Search This Blog:

Select Language To Translate Articles Here:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Monday, January 23, 2023

Review Dan Sinopsis Lengkap Drama San Sheng Hua 三生花 A Flower In Three Lives

Drama Klasik Ji Ji (Wang Lao Ji atau Wang Xue Xi) Dan Vivi Sheng Wei!
 
Drama pendek ini baru saja selesai syuting di bulan Oktober 2022.

Merupakan sebuah drama yang bergenre drama klasik fantasi romance.

San Sheng Hua



 


Merupakan kolaborasi ke-4 dari Wang Xue Xi atau Ji Ji 吉吉 dan Vivi Sheng Wei 圣微 di dalam drama pendek.


Setelah drama Ye Mu 叶穆 sukses besar di dalam penayangannya, kolaborasi Ji Ji dan Vivi akan semakin banyak ke depannya, karena duet kedua orang aktris ini sudah merupakan jaminan kesuksesan dari sebuah drama pendek.


Maklum kedua orang aktris ini lagi laris.

Apalagi ada satu lagi keuntungan bagi para produser yang memakai kedua orang aktris ini di dalam drama mereka, yaitu mayoritas penggemar Ji Ji juga adalah fans-nya Vivi. Demikian pula para penggemar Vivi kebanyakan juga adalah fans-nya Ji Ji. Jadi klop kan?


Lokasi syuting drama ini sama dengan lokasi syuting drama Meng Hua Lu yang dibintangi oleh Liu Yi Fei itu.


Drama ini akan tayang pada tgl. 20 Januari 2023, sekalian menyambut Hari Raya Tahun Baru Imlek 2023 yang jatuh pada tgl. 22 Januari 2023.

JUDUL:

A FLOWER IN THREE LIVES - 三生花 (SAN SHENG HUA).

Tahun: 2023.

Jenis: Drama Pendek.

Genre: Drama Klasik Fantasi Romance.

Tayang Tgl.: 20 Januari 2023.

Tayang Di: Kuai Shou.

Bisa Ditonton Di: 

Kuai Shou dan Youtube (Channel: Wang Lao Ji & Sheng Wei ViVi Fans 吉微酒粉丝 dengan sub Indo).

Jumlah Episode: 16.

Durasi Per Episode: 2 menit.

Sutradara: Zhang Zhi Wei 张之微.

Pemain:

Ji Ji 吉吉 (Wang Lao Ji 王老吉 atau Wang Xue Xi 王学习), Vivi Sheng Wei 圣微 dan Zheng Feng 郑锋.

Vivi Sheng Wei


Ji Ji


Seperti apa jalan ceritanya? Simak tulisan di bawah ini !







Sinopsis Lengkap:

Episode 1:

Lin Xiao adalah seorang wanita penghibur. Ia senang memelihara bunga. Ada setangkai bunga peoni yang ia tanam di dalam sebuah pot.


Hari itu ia sedang menyiram pot bunganya. Ia memberi nama Dan Niang kepada bunga peoninya itu. Tapi ia tidak tahu bahwa di dalam bunga peoninya itu ada roh seorang peri.


Dan Niang diam-diam menyukai Lin Xiao, tapi tentu saja gadis itu tidak tahu.


Lin Xiao menuang segayung air ke dalam potnya. Dan Niang membuka mulutnya lebar-lebar sembari menerima air yang dituang oleh Lin Xiao.


Aaaa..! kata Dan Niang dengan manja sambil membuka mulutnya lebar-lebar untuk menerima air tersebut.


Lin Xiao memegang wajah Dan Niang dan mendekatkan wajahnya pada bunganya itu.


Harum sekali, kata Lin Xiao.

Dan Niang, sepertinya kau bisa mendengar apa yang kukatakan? tanya Lin Xiao.


Aku kan tidak tuli, sahut Dan Niang sambil mengangguk-angguk.

Lin Xiao ! Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil Lin Xiao.


Tetapi...aku hanyalah setangkai bunga, gumam Dan Niang.

Pintu terbuka dan seorang pemuda sastrawan masuk ke dalam rumah.


Ia bernama Fang Xu Sheng, seorang pemuda sastrawan yang berniat mengikuti ujian sarjana di ibukota.


Begitu tahu siapa yang datang, Dan Niang langsung mendekati dan mengikuti pembicaraan mereka. 


(Tentu saja tidak ada yang bisa melihat kehadirannya, karena ia adalah peri).


Sekali melihat juga tahu ia ini seekor cacing yang jahat, gumam Dan Niang sambil memandang Fang Xu Sheng dengan bengis.


Pikiranku bagaikan kilat yang menyambar di malam hari, kata pemuda ini sembari bersajak.


Kata-kata manis yang penuh rayuan palsu, jengek Dan Niang.

Tuan Muda Fang...! tegur Lin Xiao.


Sebentar hilang sebentar timbul, mengguncang jiwaku ini. Aku sangat merindukanmu, lanjut si pemuda.


Dia ini cuma datang karena ingin tidur denganmu. Jangan percaya padanya ! kata Dan Niang memperingatkan Lin Xiao.

Aku juga sangat rindu padamu, kata Lin Xiao.


Dan Niang sangat terkejut dan cemas mendengar pengakuan Lin Xiao ini. Ia meniup-niup wajah Lin Xiao untuk menyadarkan si nona, tapi Lin Xiao tidak bisa mendengar ucapan Dan Niang.


Kedua orang itu lalu saling memandang dengan mesra, membuat hati Dan Niang semakin cemas.

Sadarlah...sadarlah cepat...! seru Dan Niang cemas.

Fang Xu Sheng lalu memegang tangan Lin Xiao, membuat Dan Niang bertambah kalang kabut.

Nona Lin, aku menyukai dirimu dengan setulus hatiku. Bukan karena kecantikanmu. Nanti setelah aku lulus ujian, aku akan menikahimu, janji pemuda itu.

Setelah itu Fang Xu Sheng menunjukkan gelagat ingin mencium Lin Xiao. Karuan aja hati Dan Niang menjadi panik.

Dan Niang lalu menggigit jari Fang Xu Sheng, sehingga pemuda itu buru-buru melepaskan tangannya dari tubuh Lin Xiao.

Tuan Muda Fang, ada apa...? tanya Lin Xiao kaget.

Tidak apa-apa. Kayaknya aku digigit serangga, kata Fang Xu Sheng.

Pemuda itu lalu memutar badannya dan pura-pura mengeluh,

Nona Lin, sebenarnya aku sedang bersedih hari ini.

Mengapa? tanya Lin Xiao.

Tuan Yu adalah pejabat yang mengawasi ujian tahun ini. Banyak pelajar yang mengantri di depan pintu rumahnya. Meskipun aku yakin atas kemampuanku, tetapi urusan koneksi ini tidak boleh diabaikan, kata Fang Xu Sheng.

Tapi untuk biaya aku ke ibukota saja mesti dikumpulkan dari bantuan orang-orang sekampungku, haaiii...! 

Setelah berpikir sejenak, Lin Xiao lalu menghampiri lemarinya dan mengeluarkan seuntai gelang. Diberikannya gelang itu kepada Fang Xu Sheng. Dan Niang mau mencegah, tapi tidak bisa.

Nona Lin, yang bisa menolongku sekarang hanya dirimu, kata Fang Xu Sheng terharu.

Tuan muda Fang, jangan sungkan, kata Lin Xiao.

Fang Xu Sheng menghampiri Lin Xiao dan ingin memeluk gadis itu.

Dan Niang tidak tahan lagi. Ia lalu memutuskan untuk mengerahkan ilmu sihirnya.

Episode 2:

Dia bernama Lin Xiao. Dan aku adalah seorang peri. Peri Bunga Peoni. Dia tidak tahu keberadaanku ini. Aku cuma ingin menjaga dan melindunginya. Sastrawan ini adalah orang yang ia cintai. Tetapi aku tidak menyukainya.


Dan Niang mengerahkan sihirnya sehingga Fang Xu Sheng terdorong ke belakang dan tidak jadi memeluk Lin Xiao.

Di sini agak dingin ya. Aku pulang aja deh, kata Fang Xu Sheng yang langsung meninggalkan tempat itu.

Huh! jengek Dan Niang kesal. 

Setelah pemuda itu pergi, Dan Niang bisa tersenyum lagi dan dengan manja bersandar di pundak Lin Xiao.

Malam hari saat tidur, Dan Niang juga tidur di sisi Lin Xiao. Ia meninggalkan sehelai daun Bunga Peoni di samping Lin Xiao untuk melindunginya. Setelah itu tubuhnya lenyap dari pandangan.

