Film pendek ini
merupakan iklan Adolph Shampoo yang kedua bagi Vivi dan Ai Ye. Tapi S-Mov malah
me-review-nya belakangan. Tapi tidak apa-apa, tidak akan ketinggalan kok kalau
ditontonnya baru sekarang.
Sebenarnya Vivi dan
Ai Ye bukanlah CP shampoo yang pertama. Adolph Shampoo dulu pernah memakai Qi
Xia Xia 圻夏夏 sebagai aktris iklan shampoo mereka
yang pertama. Saat itu Xia Xia berpasangan dengan Li Li 莉莉. Sepertinya hanya sekali saja Xia Xia
bermain iklan shampoo ini, seterusnya ia digantikan oleh Vivi sampai dengan
sekarang. Jadi merupakan sebuah keberuntungan bagi Vivi bisa menjadi bintang
Adolph Shampoo selama 1 tahun yang sampai dengan sekarang masih terus
berlanjut.
Kali ini kisahnya
berakhir dengan tragedi. Setting masih di zaman kuno. Bercerita tentang kisah
cinta sepasang wanita yang di zaman tersebut bisa dibilang sebuah kisah cinta
yang terlarang.
Kisahnya seperti
apa? Simak saja info di bawah ini:
JUDUL:
THE TRAGIC LONGING –
相思传 (Xiang Si Zhuan).
Tahun: 2022.
Jenis: Film Pendek.
Genre: Film Drama
Klasik Romance.
Tayang Di:
Bilibili.
Bisa Ditonton Di:
Bilibili.
Tayang Tanggal: 05
November 2022.
Durasi: 05:11
menit.
Sutradara: Liu Yun
Rui 流云蕊.
Pemain:
Sheng Wei ViVi 圣微 sebagai Nona Besar.
Ai Ye Chao You Wei 爱野超有味 sebagai Liu San Niang.
Sinopsis:
Seorang nona besar
yang merupakan penggemar opera China tertarik menonton sebuah pertunjukan opera
di kota tempat tinggalnya.
Ditemani oleh
pembantunya nona ini datang ke gedung opera untuk menyaksikan pertunjukan
opera. Kebetulan sekali ia datang lebih awal, sehingga belum ada penonton yang
datang. Ia pun duduk di atas bangku di barisan paling depan sehingga ia bisa
menonton lebih jelas wajah dari si pemain opera yang bermain di atas panggung.
Pemain opera itu
adalah seorang gadis cantik. Ia bermain sendirian di atas panggung. Nyanyian
dan tarian si gadis opera ini sangat merdu dan gemulai membuat si nona ini
menonton dengan mata tidak berkedip penuh kekaguman. Penampilan si gadis opera
ini sungguh membuat si nona begitu terpesona.
Dengan cepat si
nona ini terpikat oleh si gadis opera ini. Saat pertunjukan sudah selesai, si
nona langsung menuju ke kamar rias untuk bertemu dengan si gadis opera. Ia
ingin meminta diajari menyanyi dan menari opera oleh si gadis opera.
Si gadis opera yang
riasannya belum sempat dihapus ini begitu tersipu-sipu menyambut kedatangan si
nona. Melihat sikap yang halus dan lembut dari si gadis opera, hati si nona
semakin tertarik.
Ternyata si gadis
opera ini bernama Liu San Niang. Grup opera mereka sengaja datang manggung di
kota itu. Si nona menjadi girang dibuatnya. Berarti dia bisa sering-sering
mengunjungi San Niang, menonton pertunjukan operanya sambil belajar opera
darinya.
Singkat kata, kedua
orang gadis ini pun menjadi sahabat. Si nona sering pergi mengunjungi San
Niang. San Niang benar-benar mengajari si nona bernyanyi dan menari opera.
Si nona berkata kepada
dirinya sendiri, Naskah opera ini sudah
sangat familiar bagiku. Dulu sewaktu kecil, aku sudah pernah melihatnya
beratus-ratus kali.
Tapi ia tidak
menceritakan hal ini kepada San Niang. Ia berpura-pura tidak mengerti dan
membiarkan San Niang yang membimbingnya. Hal ini membuat hubungan mereka
menjadi semakin akrab.
Tak heran semakin lama
mereka bergaul, bibit-bibit cinta mulai tumbuh di hati kedua orang gadis ini.
Di zaman itu hubungan cinta sesama jenis seperti ini sebenarnya dianggap
terlarang, tapi kedua orang gadis ini sudah dibutakan matanya oleh cinta.
