini pun menjadi sahabat. Si nona sering pergi mengunjungi San Niang. San Niang benar-benar mengajari si nona bernyanyi dan menari opera.

Si nona berkata kepada dirinya sendiri, Naskah opera ini sudah sangat familiar bagiku. Dulu sewaktu kecil, aku sudah pernah melihatnya beratus-ratus kali.


Tapi ia tidak menceritakan hal ini kepada San Niang. Ia berpura-pura tidak mengerti dan membiarkan San Niang yang membimbingnya. Hal ini membuat hubungan mereka menjadi semakin akrab.


Tak heran semakin lama mereka bergaul, bibit-bibit cinta mulai tumbuh di hati kedua orang gadis ini. Di zaman itu hubungan cinta sesama jenis seperti ini sebenarnya dianggap terlarang, tapi kedua orang gadis ini sudah dibutakan matanya oleh cinta.


Pada suatu ketika, tatkala mereka berdua sedang duduk berdua di tepi sungai sambil menikmati pemandangan yang indah, mendadak San Niang menunjuk ke atas langit. Si nona melihat ada beberapa ekor angsa liar sedang beterbangan di kejauhan.

Menurut San Niang, di dalam naskah opera angsa liar itu mengumpamakan sesuatu yang sedih.


Kalau begitu, kenapa tidak ditangkap saja angsa liarnya untuk dijadikan kado, sekalian dengan kosmetik merahnya sebagai mahar untuk meminangmu, kata si nona.


Ah, nona bisa saja bergurau! Balas San Niang kaget.


Tapi setelah itu ternyata San Niang benar-benar menyiapkan kosmetik merah tersebut. Ia menyerahkan segenggam butiran berwarna merah yang biasanya ditumbuk untuk dijadikan sebagai bahan kosmetik itu kepada si nona. Si Nona memandangnya dengan tersenyum.


Pada suatu hari Liu San Niang duduk sendirian di beranda. Ia sedang merenungi nasibnya. Ternyata San Niang telah dibeli oleh seorang pria kaya untuk dijadikan sebagai isterinya yang kesekian. Pria itu bahkan sudah menebusnya dan ini berarti San Niang tidak perlu bekerja lagi sebagai pemain opera.


Karuan hati San Niang memberontak. Dengan lantang ia berteriak bahwa ia tidak sudi diperisteri oleh pria tersebut. Bos operanya langsung marah-marah. Tapi San Niang tetap bersikeras menolak permintaan bosnya itu.


Akhirnya bosnya mengeluarkan cemeti dan mulai mencambuki gadis itu sambil memaki San Niang sebagai gadis yang tidak tahu diuntung. Bosnya bilang bahwa pria itu mau mengangkat derajatnya dari seorang perempuan hina menjadi seorang perempuan terhormat, tapi San Niang malah menolaknya mentah-mentah dan tidak merasa bersyukur. Karuan tubuh San Niang jadi luka-luka terkena cambukan.


Tapi sebelum keadaan San Niang menjadi semakin buruk, mendadak muncul si nona besar di tempat itu. Ia melemparkan sebatang tusuk kondenya di depan si pemilik opera sambil berkata bahwa ia akan membawa San Niang pergi. Jika tusuk konde itu tidak cukup untuk menebus San Niang, si pemilik opera disuruh datang ke rumah si nona untuk menagih uang sisanya.


Berita buruk juga dialami oleh si nona besar. Pada suatu hari, ayahnya menjodohkannya dengan seorang pria bermarga Ye. Tapi si nona tidak mau menuruti kehendak ayahnya.

Rupanya ayahnya sudah tahu bahwa putrinya sering datang ke gedung opera dan bergaul intim dengan San Niang. Ayah si nona tidak senang putrinya sering menemui si gadis opera. Nah, untuk menjauhkan putrinya dengan San Niang, si ayah ini lalu berusaha untuk menikahkan putrinya dengan seorang pria.


Percuma si nona menolak, karena ayahnya tidak perduli. Dan sejak itu si nona tidak bisa lagi pergi mengunjungi San Niang. Ia dikurung di dalam rumah.


Begitu pun sampai tiba hari pernikahan putrinya, si nona tetap dikurung di dalam kamar pengantin dengan kedua tangan dan kakinya dalam keadaan terikat, agar si nona tidak bisa melarikan diri.


Si nona berusaha untuk melepaskan diri dari tali-tali yang mengikat kaki tangannya, tapi ia tidak berhasil. Ia jatuh tersungkur di atas lantai. Butiran-butiran merah yang ada di dalam genggaman tangannya pun jatuh berhamburan semua di atas lantai. Ia lalu sadar hubungannya dengan San Niang sudah berakhir sampai di sini.


Kosmetik merahnya sudah tersedia, tapi...masih kekurangan seekor angsa liar...! Batin si nona sedih.


Dan bagaimana dengan San Niang?

San Niang akhirnya tahu peristiwa yang menimpa si nona besar. Hatinya hancur mendengar berita itu. Ia mengeluh panjang dengan hati putus asa sambil menatapi saputangannya.


Kemudian San Niang mencoba untuk menari. Tapi tubuhnya kelimpungan dan akhirnya ia pun jatuh tersungkur di atas lantai. Butiran-butiran merah yang sama juga jatuh berhamburan semua di atas lantai. Gadis ini hanya bisa meratapi nasibnya yang malang.

 

 

T  A  M  A  T

 

Sumber Foto: https://sogou.com

 

No comments:

Post a Comment