Germo di rumah bordil mendatangi kamar Lin Xiao. Ia mengomeli gadis itu yang tidak mau melayani tamunya.

Kau mau melawan, ya? Tuan Yang sudah mengeluarkan uang emas yang sangat banyak. Suka atau tidak kau harus pergi melayaninya!


Tapi Tuan Muda Fang sudah berjanji akan menebus diriku. Hasil ujiannya akan keluar hari ini. Dia akan segera datang, kata Lin Xiao.
 

Dia datang baru bicara. Aku menyuruhmu kau malah membangkang! teriak si germo sembari memukuli Lin Xiao dengan kemoceng.
 

Tapi tiba-tiba tubuh si germo terdorong jatuh, membuat perempuan ini berteriak-teriak,

Kau berani mendorongku!

Ternyata Dan Niang yang mendorongnya secara diam-diam, karena ingin melindungi Lin Xiao.


Si germo berusaha bangun kembali, tapi Dan Niang menahan tubuhnya dengan sihir.

Sayangnya Dan Niang tidak bisa mengerahkan sihirnya lama-lama karena kekuatannya terbatas. Jadi si germo akhirnya bisa bangun kembali.


Begitu bangun si germo langsung memukuli Lin Xiao lagi. Terpaksa Dan Niang menutupi tubuh Lin Xiao dengan tubuhnya sendiri dan menerima semua pukulan itu.


Kupukul mampus kau! Berani-beraninya membangkang! Mau pergi atau tidak kau? teriak si germo sambil terus memukuli Lin Xiao.


Biar kau pukul sampai mati juga aku tidak akan menerima tamu lagi! sahut Lin Xiao sambil mengeraskan hatinya.

----------

Lin Xiao sedang duduk mengobati luka-luka di tubuhnya. Kulitnya sampai berdarah. Ia mengoleskan obat di atas luka-lukanya itu.


Perempuan bodoh ini...! gumam Dan Niang geregetan.


Hasil ujiannya keluar hari ini. Tapi kenapa sampai sekarang tuan muda Fang belum muncul juga? Lin Xiao bertanya-tanya di dalam hati.


Ia menatap Bunga Peoninya dengan linangan air mata.


Sementara itu Dan Niang asyik mengipasi luka Lin Xiao dengan tangannya.


Lebih baik waktu luangmu kau pakai untuk memikirkan dirimu sendiri, kata Dan Niang dengan gemas di dekat telinga Lin Xiao.


Tapi sayangnya Lin Xiao tidak bisa mendengar ucapannya ini.


Lin Xiao mencelupkan jarinya ke dalam poci obat dan mengoleskan obat di atas luka-lukanya.


Dan Niang lalu mencopot sehelai daun dari dadanya dan memejamkan matanya. Daun itu lalu berubah menjadi selarik sinar kuning yang menyelimuti luka di tubuh Lin Xiao. Luka-lukanya pun mengering dengan cepat.

----------

Malam itu saat Lin Xiao sedang tidur, pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Seorang pria mengendap-endap masuk secara diam-diam.


Setelah masuk ke dalam, wajah pria ini menyeringai begitu melihat Lin Xiao yang sedang tidur di atas ranjang.

Episode 3:

Sudah bisa diduga pria ini mempunyai niat jahat terhadap Lin Xiao. Dengan terkekeh-kekeh ia mendekati tempat tidur Lin Xiao.


Suara tertawa pria ini membangunkan Dan Niang, si peri peoni. Ia buru-buru bangun dan berseru,

Lin Xiao, cepat bangunlah!


Dan Niang lalu mengerahkan sihirnya dan berhasil mencegat langkah pria itu mendekati Lin Xiao. Pria itu memandang di sekeliling kamar itu sambil berpikir,


Apakah di kamar ini ada roh halus?

Dan Niang lalu menghajar wajah pria itu sampai ia jatuh tersungkur di lantai.


Pergi kau, cacing busuk! Maki Dan Niang.

Suara berisik ini telah membangunkan Lin Xiao.


Siapa di situ? Seru Lin Xiao.

Melihat Lin Xiao terbangun, nyali pria itu tumbuh kembali. Sambil meraba wajahnya, perlahan-lahan ia bangkit berdiri.

Aku Tuan Yang, tuan besarmu! kata Tuan Yang sambil terkekeh-kekeh.

Dan Niang lalu menggerakkan sebuah tampi bundar. Tampi itu bergerak-gerak di atas lantai, membuat si Tuan Yang tercengang melihatnya.

Tampi itu terus bergerak maju mendekati si Tuan Yang. Saking herannya melihat tampi bisa bergerak, si Tuan Yang sampai membungkuk mengamati benda itu.


Tiba-tiba Dan Niang mendapatkan sebuah akal. Ia lalu mengangkat tampi itu di atas kepalanya. Tapi tentu saja yang terlihat di mata Tuan Yang adalah tampi yang terbang melayang-layang di udara.


Tampi itu lalu bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan di udara seakan-akan sedang menari-nari. Tanpa terasa kepala si Tuan Yang pun jadi ikut bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan mengikuti gerakan dari tampi itu.


Lalu gerakan tampi itu menjadi semakin cepat. Dengan sendirinya kepala si Tuan Yang pun bergerak semakin cepat.


Setelah puas mempermainkan si Tuan Yang, Dan Niang lalu melemparkan tampi itu ke tubuh Tuan Yang.


Ada hantu...! teriak Tuan Yang. Ia lalu buru-buru keluar dari kamar itu.


Saat ia membuka pintu, kebetulan Fang Xu Sheng sedang berada di depan pintu. Tuan Yang pun menabrak sastrawan itu sambil menyebut-nyebut hantu.


Xiao Er...! begitu masuk Fang Xu Sheng lalu memanggil-manggil Lin Xiao.


Aku datang terlambat, kata pemuda itu sambil masuk ke dalam.


Melihat kedatangan Fang Xu Sheng, hati Dan Niang mulai kesal lagi. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, cuma bisa menarik napas panjang saja.


Fang Xu Sheng menyingkap kain kelambu di tempat tidur Lin Xiao dan melihat gadis itu sedang duduk di atas ranjang.


Begitu melihat Fang Xu Sheng, Lin Xiao buru-buru menghambur ke dalam pelukan pemuda itu. Dan Niang yang melihat hal ini langsung kesal hatinya dan buru-buru menghilang dari pandangan.


Akhirnya kau datang juga. Kukira kau sudah tidak mau datang lagi, kata Lin Xiao di dalam pelukan Fang Xu Sheng.


Fang Xu Sheng melepaskan pelukannya dan mengamati tubuh Lin Xiao,

Apakah dia mengganggumu? tanyanya kepada gadis itu.


Lin Xiao menatap Fang Xu Sheng dengan heran. Melihat sinar mata gadis itu,  Fang Xu Sheng lalu meralat kembali kata-katanya.


Aku...tentu saja percaya padamu.

Kalau aku tidak setia kepada tuan muda, lebih baik aku...mati saja...! kata Lin Xiao.


Jangan mengucapkan perkataan ini lagi, kata Fang Xu Sheng.


Asal kau bisa memahami isi hatiku, kata Lin Xiao.



Tiba-tiba wajah Fang Xu Sheng berubah menjadi cemas. Setelah berpikir sejenak ia lalu berkata,

Nona Lin, mungkin aku harus melanggar janjiku padamu. Ternyata aku gagal dalam ujianku. Jadi aku tidak bisa menikahimu.


Mendengar ucapan pemuda ini, hati Lin Xiao menjadi kecewa. Tapi pemuda itu buru-buru meraih tangan Lin Xiao dan menyambung kembali perkataannya.


Tetapi...aku tidak tega melihat dirimu menderita di tempat ini. Jadi...maukah kau kawin lari denganku?


Lin Xiao terkejut mendengar ucapan Fang Xu Sheng ini. Ia menatap pemuda ini dengan hati bingung.

Episode 4:

Akhirnya Lin Xiao setuju ikut Fang Xu Sheng kawin lari. Mereka lalu bergegas berbenah untuk meninggalkan tempat itu. Fang Xu Sheng membantu Lin Xiao memindahkan uang dan perhiasan milik gadis itu ke dalam buntalan pakaian.


Buka pintunya! Fang Xu Sheng, kau anggap tempat ini rumahmu ya? Ini rumah bordil tahu! teriak si germo dari luar.


Fang Xu Sheng mengangkat tangannya di depan Lin Xiao dan mengucapkan sumpah,


Xiao Er, jika aku mengecewakan hatimu maka seumur hidupku akan dihantui oleh penyesalan dan mati dalam keadaan mengenaskan!



Aku percaya pada tuan muda, kata Lin Xiao.