Pada suatu ketika, tatkala
mereka berdua sedang duduk berdua di tepi sungai sambil menikmati pemandangan
yang indah, mendadak San Niang menunjuk ke atas langit. Si nona melihat ada beberapa
ekor angsa liar sedang beterbangan di kejauhan.
Menurut San Niang,
di dalam naskah opera angsa liar itu mengumpamakan sesuatu yang sedih.
Kalau
begitu, kenapa tidak ditangkap saja angsa liarnya untuk dijadikan kado, sekalian
dengan kosmetik merahnya sebagai mahar untuk meminangmu, kata si nona.
Ah,
nona bisa saja bergurau! Balas San Niang kaget.
Tapi setelah itu ternyata
San Niang benar-benar menyiapkan kosmetik merah tersebut. Ia menyerahkan segenggam
butiran berwarna merah yang biasanya ditumbuk untuk dijadikan sebagai bahan
kosmetik itu kepada si nona. Si Nona memandangnya dengan tersenyum.
Pada suatu hari Liu
San Niang duduk sendirian di beranda. Ia sedang merenungi nasibnya. Ternyata
San Niang telah dibeli oleh seorang pria kaya untuk dijadikan sebagai isterinya
yang kesekian. Pria itu bahkan sudah menebusnya dan ini berarti San Niang tidak
perlu bekerja lagi sebagai pemain opera.
Karuan hati San
Niang memberontak. Dengan lantang ia berteriak bahwa ia tidak sudi diperisteri
oleh pria tersebut. Bos operanya langsung marah-marah. Tapi San Niang tetap
bersikeras menolak permintaan bosnya itu.
Akhirnya bosnya
mengeluarkan cemeti dan mulai mencambuki gadis itu sambil memaki San Niang
sebagai gadis yang tidak tahu diuntung. Bosnya bilang bahwa pria itu mau
mengangkat derajatnya dari seorang perempuan hina menjadi seorang perempuan
terhormat, tapi San Niang malah menolaknya mentah-mentah dan tidak merasa
bersyukur. Karuan tubuh San Niang jadi luka-luka terkena cambukan.
Tapi sebelum
keadaan San Niang menjadi semakin buruk, mendadak muncul si nona besar di
tempat itu. Ia melemparkan sebatang tusuk kondenya di depan si pemilik opera
sambil berkata bahwa ia akan membawa San Niang pergi. Jika tusuk konde itu
tidak cukup untuk menebus San Niang, si pemilik opera disuruh datang ke rumah
si nona untuk menagih uang sisanya.
Berita buruk juga
dialami oleh si nona besar. Pada suatu hari, ayahnya menjodohkannya dengan
seorang pria bermarga Ye. Tapi si nona tidak mau menuruti kehendak ayahnya.
Rupanya ayahnya
sudah tahu bahwa putrinya sering datang ke gedung opera dan bergaul intim
dengan San Niang. Ayah si nona tidak senang putrinya sering menemui si gadis
opera. Nah, untuk menjauhkan putrinya dengan San Niang, si ayah ini lalu
berusaha untuk menikahkan putrinya dengan seorang pria.
Percuma si nona
menolak, karena ayahnya tidak perduli. Dan sejak itu si nona tidak bisa lagi
pergi mengunjungi San Niang. Ia dikurung di dalam rumah.
Begitu pun sampai
tiba hari pernikahan putrinya, si nona tetap dikurung di dalam kamar pengantin
dengan kedua tangan dan kakinya dalam keadaan terikat, agar si nona tidak bisa
melarikan diri.
Si nona berusaha
untuk melepaskan diri dari tali-tali yang mengikat kaki tangannya, tapi ia
tidak berhasil. Ia jatuh tersungkur di atas lantai. Butiran-butiran merah yang
ada di dalam genggaman tangannya pun jatuh berhamburan semua di atas lantai. Ia
lalu sadar hubungannya dengan San Niang sudah berakhir sampai di sini.
Kosmetik
merahnya sudah tersedia, tapi...masih kekurangan seekor angsa liar...! Batin si nona
sedih.
Dan bagaimana
dengan San Niang?
San Niang akhirnya
tahu peristiwa yang menimpa si nona besar. Hatinya hancur mendengar berita itu.
Ia mengeluh panjang dengan hati putus asa sambil menatapi saputangannya.
Kemudian San Niang
mencoba untuk menari. Tapi tubuhnya kelimpungan dan akhirnya ia pun jatuh
tersungkur di atas lantai. Butiran-butiran merah yang sama juga jatuh
berhamburan semua di atas lantai. Gadis ini hanya bisa meratapi nasibnya yang
malang.
T A M
A T
Sumber Foto: https://sogou.com
No comments:
Post a Comment