Si germo masih terus menggedor-gedor pintu dan berteriak-teriak di luar.


Mau bermain secara gratis ya ! Buka pintunya!

Fang Xu Sheng lalu menarik tangan Lin Xiao agar segera meninggalkan tempat itu. Tapi Lin Xiao malah berkata,


Tunggu dulu! kata gadis itu sambil memandang pot Bunga Peoninya itu.

Sementara itu Dan Niang berdiri di samping pot sambil memandang Lin Xiao dengan sedih.


Kau sudah tidak menginginkan aku lagi? tanya Dan Niang di dalam hati.

Tunggulah sampai kehidupanku sudah stabil, aku akan mencarikanmu seorang majikan yang baik, kata Lin Xiao kepada Bunga Peoninya itu.


Tapi aku tetap ingin bersama dirimu, kata Dan Niang.

Terbayang kembali oleh Dan Niang peristiwa di masa lalu, saat ia pertama kali berjumpa dengan Lin Xiao.


Saat itu Lin Xiao sedang berjalan-jalan sendirian di kota. Tiba-tiba ia melihat ada sekuntum Bunga Peoni tercampakkan di atas rumput. Lin Xiao lalu berjongkok dan mengelus Bunga Peoni itu.


Sungguh kasihan kau. Kenapa kau ada di sini? Mau ikut aku pulang? kata Lin Xiao kepada Bunga Peoni itu.

Mau, sahut Dan Niang cepat dengan hati terharu.

Lin Xiao lalu memungut Bunga Peoni itu dan mencium bunga itu.


Harum sekali, kata Lin Xiao.

Mulai saat itu Dan Niang ikut bersama Lin Xiao dan menemani gadis itu sepanjang hidupnya.



Setiap hari Lin Xiao merawat Bunga Peoninya dengan telaten. Ia selalu menyirami bunganya setiap hari, membuat Dan Niang sangat berterimakasih kepada gadis itu.


Sekarang Lin Xiao akan meninggalkan dirinya. Hati Dan Niang sangat sedih, tapi ia tidak bisa mencegah niat gadis itu untuk pergi.

Sudah tidak ada waktu lagi. Ayo, lekas kita pergi! seru Fang Xu Sheng sambil menarik tangan Lin Xiao.


Aku pasti akan kembali lagi menjemputmu, kata Lin Xiao kepada Bunga Peoninya.

Laki-laki busuk, kubikin mampus kau! Tiba-tiba pintu terbuka dan si germo menerjang masuk.


Tapi tidak ada siapa-siapa di kamar itu, karena Lin Xiao dan Fang Xu Sheng sudah berhasil meloloskan diri. Si germo akhirnya keluar lagi dari kamar itu dengan hati kesal.


Dan Niang lalu keluar lagi dari Bunga Peoni itu. Dengan kesal ia berjalan keluar dari kamar itu. Sesampainya di depan pintu, ia menengok kembali ke kamar itu, seakan-akan merasa berat harus meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan indah bersama Lin Xiao itu.

----------

2 hari kemudian...

Mayat Lin Xiao ditemukan di tepi kali dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Fang Xu Sheng duduk bersimpuh di dekat mayat gadis itu dengan wajah berduka.


Kau dengar tidak, Lin Xiao si gadis penghibur yang terkenal itu lari bersama seorang pria. Ia terjun ke kali bunuh diri demi cinta!


Pria itu mengaku berkali-kali, bahwa hubungan cinta mereka mendapat rintangan. Jadi Lin Xiao nekad terjun ke kali. Katanya mereka juga tidak bisa berenang. Tapi kok cuma Lin Xiao yang mati? Di dunia ini mana ada kejadian yang seaneh ini?


Demikian perkataan dari orang-orang yang lewat di tempat itu yang mengenal diri Lin Xiao.


Setelah peristiwa ini, Bunga Peoni di kamar Lin Xiao mendadak berubah warnanya, dari putih menjadi merah!

----------

Fang Xu Sheng sedang berjalan di kamar Lin Xiao sambil membaca buku. Ia berhenti di depan pot Bunga Peoni itu.


Tak kusangka setelah kematianmu, kau masih bisa mendatangkan rejeki buat diriku. Yuk, ikut aku aja, kata Fang Xu Sheng sambil mencabut Bunga Peoni itu.


Tiba-tiba suara petir menyambar di kamar itu dan Dan Niang yang berpakaian hitam-hitam sudah berdiri di kamar itu sambil mempelototi Fang Xu Sheng.


Fang Xu Sheng yang kaget mendengar suara petir, lalu memutar badannya.


Saat itu juga tangan Dan Niang menyambar leher pria itu dan menghempaskannya ke lantai.

Bagaimana Lin Xiao bisa mati! Bentak Dan Niang.

Episode 5:

Fang Xu Sheng yang kaget mendengar suara petir, lalu memutar badannya dan berseru,


Siapa itu? Tapi tidak ada seorang pun di kamar itu. Fang Xu Sheng lalu berseru kembali,


Siapa yang sedang bermain gila ini?


Tiba-tiba sebuah tangan mencekik lehernya dan terdengar suara seorang wanita membentaknya,


 
Bagaimana Lin Xiao bisa mati!

Fang Xu Sheng teringat kembali peristiwa kematian Lin Xiao beberapa hari yang lalu.


Tangan itu melepaskan cekikannya dan menghempaskan Fang Xu Sheng ke atas lantai.


Seorang wanita berpakaian hitam-hitam mendadak muncul di depan pemuda itu. Ternyata orang itu adalah Dan Niang.


Siapa kau? seru Fang Xu Sheng kaget. Dan Niang lalu mencekik kembali leher Fang Xu Sheng dan membentaknya,


Jawab!

Aku jawab...aku jawab...! jawab pemuda itu dengan susah payah.



Dan Niang lalu melepaskan cekikannya. Fang Xu Sheng lalu berkata,


Saat itu aku benar-benar sedang terpojok. Aku juga tidak bisa memenuhi janjiku untuk menikahi Lin Xiao sehingga kami berpikir untuk mati bersama.

Tapi Dan Niang mencekik kembali leher pemuda itu dan membentaknya,

Lalu mengapa kau tidak mati!


Tunggu dulu...kau pasti seseorang yang sangat penting bagi Lin Xiao. Aku sungguh-sungguh mencintainya, kata Fang Xu Sheng.

Jangan menyebut-nyebut namanya! Bentak Dan Niang sambil memperkuat cekikannya.

Dia pasti berharap aku bisa melanjutkan hidupku, kata Fang Xu Sheng dengan suara lemah.


Tiba-tiba Dan Niang melepaskan cekikannya dan berkata,



Kau harus menemani jiwanya dan tidak boleh menikah seumur hidupmu, kalau tidak aku akan membunuhmu! Ancam Dan Niang sebelum berkelebat lenyap dari pandangan Fang Xu Sheng.

----------

Malam itu Dan Niang menangis sesenggukan di pojok kamar Lin Xiao sambil menyebut-nyebut nama Lin Xiao.



Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita berkata,

Harum sekali!


Dan Niang terkejut dan menoleh ke arah suara itu. Seorang wanita yang berpakaian hitam-hitam dengan rambutnya yang panjang terurai sedang tersenyum pada Dan Niang.


Dan Niang teringat Lin Xiao juga sering mengucapkan perkataan seperti ini.

Dan Niang, kaukah ini? tanya wanita itu yang ternyata adalah Lin Xiao.


Lin Xiao... benar ini aku, Dan Niang! jawab Dan Niang.

Ternyata benar engkau, kata Lin Xiao sambil tersenyum.



Aku pulang untuk menjemputmu, kata Lin Xiao lagi. Lin Xiao lalu membungkuk dan mengulurkan tangannya kepada Dan Niang.

Dan Niang lalu berdiri dan memeluk Lin Xiao sambil menangis. Mereka saling berpelukan dengan hati terharu. Lin Xiao mengusap air mata di wajah Dan Niang dengan tangannya.



Tiba-tiba wajah Lin Xiao berubah dengan penuh kebencian.

Aku dibunuh oleh Fang Xu Sheng! kata Lin Xiao.

Kemudian suara petir menggelegar di kamar itu. 

Episode 6:

Lin Xiao lalu menceritakan pengalaman yang dialaminya bersama Fang Xu Sheng.

Di dalam perjalanan mereka, Lin Xiao dan Fang Xu Sheng berhenti di sebuah kali.


Xu Lang, nanti kita bisa menjauhkan diri dari keramaian dan mengganti nama kita. Uang ini semestinya cukup buat kita untuk membuka sebuah toko kecil. Kita akan menjalani kehidupan dengan baik, kata Lin Xiao kepada Fang Xu Sheng.


Baiklah, kata Fang Xu Sheng sambil mengelus wajah Lin Xiao.

Tapi mendadak tangan Fang Xu Sheng bergerak dan Lin Xiao sudah didorongnya ke dalam kali.


Biar aku membunuhnya sekarang! seru Dan Niang gemas. Tapi Lin Xiao menahan gadis itu dan berkata,


Aku mencintainya, tapi ia malah mengkhianatiku. Aku sungguh tidak bisa menerima perlakuannya ini. Tapi waktuku sudah tidak banyak lagi. Maukah kau membantuku sekali lagi?

----------

KEHIDUPAN KEDUA (27 TAHUN KEMUDIAN).

27 tahun kemudian, Lin Xiao telah bereinkarnasi menjadi seorang gadis bernama Liu Yi Yi.

Pada suatu hari, Yi Yi memasuki sebuah hutan sambil membawa sebuah payung.


Yi Yi, jangan bermain terus, pulanglah lebih cepat! seru ibunya dari kejauhan.

Iya, tahu, jawab Yi Yi sambil mempercepat langkahnya.


Tiba-tiba Yi Yi terpeleset dan jatuh di atas tanah. Tapi Yi Yi tidak terluka.

Tanah di tempat ia terjatuh itu malah terasa sangat empuk, membuat gadis itu terheran-heran.


Kenapa tanahnya bisa seharum dan seempuk ini ya? Yi Yi lalu meraba-raba tanah di bawah tubuhnya itu.


Aduh, nyaman sekali...Aku mau ah berbaring sebentar di sini, kata gadis itu sambil tertawa-tawa. Ia lalu benar-benar berbaring di situ.


Tapi mendadak ia mengangkat kepalanya kembali sambil berkata,
 

Tapi di sini terlalu banyak matahari. Mending aku bermain di tempat lain saja..


Yi Yi lalu mencari-cari payungnya dan menemukannya tak jauh dari tempat ia berdiri. Ia melihat payungnya bergerak-gerak di atas tanah.


Baru saja ia mau mengambil payung itu, tapi tiba-tiba payungnya malah terangkat sendiri, lalu berhenti di depan gadis itu.


Gadis itu terkejut melihat payungnya bisa bergerak sendiri. Ia berpikir sejenak lalu berkata,

Apakah karena aku sekarang memiliki ilmu sihir?


Untuk membuktikan dugaannya, Yi Yi lalu mengangkat jari telunjuknya di depan payung itu sambil berkata,


Payung kecil, ayo ikut aku!

Dan payung itu benar-benar berjalan mengikuti langkah gadis itu.


Rupanya Yi Yi bertemu dengan Dan Niang. Dan Peri Bunga Peoni inilah yang memayungi Yi Yi di sepanjang jalan.


Ha...ha...ternyata aku sangat lihai ya! Yi Yi tertawa gembira sambil berjalan keluar dari hutan.

Episode 7:

Pada suatu hari, Yi Yi sedang berjalan-jalan di kota.

Mau makan apa ya enaknya? Pikir Yi Yi di dalam hati sambil mengayun-ayunkan kantong uangnya.


Tiba-tiba seorang pencopet muncul dan merampas kantong uang di tangan Yi Yi dan langsung kabur dari tempat itu.


Hei, ada pencopet ! teriak Yi Yi sambil menunjuk ke arah larinya pencopet itu dan berusaha mengejarnya.

Tapi usahanya tidak berhasil. Ia berjalan dengan lemas di sepanjang jalan.


Begitu tiba di depan sebuah kelenteng, ia melihat pencopet itu keluar dari kelenteng itu sembari berteriak-teriak. Baju di punggung pencopet itu terangkat dan ia keluar dengan tubuh berjalan mundur.


Kenapa aku tidak bisa mengontrol diriku? seru pencopet itu bingung.

Tolong...tolonglah aku...! teriak pencopet itu. Lalu langkah pencopet itu mendadak berhenti di depan Yi Yi.


Tiba-tiba tubuhnya berbalik dengan punggung baju masih terangkat. Lalu tangannya melemparkan sesuatu kepada Yi Yi. Benda itu ternyata adalah kantong uang Yi Yi yang telah dicopetnya barusan.


Yi Yi menangkap kantong uangnya dan pencopet itu lalu lari terbirit-birit setelah mengenali gadis itu.


Yi Yi lalu membuka kantong uangnya dan memeriksa isinya.

Hah, kantong pewangiku ke mana? kata Yi Yi.


Selagi Yi Yi bingung tidak tahu apa yang harus ia lakukan, mendadak terdengar suara seorang wanita di belakangnya,


Inikah kantong pewangimu?

Ternyata orang itu adalah Dan Niang. Ia menyodorkan kantong pewangi Yi Yi kepada gadis itu.


Yi Yi tertegun melihat Dan Niang. Ia lalu menghampiri Dan Niang dan menerima kembali kantong pewanginya itu.


Setelah berada di dekat Dan Niang, Yi Yi mencium bau harum semerbak Bunga Peoni dari tubuh Dan Niang dan secara reflek gadis itu lalu mendoyongkan kepalanya mengendus-endus tubuh Dan Niang.


Kak, tubuhmu harum sekali, kata Yi Yi sambil tersenyum.

Dan Niang teringat kembali kenangannya bersama Lin Xiao yang juga suka mengendus-endus tubuhnya dan memuji keharuman aromanya.


Seperti terkesima, kedua orang gadis itu lalu saling menatap satu sama lain.

Mengapa kau menatapku seperti itu? Apakah di atas wajahku ada sesuatu? tanya Dan Niang sambil tersenyum.


Oh, bukan. Aku cuma merasa bau harum ini sangat familier. Apakah dulu kita pernah berjumpa?  tanya Yi Yi.

Mungkin karena kita berjodoh. Namaku Dan Niang, kata Dan Niang memperkenalkan dirinya.


Aku Liu Yi Yi, kata Yi Yi.

Jadi Dan Niang selama ini selalu mengikuti dan melindungi Liu Yi Yi ke mana pun ia pergi.


Ketika Yi Yi terjatuh di hutan, ia sengaja menjatuhkan tubuhnya sehingga tubuh Yi Yi menimpa tubuhnya dan tidak sampai terluka.

Tanahnya berbau harum dan empuk itu juga berasal dari tubuh Dan Niang.


Kemudian Dan Niang juga yang menangkap pencopet itu. Ia menjinjing punggung baju si pencopet dan merampas kembali kantong uang Yi Yi.


Lin Xiao, akhirnya kau tumbuh dewasa, gumam Dan Niang di dalam hati.

Setelah itu Dan Niang menghukum si pencopet di dalam kuil itu.

Pencopet itu menampar-nampar wajahnya sambil memohon-mohon ampun di depan Dan Niang.


Aku....aku bersalah...! Dewi, lain kali aku tidak berani lagi mencopet!

Dan Niang lalu mengerahkan sihirnya dan mematahkan lengan pencopet itu, membuat pencopet itu kesakitan setengah mati.

Episode 8:

Pada suatu hari, Yi Yi bermain-main lagi ke hutan.

Tiba-tiba seorang pria muncul mencegat perjalanannya.


Darimana datangnya nona kecil ini? tanya pria itu dengan cengar-cengir.

Ayo, bermain dengan kakakmu ini, kata pria itu lagi.

Tunggu, kata Yi Yi sambil menancapkan kembang gula tusuknya di atas rumput.


Aku tidak takut padamu. Aku punya ilmu untuk menjaga diri, kata Yi Yi sambil merangkapkan kedua tangannya.


Yi Yi langsung mengerahkan ilmunya. Sampai dua kali ia berseru, tapi ilmunya tetap tidak keluar dan tidak terjadi apa-apa setelah itu.

Pria yang tadi tercengang itu sekarang malah tertawa melihat tingkah nona yang dianggapnya lucu ini.


Kenapa tidak keluar ya? kata Yi Yi bingung.

Sudah jangan banyak berlagak di depanku. Menyerah saja, kata pria itu.


Tapi Yi Yi tetap tidak mau menyerah. Ia lalu bergaya kembali dan mencoba mengerahkan lagi ilmunya .

Utara selatan timur dan barat....Haahh ! tapi tetap saja tidak terjadi apa-apa setelah itu.


Pria itu merasa geli hatinya melihat lagak nona yang konyol ini. Timbul keinginannya untuk menggoda nona ini. Ia pun berpura-pura sakit mendekap dadanya.


Yi Yi yang menyangka ilmunya sudah keluar, menjadi semakin bersemangat mengeluarkan ilmunya dan pria ini pun terus berlagak sakit.


Setelah puas menggoda nona ini, pria ini lalu tertawa dan berkata,

Aku tadi cuma pura-pura...!


Tiba-tiba Dan Niang muncul di belakang Yi Yi. Ia tersenyum melihat Yi Yi yang masih terus mengerahkan ilmunya.


Dan Niang lalu mendekati pria itu dan mempelintir tangannya. Pria itu mengaduh-aduh kesakitan. Dan Niang lalu mempelintir lengan pria itu sampai bengkok.


Pria itu jatuh terduduk dan berteriak-teriak,

Pendekar wanita, ampunilah aku...!


Yi Yi lalu menyimpan kembali ilmunya dan berkata,

Berani-beraninya kau mengusik diriku. Tidak lekas enyah dari hadapan bibimu...!


Pria itu langsung ngacir dari tempat itu. Yi Yi mengambil kembali kembang gula tusuknya dan meninggalkan tempat itu. Dan Niang juga terus berjalan mengikuti gadis itu.

----------

Yi Yi melihat Dan Niang sedang berdiri di kejauhan. Ia melambaikan tangannya dan memanggil peri itu.

Dan Niang! Seru Yi Yi.

Dan Niang lalu memutar badannya dan begitu melihat Yi Yi, ia langsung membuka kedua tangannya lebar-lebar.


Yi Yi lalu berlari ke tempat Dan Niang dan memeluk peri itu. Yi Yi lalu mengadu kepada Dan Niang tentang pengalamannya tadi.


Dan Niang, tadi aku bertemu dengan orang jahat. Tapi untung aku memiliki dewa yang melindungiku.


Jangan takut. Ada aku di sini, hibur Dan Niang.

----------

Fang Xu Sheng yang sudah berusia setengah baya sedang bermimpi buruk tentang Lin Xiao.


Kembalikan jiwaku !


Pria itu terbangun dari mimpinya dengan ketakutan. Napasnya terengah-engah di atas ranjang.


Secara reflek ia menengok pada Bunga Peoni Merah yang ada di dalam kamarnya itu.

Episode 9:

Pada suatu hari Yi Yi bermimpi kembali tentang Lin Xiao yang di dalam mimpi tersebut berkata,

Dan Niang, aku sangat membencinya!


Yi Yi terbangun dengan ketakutan. Di dalam mimpinya Yi Yi juga melihat Lin Xiao sedang menyiram pot Bunga Peoninya.


Apakah aku pernah mempunyai sebuah pot Bunga Peoni? Yi Yi bertanya di dalam hati.

Yi Yi...! Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita memanggil namanya.


Ternyata orang itu adalah Bibi Cai, seorang mak comblang. Bibi Cai masuk ke dalam kamar Yi Yi sambil berkata,


Ada berita bahagia nih untukmu. Bibi Cai sudah berunding dengan orang tuamu dan mereka sudah sepakat! Orang ini adalah Tuan Besar Fang. Beliau ini orang kaya juga orang yang adil dan berperasaan. Dan kau...akan segera menjadi pengantinnya!


Bibi Cai memperlihatkan sebuah lukisan dari Tuan Besar Fang kepada Yi Yi. Nona ini hanya membuka sekilas lukisan itu lalu dengan cepat ditutupnya kembali.


Yi Yi mengajak Dan Niang untuk berdiskusi tentang hal ini. Yi Yi berkata,

Entah kenapa begitu melihat lukisan orang ini, hatiku langsung merasa tidak nyaman.


Apakah kau mau menikah dengannya?
tanya Dan Niang.

Tentu saja aku tidak mau. Tapi kehendak orang tua tidak bisa ditentang, jawab Yi Yi.


Aku bisa membawamu meninggalkan Sheng Zhou. Nanti kita bisa hidup bersama, kata Dan Niang.


Biar kukatakan sebuah rahasia
, kata Yi Yi. Dan Niang lalu berpindah duduk di samping Yi Yi.


Sejak kecil aku telah memimpikan seorang gadis yang hidupnya sangat malang. Aku tidak tahu siapa dirinya. Tapi perasaanku mengatakan gadis itu adalah aku. Aku juga merasa aku akan menikah dengan Fang Xu Sheng, kata Yi Yi.


Mungkin... ini yang disebut dengan takdir, kata Dan Niang.

Yi Yi lalu merenungkan ucapan Dan Niang ini.


Yi Yi, cepatlah pulang. Ibumu ingin menyampaikan sesuatu! Tiba-tiba Bibi Cai berseru dari rumah.  


Baiklah, sahut Yi Yi. Tapi ketika Yi Yi berbalik, ternyata Dan Niang sudah tidak ada lagi di situ.

Ke mana ya Dan Niang? gumam Yi Yi di dalam hati.


Dan Niang...! seru Yi Yi. Tiba-tiba pandangan Yi Yi menjadi gelap dan ia pun terkulai di dalam pelukan Dan Niang yang tahu-tahu muncul kembali.

Lin Xiao, sudah tiba waktunya untuk kembali, kata Dan Niang.

----------

Fang Xu Sheng sedang membaca buku di kamarnya.

Tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Ia memejamkan matanya sejenak.


Setelah membuka matanya kembali, ia membuka sehelai kertas ramalan. Di situ tertulis kata-kata sebagai berikut:


Seseorang sudah ditakdirkan untukmu. Ini adalah hari dan tanggal kelahirannya. Kau bisa pergi menemukannya.


Akhirnya aku bisa menikah juga. Lin Xiao, selama ini aku sudah termasuk setia padamu,
kata Fang Xu Sheng sambil menatap Bunga Peoni Merahnya itu.


Sementara itu di belakang tubuh Fang Xu Sheng, Dan Niang sedang menatap punggung pria itu dengan penuh kebencian.
 

Episode 10:

Hari pernikahan sudah tiba. Lin Xiao yang menggunakan tubuh Liu Yi Yi sudah berdandan rapi. Dan Niang membuka kain penutup di kepala Lin Xiao.


Cantikkah aku? tanya Lin Xiao.

Cantik, jawab Dan Niang.

--------

Lin Xiao teringat pada sumpahnya 27 tahun yang lalu.


Aku tidak bisa menerimanya. Bisakah kau membantuku sekali lagi? tanya Lin Xiao kepada Dan Niang.
 

Bisa! Jawab Dan Niang sambil menganggukkan kepalanya.


Aku sangat membencinya. Aku, Lin Xiao bersumpah, akan kubuat ia mati dengan cara yang paling menyakitkan. Dia tidak mau menikahiku, tapi justru akan kubuat ia menikahiku. Setelah itu aku akan membunuhnya, walaupun aku harus mati sekali lagi!
 

Petir terus menggelegar di luar mengiringi sumpah yang diucapkan oleh Lin Xiao.

Selesai bersumpah, Lin Xiao berkata kembali kepada Dan Niang,

Dan Niang, aku mohon padamu…bantulah aku! Dan Niang menganggukkan kepalanya.

Setelah itu kedua orang gadis ini saling berpelukan satu sama lain.

----------

Sudah lewat 27 tahun. Sekarang dia sudah setua ini, tapi masih tetap bikin orang muak melihatnya, kata Lin Xiao begitu membuka lukisan Fang Xu Sheng.


Dan Niang langsung menyambar lukisan itu dan membuangnya ke lantai.


Dengan pakaian ini dan tanganku sendiri yang akan mengirim Fang Xu Sheng ke akhirat, kata Lin Xiao.


Apa pun yang kau lakukan, aku akan selalu di sisimu! Kata Dan Niang sambil memegang kedua bahu Lin Xiao.

---------

Upacara pernikahan selesai. Pengantin pria silakan masuk ke kamar pengantin! Demikian ucapan dari pihak penghulu.


Fang Xu Sheng berjalan menuju ke kamar pengantinnya. Ia menyingkap kelambu di atas ranjang. Terlihat pengantin wanita sedang duduk di tepi ranjang dengan wajah tertutup sehelai kain berwarna merah.


Dengan wajah gembira, Fang Xu Sheng menyingkap kain merah tersebut.


Seraut wajah yang tidak asing lagi baginya terpampang jelas di depan matanya.


Tiba-tiba petir menggelegar dan di kepala Fang Xu Sheng langsung melintas kembali peristiwa kematian Lin Xiao di tepi kali itu.


Lin Xiao perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan menatap wajah pria yang menjadi pengantinnya itu dengan senyum menggidikkan.


Begitu melihat wajah sang pengantin wanita, wajah Fang Xu Sheng langsung berubah menjadi pucat. Kedua matanya melotot lebar seakan-akan mau melompat keluar dari kelopaknya.


Saat itu suara petir pun menggelegar kembali….!

Episode 11:

Di malam pernikahannya, Yi Yi dan Fang Xu Sheng ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa lagi di atas ranjang.


Yi Yi, kenapa nasibmu begitu mengenaskan? Baru menikah sudah mati bersama suamimu! Begitulah komentar dari orang-orang.


Malam itu ketika Fang Xu Sheng membuka kain merah yang menutupi wajah pengantin wanitanya.



Lin…Lin Xiao…! Seru Fang Xu Sheng kaget begitu melihat pengantinnya adalah Lin Xiao.



Fang Xu Sheng, bersiaplah untuk menerima balasan atas dosa-dosamu! Seru Lin Xiao sambil menyambar leher Fang Xu Sheng dengan tangannya.



Pria itu lalu terjatuh di atas ranjang. Lin Xiao lalu meraih bantal dan menindih wajah pria itu dengan sekuat-kuatnya. Fang Xu Sheng meronta-ronta sampai kehabisan napas. Dari luar, Dan Niang mengerahkan sihirnya membantu Lin Xiao membinasakan pria itu.



Setelah nyawa pria itu melayang, Lin Xiao tertawa histeris. Kemudian sambil menatap Dan Niang, roh Lin Xiao pun melayang keluar dari tubuh Yi Yi yang tewas tergeletak di samping mayat Fang Xu Sheng.



Roh Lin Xiao lalu muncul di depan Dan Niang dan berkata,


Sampai berjumpa lagi, Dan Niang. Terima kasih kau telah membantuku menyelesaikan misiku ini. Sekarang sudah waktunya aku pergi…!


Tapi aku tidak mau kau meninggalkan diriku…! Kata Dan Niang sambil menangis dan berlari memeluk tubuh gadis itu. Kedua orang gadis itu lalu saling berpelukan sambil menangis.

Bunga Peoni merah yang ada di atas meja sekarang berubah kembali menjadi Bunga Peoni putih.

----------

KEHIDUPAN KETIGA.

Dan Niang sedang menyiram Bunga Peoni putih di taman. Tiba-tiba muncul seorang gadis yang berwajah seperti Lin Xiao di dekat Dan Niang sambil berkata dengan manja,



Kak, lihat aku dong…! Aku, Xiao Ling Lan (si rumput kecil) juga perlu disiram.


Dan Niang lalu menyodorkan gayungnya kepada Ling Lan.


Tapi sekarang aku sudah tidak mau minum lagi. Aku mau makan snack, rajuk Ling Lan.


Baiklah, sekarang juga aku buatkan untukmu! sahut Dan Niang. Tapi Ling Lan malah menggelendot manja di tubuh Dan Niang.



Ayo, turunlah! Seru Dan Niang.


Tidak mau. Aku mau menggantung di tubuhmu! Seru Ling Lan manja.


Bagaimana kalau aku menuntunmu? Tanya Dan Niang sambil mengulurkan tangannya kepada gadis itu.



Baiklah, sahut Ling Lan sambil meraih tangan Dan Niang.

Kedua orang gadis itu lalu berlari meninggalkan tempat itu sambil bergandeng-tangan.

 

----------

WAKTU BERALIH KE ZAMAN MODERN.

Seorang gadis berpakaian hijau berjalan sendirian di pinggir sebuah dermaga di kota. Gadis yang berwajah seperti Lin Xiao ini memegang sebuah kipas di tangannya. Gadis ini adalah Ling Lan.


Episode 12:

Ternyata Ling Lan sedang kencan buta dengan seorang pria. Ia lagi mencari jodoh. Hari itu ia sedang ketemuan dengan seorang pria di sebuah café.


Pria yang berwajah mirip Fang Xu Sheng ini menyapa Ling Lan,

Kau Ling Lan, ya?


Betul
, jawab Ling Lan.

Pria itu mengamati Ling Lan dengan penuh perhatian, lalu berkata,


Aku merasa wajahmu sangat familier.

Aku juga merasa wajahmu familier, jawab Ling Lan.


Pria itu tertawa. Lalu ia mengulurkan tangannya kepada Ling Lan sambil berkata,


Halo, aku adalah calon pasanganmu hari ini. Namaku Fang Fang.

Hmm..ganteng juga, puji Ling Lan sambil menyambut tangan pria itu.


Pria itu menunduk dan tertawa GR sambil memegang-megang rambutnya. Kemudian ia mengangkat kepalanya dan bertanya kembali,


Nona memiliki persyaratan yang sangat bagus. Kenapa malah mencari jodoh dengan cara seperti ini?


Tapi Ling Lan malah mengangkat tangannya di depan mulut sambil mengalihkan percakapan.


Pukul berapa ini sekarang?

Pukul 11.59, jawab Fang Fang.


Sudah dekat…sudah dekat…! Kata Ling Lan. Secara reflek Ia menengok ke arah pintu.

Sudah datang! Seru Ling Lan tiba-tiba. Otomatis Fang Fang juga menengok ke arah pintu mengikuti Ling Lan.


Terlihat seorang gadis melangkah masuk ke dalam café itu. Wajahnya cantik dengan dandanan dan penampilan yang sangat modis. Ia mengenakan gaun merah dengan model yang sangat menarik perhatian.


Ternyata gadis ini adalah Dan Niang. Dan Niang langsung menghampiri meja yang ditempati oleh Ling Lan dan duduk di samping gadis itu.


Begitu duduk Dan Niang lalu membuka kipas di tangannya dan mengamati wajah Fang Fang dengan tajam.


Kenapa kau melakukan kencan buta lagi? Tegur Dan Niang kepada Ling Lan tanpa melepaskan pandangannya pada pria itu.


Aihh…Tidak punya pacar juga gak ada yang menyayangiku. Kepingin mendengar pengakuan cinta dari seseorang itu ternyata tidak gampang, ya! Akhirnya cuma bisa ketemuan di sini mencari inspirasi. Siapa tahu bisa bertemu cinta sejati! jawab Ling Lan.


Mendengar ucapan Ling Lan ini, wajah Fang Fang menjadi berseri. Ia mengangguk sambil tersenyum. Sebaliknya wajah Dan Niang menjadi sangat kecut.


Ayo, kita pergi! Tiba-tiba Dan Niang berdiri dan menarik tangan Ling Lan.

Masa pergi begitu saja? Kencan butanya belum lagi dimulai! Protes Ling Lan sambil menatap Dan Niang dengan bingung.


Betul itu. Kenapa ya? tanya Fang Fang yang juga merasa aneh dengan sikap Dan Niang ini.

Karena aku tidak setuju! Jawab Dan Niang tegas.


Akhirnya Dan Niang membawa Ling Lan meninggalkan tempat itu. Ling Lan manut saja karena melihat sikap Dan Niang yang sangat serius.


Melihat Dan Niang yang kelihatannya masih marah itu, Ling Lan yang ingin menghibur Dan Niang sudah tahu bagaimana harus bersikap. Ia lalu menggelendot manja di tubuh Dan Niang. Ternyata upayanya ini berhasil membuat Dan Niang tersenyum kembali.


Kedua orang gadis itu lalu berhenti di atas sebuah jembatan, di mana dari situ bisa terlihat pemandangan yang indah dari keseluruhan dermaga dan sungai di kota itu.


Lain kali kau jangan kencan buta lagi, wanti-wanti Dan Niang.

Hah? Memangnya kenapa? Protes Ling Lan.


Tapi Dan Niang tidak menjawab. Ia hanya meraih kepala Ling Lan ke bahunya dan merangkul pundak dari gadis itu.

WAKTU BERALIH KEMBALI KE ZAMAN KUNO.

Dan Niang dan Ling Lan sedang berdiri di atas jembatan menikmati pemandangan dari tempat itu.


Dan Niang, kenapa ya aku selalu merasa kita ini sudah saling mengenal bertahun-tahun? tanya Ling Lan.


Bertahun-tahun itu berapa lama? Dan Niang balik bertanya.

Hmm...ratusan tahun mungkin, jawab Ling Lan.


Mendengar jawaban Ling Lan ini, hati Dan Niang sangat bahagia. Ia tersenyum manis menatap gadis itu.

Ling Lan lalu menyenderkan kepalanya dengan manja di bahu Dan Niang.

 

TAMAT SAMPAI DI SINI


Sinopsis Lengkap Drama San Sheng Hua Spin Off 三生花番外 (San Sheng Hua Fan Wai):

Episode 1:

Aku adalah seikat rumput (Ling Lan) yang telah hidup lebih dari seribu tahun.


Ling Lan membentangkan sehelai rambutnya yang panjang. Ia mengamati rambutnya itu dengan seksama.


Uban? Aahhhh....! Lin Lan terkejut dan menjerit sekuat tenaga.


Dan Niang keluar dari dapur dengan tergesa-gesa sambil bertanya,


Ada apa? Dan Niang langsung menghampiri Ling Lan dengan tangan masih membawa panci dan pencedok nasi.


Kau lihat? Apakah bunga juga bisa beruban? tanya Ling Lan sambil memperlihatkan ubannya itu.


Dan Niang memperhatikan uban di tangan Ling Lan dan membentangkan uban itu di tangannya. Kemudian ia menatap Ling Lan dengan serius lalu menundukkan kepalanya.


Coba kau lihat apakah aku juga punya? tanyanya kepada Ling Lan.


Ling Lan lalu memeriksa rambut Dan Niang dengan seksama. Kemudian ia mengangkat wajah Dan Niang dan berkata,


Kita semua adalah bunga, tapi kok rambutmu bisa hitam seperti air terjun, sedangkan rambutku sendiri beruban? Apakah kau diam-diam menghisap hawa silumanku? tanya Ling Lan penasaran.


Betul...betul, jawab Dan Niang sambil tersenyum.


Kemudian Dan Niang memeriksa nadi di tangan Ling Lan dan menempelkan tangannya di kening dan dada Ling Lan. Sembari memeriksa, Dan Niang sesekali mengamati wajah Ling Lan, membuat hati Ling Lan menjadi curiga dan penasaran.


Cuma uban saja. Makan suplemen juga sembuh, kata Dan Niang.


Dan Niang langsung menghidangkan Teh He Shou Ma, Susu Kedelai Hitam dan Bubur Wijen Hitam di atas meja sambil berkata,


Minumlah...

Dan Niang, memangnya kalau bunga beruban harus diobati dengan Bubur Wijen Hitam? tanya Ling Lan penasaran.


Memang berkhasiat, jawab Dan Niang.


Kau menyembunyikan sesuatu, ya? tanya Ling Lan lagi sambil menunjuk dada Dan Niang.


Sambil menepis tangan Ling Lan, Dan Niang menjawab,


Tidak kok. Ayo, cepat diminum!


Baiklah...kau bilang berkhasiat ya berkhasiat, sahut Ling Lan sambil mengambil mangkok berisi Bubur Wijen Hitam itu.


Dan Niang, aku lebih cepat beruban daripada kau. Berarti aku ini lebih cepat tua daripada kau. Jika aku duluan meninggal, apakah kau akan merasa suntuk?


Mungkin iya, jawab Dan Niang setelah berpikir sejenak.


Maka itu kalau ada yang ingin kau katakan tapi tidak keburu lagi, katakan saja sekarang. Kalau tidak kau akan menyesal nanti, kata Ling Lan.


Apa yang ingin kau dengar? tanya Dan Niang.


Sesuatu yang enak didengar, jawab Ling Lan sambil memajukan kepalanya.


Tapi Dan Niang hanya menatap Ling Lan saja tanpa mengucapkan apa-apa.


Merasa kecewa, akhirnya Ling Lan berkata,


Aku ingin pergi ke wihara.


Mengapa kau ingin ke wihara? tanya Dan Niang.


Entahlah, cuma kepingin saja, jawab Ling Lan.

---------

Hari itu Ling Lan dan Dan Niang benar-benar pergi ke wihara.


Dan Niang, ayo kita berdoa memohon sesuatu, ajak Ling Lan. Kedua orang gadis itu lalu berlutut di depan wihara.


Dan Niang lalu memejamkan matanya dan merangkapkan kedua tangannya,


Semoga kami tetap bersama hidup atau mati. Sekali bertemu bisa saling menjaga.


Ling Lan juga merangkapkan kedua tangannya dan berdoa,


Semoga aku dan Dan Niang...


Belum sempat mengucapkan doanya, tiba-tiba Ling Lan sudah jatuh pingsan. Kepalanya lalu terkulai di bahu Dan Niang.

Episode 2:

Ling Lan sedang memikirkan peristiwa yang terjadi semalam.


Akhir-akhir ini sungguh aneh. Setiap kali lewat pukul 12 malam, aku selalu ketiduran. Tadinya kupikir itu karena drama yang kutonton itu terlalu membosankan sehingga membuatku mengantuk. Kemarin aku sengaja memesan kepiting kesukaanku. Aku sangat gembira. Tapi akhirnya tetap saja aku ketiduran. Aku harus menyelidiki apa sebenarnya yang terjadi.


Keesokan harinya Ling Lan dan Dan Niang sedang duduk bersantai di depan rumah.

Dan Niang, di mana kepiting yang kupesan kemarin? tanya Ling Lan.


Kau tertidur kemarin, jadinya aku yang makan. Aku baru saja memesan lagi yang baru untukmu, jawab Dan Niang sambil menyodorkan sepiring kepiting kepada Ling Lan.

Ling Lan langsung mencicipi sepotong daging kepiting yang ada di dalam piring.


Dan Niang, akhir-akhir ini aku selalu ketiduran. Hal ini aneh sekali, kata Ling Lan.

Enak tidak kepitingnya? tanya Dan Niang.


Bahkan bagaimana rasa kepiting ini pun aku tidak tahu, kata Ling Lan.


Kepiting ini mungkin sudah rusak. Sudah jangan dimakan lagi, kata Dan Niang sambil mengambil kembali piring di tangan Ling Lan.


Tambahkan cabe? Ling Lan melihat pada bungkusan pesanan kepiting yang ada di atas meja itu ada tulisan tambahkan cabe.


Kenapa ia menambahkan cabe untukku? Kenapa pula aku tidak bisa merasakan pedasnya? Ling Lan bertanya-tanya di dalam hati.


Dan Niang, saat aku ketiduran kau sedang apa? tanya Ling Lan curiga.

Aku juga tidur, jawab Dan Niang.


Kau bohong. Kau kira aku tidak tahu? kata Ling Lan.

Apa yang kau ketahui? tanya Dan Niang penasaran.


Apakah kau diam-diam tanpa sepengetahuanku telah menyirami bunga krisan itu? tanya Ling Lan sambil mengangkat jari telunjuknya di depan muka Dan Niang.


Dan Niang tidak menjawab. Ia cuma menepis jari Ling Lan dan menowel hidung nona itu sambil tersenyum.


Malam harinya saat jam dinding menunjuk angka 12, Ling Lan yang sedang mandi mendadak merasa ngantuk kembali.


Kenapa tiba-tiba aku mengantuk kembali? Aku tidak boleh ketiduran, gumam Ling Lan.


Tapi akhirnya ia jatuh tertidur juga di dalam bak mandi.

Pagi harinya saat Ling Lan terbangun dari tidurnya...


Benar seperti yang kuduga. Untung saja aku diam-diam telah memasang kamera, kata Ling Lan di dalam hati.


Rupanya semalam diam-diam Ling Lan telah memasang chip kamera. Pagi harinya ia membuka chip tersebut di dalam sebuah laptop dan ia pun menyaksikan apa yang terjadi semalam saat ia ketiduran itu.


Di dalam rekaman kamera itu tampak Dan Niang sedang berada di sampingnya.


Dan Niang? Ling Lan terkejut melihat Dan Niang ada di dalam video tersebut.


Di dalam video tersebut terlihat Dan Niang mencekoki sesuatu ke dalam mulut Ling Lan.


Apa yang ia cekoki ke dalam mulutku? gumam Ling Lan dengan hati bingung.

Ia tidak mungkin mencelakaiku. Tapi kenapa ia menutupinya dariku? Atau...

Episode 3:

Seorang gadis cilik berlari tergesa-gesa menaiki undak-undakan di sebuah jalan pemukiman penduduk. Tiba-tiba ia terjatuh dan saat ia mengangkat kepalanya, di depannya sudah berdiri seorang wanita.


Wanita ini adalah Dan Niang. Gadis cilik itu lalu berdiri dengan wajah ketakutan.

Serahkan! hardik Dan Niang.



Raja Peoni, pil penyambung hidup ini adalah hasil dari pengembunan tenaga silumanku. Bagaimana bisa semudah itu diserahkan kepadamu? seru gadis siluman itu.

Ini ucapanku yang terakhir. Serahkan padaku! bentak Dan Niang.


Gadis siluman itu lalu memutar badannya hendak kabur, tapi Dan Niang mengerahkan sihirnya. Tubuh gadis siluman itu berbalik kembali seperti digerakkan oleh sebuah tenaga yang tidak kelihatan.


Tolong! Jerit gadis siluman itu.

Tiba-tiba terdengar suara bentakan seorang wanita,


Sudah cukup! Lepaskan siluman rumput ini! Wanita itu ternyata adalah Ling Lan.


Dan Niang menyimpan kembali sihirnya. Siluman rumput itu lalu berlari turun secepatnya.


Tolonglah aku, kak Ling Lan. Raja Peoni sudah gila, teriak siluman itu.

Ling Lan lalu menaiki undak-undakan itu dan menghampiri Dan Niang.


Apa yang kau lakukan di sini? tanya Ling Lan. Tapi Dan Niang tidak menjawab. Akhirnya Ling Lan menarik tangan Dan Niang sambil berkata,


Ayo, kita pulang.

Setelah tiba di depan rumah, mendadak Ling Lan menghentikan langkahnya.


Dan Niang, apakah aku sudah mau mati? tanya Ling Lan tiba-tiba.

Jangan membohongiku lagi, sambung Ling Lan lagi.


Kau menunjukkan tanda-tanda akan layu. Lima inderamu mulai kehilangan fungsinya. Batas waktunya sudah dekat, jawab Dan Niang serius.


Ling Lan tersentak mendengar ucapan Dan Niang ini. Setelah terdiam sejenak ia lalu berkata,

Jadi hari ini kau....


Ternyata untuk memperpanjang hidup Ling Lan, Dan Niang melakukan barter dengan siluman rumput itu. Ia menukarkan tenaga hasil latihannya selama hidup dengan pil penyambung hidup milik siluman rumput itu.


Tapi setelah Dan Niang memberikan tenaganya, siluman rumput itu tidak mau menyerahkan pil itu.


Mau melanggar janji? seru Dan Niang marah. Tapi siluman rumput itu tetap menolak memberikan pil itu.


Aku sudah memberikan tenagaku hasil latihan selama 10 tahun untuk ditukarkan dengan pil penyambung hidup untuk 1 tahun. Apa masih tidak cukup? bentak Dan Niang.


Sekarang mesti dobel, jawab siluman itu.

Kau rumput jahat yang licik! maki Dan Niang.


Asal Ling Lan bisa hidup lebih lama, berapa pun yang dia minta terpaksa harus kupenuhi, Dan Niang mengambil keputusan di dalam hatinya dan akhirnya memberikan lagi tenaganya.


Jadi kau akan memberikan tenagamu terus-menerus untuk memperpanjang hidupku? Bagaimana kalau tidak cukup? tanya Ling Lan.


Aku tidak mau kau mati lagi, jawab Dan Niang.

Jadi selama beberapa hari ini kau terus mencekokiku dengan pil penyambung nyawa? Efektif tidak? tanya Ling Lan lagi.


Aku tidak peduli. Aku mau kau tetap hidup, jawab Dan Niang.

Ucapan Dan Niang ini membuat hati Ling Lan terharu sekaligus juga sedih. Tapi ia menekan perasaannya dengan berkata,


Tapi aku tidak mau menjelang akhir hidupku melihat kau terus-terusan melakukan sesuatu yang tidak berguna. Ini malah membuat hatiku bertambah sedih.


Tapi Dan Niang menutupi telinganya dengan kedua tangan sambil berteriak,

Tidak mau!


Di saat itu tiba-tiba salju mulai turun perlahan-lahan. Ling Lan lalu melepaskan kedua tangan Dan Niang dari telinganya.


Kita ini siluman tua yang sudah berusia ribuan tahun. Kenapa kau malah bertingkah seenaknya seperti anak kecil? tegur Ling Lan.

Dan Niang tidak menjawab. Ia hanya mengawasi wajah Ling Lan dengan cemas.


Ling Lan mengamati butiran-butiran salju yang jatuh dari angkasa. Ia membuka tangannya untuk menadah salju-salju yang berjatuhan. Kemudian ia menoleh pada Dan Niang dan berkata,


Tahun baru sudah dekat. Nanti...kita ajak siluman rumput itu ke sini. Kau kembalikan pil itu padanya dan ambil kembali tenagamu, bagaimana?


Melihat Dan Niang menundukkan kepalanya, Ling Lan menyambung kembali ucapannya,


Dan Niang, tahukah kau apa yang kudambakan selama ini?

Apa itu? tanya Dan Niang.


Aku sudah hidup sangat lama. Aku sudah merasa sangat puas. Mari kita hargai hidup kita sekarang. Kita lewati masa tua bersama-sama. Ini juga sangat baik untuk kita, kata Ling Lan.


Ucapan Ling Lan ini membuat hati Dan Niang sangat terharu. Ia mengelus rambut Ling Lan perlahan-lahan tanpa berkata-kata.


Sementara itu di atas angkasa, butiran-butiran salju masih terus berjatuhan....

Episode 4:

Hari itu Ling Lan dan Dan Niang sedang duduk di beranda. Ling Lan sedang membuat pangsit.


Hmm...ini yang terakhir. Mau diisi dengan apa, ya? tanya Ling Lan kepada Dan Niang.


Isinya yang biasa saja, jawab Dan Niang.


Kau tidak setuju ya sama isinya? tanya Ling Lan sambil menowel
hidung Dan Niang.


Coklat, Matcha, keju, durian, boleh-boleh saja. Aku cuma curiga kau lagi menghukum aku, jawab Dan Niang.


Kenapa? Keberatan? tanya Ling Lan.

Tidak kok, jawab Dan Niang.


Selagi mereka saling menatap, tiba-tiba si gadis siluman rumput itu datang. Tapi begitu melihat Dan Niang ada di situ, gadis itu buru-buru membalikkan badannya.


Maaf, aku mengganggu, kata gadis itu.

Kembali! seru Dan Niang sambil menghampiri gadis itu.


Kak Ling Lan yang menyuruhku datang. Katanya kau mau mengembalikan pilku dan ada makanan enak untukku. Aku...pulang aja sekarang, kata gadis itu buru-buru.


Dan Niang lalu menyentuh dahi gadis itu dengan jarinya. Kemudian ia membuka tangannya dan sebutir pil tampak di dalam genggamannya.


Gadis itu langsung mengambil pil itu dengan gembira sambil berkata,

Terima kasih Raja Peoni.


Dan Niang lalu membungkukkan badannya dan berbisik kepada gadis itu,


Jangan bilang sama Ling Lan ya soal tenaga gaibku yang sudah tidak bisa kembali lagi.


Baik,
jawab gadis itu.


Rumput kecil, selamat tahun baru ya. Ayo lekas ucapkan selamat tinggal kepada Kak Ling Lan. Karena kau tidak akan ada kesempatan lagi untuk mencicipi pangsit yang dibuat olehnya, kata Dan Niang.


Gadis kecil itu kelihatan kaget. Ia menatap Ling Lan sejenak sebelum berkata,


Kalau begitu aku akan membuatkan pangsit untuk kalian tahun depan.


Baiklah...aku mau yang isinya kembang gula tusuk,
jawab Ling Lan sambil tersenyum.


Setelah gadis siluman itu pergi, Dan Niang dan Ling Lan lalu duduk bercakap-cakap sambil membicarakan pangsit rebus.


Apakah pangsitnya manis? tanya Ling Lan sambil tersenyum.

Iya, manis, jawab Dan Niang.


Baguslah, kata Ling Lan. Keduanya lalu tersenyum bahagia.


Butiran-butiran salju masih berjatuhan di saat itu. Dan Niang lalu menengadahkan kepalanya sambil menikmati hembusan salju.


Kemudian mereka menyalakan 2 batang kembang api. Ling Lan memberikan sebatang kepada Dan Niang. Mereka lalu berpesta kembang api berdua.


Dan Niang mengelus rambut Ling Lan dengan penuh kasih sayang dan keduanya saling memandang dengan wajah tersenyum dan hati bahagia.


Kehidupan manusia di tengah langit dan bumi.

Berlalu dengan cepatnya bagaikan bayangan.

Tahu-tahu...3 era berlalu bagaikan mimpi.

Berbagai jenis bunga bermekaran di musim semi.

200 tahun kemudian...


Sekuntum bunga Peoni tumbuh di tengah-tengah rumput Ling Lan.

3 Karakter Yang Diperankan Oleh Wei Wei Di Dalam Drama Ini, Lin Xiao, Liu Yi Yi Dan Ling Lan!

1. Lin Xiao





 

2. Liu Yi Yi


3. Ling Lan


 



T A M A T  

               

Review: ****


Parameter Review:

*****     : Hebat

****       : Bagus

***         : Menarik

**           : Biasa-biasa saja

*             : Jelek

 

Sumber Foto: https://sogou.com


No comments:

Post a Comment